Ragam
Jepang Tertarik Bangun PLTA 
Jepang Tertarik Bangun PLTA hingga Rumah Sakit di Kaltim
SELASAR.CO, Samarinda – Pemprov Kaltim tengah menjajaki peningkatan kerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya, dengan Jepang. Akhir Oktober 2019 lalu pejabat di lingkungan Pemprov Kaltim, dipimpin Muhammad Sabani, Plt Sekretaris Provinsi (Sekprov) Kaltim bertandang ke Negeri Matahari Terbit.
Ditemui sepulangnya ke Kaltim, Sabani mengungkapkan, setidaknya ada beberapa sektor potensial yang akan dikerjasamakan. Mulai dari listrik untuk Ibukota Negara (IKN) baru, perkayuan, industri perhutanan hingga perhotelan.
"Nah beberapa acara itu yang utama presentasi promosi ada di dua tempat, yaitu Tokyo dan Toyama. Investor ada yang berminat membangun rumah sakit, pembangkit listrik tenaga air, hotel, industri perkayuan, kemudian jaringan gas, pengelolaan kelapa sawit, dan berbagai potensi industri lain di Kaltim," ujarnya.
Jika sesuai jadwal, para investor asal Jepang ini akan meninjau langsung ke Kaltim untuk melihat industri komoditas-komoditas apa saja yang memiliki potensi dibangun di Bumi Etam.
"Intinya beberapa investor itu dari berbagai bidang ini, ingin datang melihat ke Kaltim dulu. Tapi mereka tidak mau rombongan, maunya masing-masing. Ada yang mau pertengahan November, sehingga kita koordinasikan dengan bidang perizinan untuk mengatur kedatangan mereka," jelasnya.
Selain melakukan pembicaraan terkait potensi investasi di bidang industri, selama di Jepang dirinya turut memperoleh peluang adanya pengiriman tenaga kerja. "Tapi syaratnya harus menguasai bahasa Jepang," tambahnya.
Jepang memang dikenal memiliki populasi yang menua. Pemerintah setempat memprediksi, pada 2020, kelompok penduduk berusia 65 tahun ke atas mencapai 26% dari jumlah populasi.
Pemerintah setempat menyebut, seperempat tenaga kerja di Jepang merupakan kelompok masyarakat berusia 55 tahun ke atas. Mereka dipekerjakan lantaran Jepang kekurangan tenaga kerja.
Untuk mengatasinya, banyak perusahaan memilih untuk mempekerjakan para pensiunan. Belakangan, Pemerintah Jepang membuat kebijakan untuk merekrut pekerja muda dari luar negeri sebagai solusi atas masalah tenaga kerja yang berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional.
"Karena orang Jepang itu sekarang dalam kondisi depopulasi. Jadi orang muda itu apalagi anak-anak sudah berkurang. Orang muda di sana (Jepang) sudah tidak mau lagi bekerja di industri-industri tertentu. Sehingga mereka (industri Jepang) banyak yang kehilangan pekerja, buka karena tidak untung tapi tidak ada pekerja yang melanjutkan," jelasnya.
Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan