Feature

Reses anggota DPR RI Irwan Reses dpr ri P3TGAI BWS Kalimantan III lumbung padi Desa Teluk Singkama 

Menyambung Lidah Rakyat dari Barat sampai Timur Kaltim (2): Irigasi Sana-Sini



Irwan (kanan) mengecek progres pembangunan peningkatan jaringan irigasi di Desa Teluk Singkama, Kecamatan Sangatta Selatan, Kutai Timur.
Irwan (kanan) mengecek progres pembangunan peningkatan jaringan irigasi di Desa Teluk Singkama, Kecamatan Sangatta Selatan, Kutai Timur.

Hamparan sawah hijau di kiri-kanan jalan perlintasan Desa Teluk Singkama, memang menyejukkan mata. Tapi, itu hanya tampak muka. Berjalan lebih dalam ke pelosok desa, yang tampak adalah lahan kosong tak berkehidupan. Banyak areal sawah yang tidak ditanami, karena sulitnya akses pengairan.


ANSORI masih ingat betul, dulu desa ini merupakan lumbung padi. Sejarah itu terjadi hampir setengah abad lalu. Pada tahun 1975, Desa Teluk Singkama masih tergabung dalam daerah administrasi Kabupaten Kutai. Desa ini bertugas memasok kebutuhan bahan pokok beras untuk kota Bontang, yang dulu masih berbentuk kecamatan.

Kini, kata Ansori yang sekarang menjadi Kepala Desa Teluk Singkama, wilayah yang dipimpinnya baru memanfaatkan 300 hektare lahan sawah sebagai penghasil beras. Padahal, potensi lahan di desa ini mencapai 1.300 hektare. Artinya, masih ada 1.000 hektare yang belum termanfaatkan.

Itu pun, para petani masih bergantung air hujan (sawah tadah hujan). "Dampaknya dalam satu tahun maksimal petani kami hanya bisa melakukan dua kali panen. Dalam sekali panen kami mendapatkan 100 ton beras," ujar Ansori.

Bukan tanpa upaya. Ansori kerap kali melakukan pengajuan kepada Pemkab Kutim agar bisa dibangunkan sistem irigasi yang layak. Namun, mimpi tersebut sering tak berbuah hasil. Alasannya klasik, anggaran daerah tidak mampu mendanai.

Tidak ingin pasrah dengan kondisi, Ansori bersama dengan kelompok petani di desa ini pernah membangun sendiri sistem irigasinya. Dengan mekanisme swakelola, mereka membuat konstruksi pemecah arus sungai untuk diarahkan ke areal persawahan dengan desain yang dibuat oleh Dinas PU Pemkab Kutim. Rencananya, konstruksi ini digunakan untuk mengairi 940 hektare sawah, selama empat kali musim panen.

“Senang sekali petani saat melihat air bisa mengairi sawah mereka, pada waktu pembukaan,” kenang Ansori.

Namun, belum sempat memasuki musim panen. Konstruksi pemecah arus ini mengalami longsor pada bagian tebing aliran air. Konstruksi yang tidak sesuai standard diduga menjadi penyebabnya.

“Memang dibangun bukan untuk bendung, namun untuk pemecah arus air. Belum sempat panen. Sekitar dua minggu hanya bisa mengalir air dari pemecah arus itu. Air pasang di daerah hulu sungai, karena struktur tanah campur pasir. Jadi amblas karena deras air. Saya sudah menemui PU bagian pengairan waktu itu, memang pembangunan swakelola, jadi tidak teranggarkan biaya perawatan di APBD Kutim,” jelasnya.

Karena kemampuan keuangan daerah tidak memadai, dia berharap ada campur tangan pemerintah pusat dalam membantu memenuhi kebutuhan para petani terhadap sistem irigasi di desa ini.

Irwan tengah berdiskusi dengan warga dan Kepala BWS Kalimantan III, Harya Muldianto (kiri).

BANGUN 100 IRIGASI DI KALTIM

Melalui program percepatan peningkatan Tata guna air irigasi (P3-TGAI) tahun anggaran 2020, pembangunan peningkatan jaringan irigasi di Desa Teluk Singkama telah dilakukan. Pembangunan dilaksanakan sejak Maret dan kini telah rampung. Biaya pembangunan peningkatan jaringan irigasi air di satu lokasi itu nilainya Rp 195 juta.

Anggota Komisi V DPR RI, Irwan, memantau hasil pembangunan irigasi tersebut, memanfaatkan masa resesnya pertengahan tahun ini. Tak sendiri, ia mengajak serta Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III, Harya Muldianto, dan timnya.

Irwan mengungkapkan pengerjaan sistem irigasi ini masih belum cukup. “Karena kita harus mengaktifkan juga sawah-sawah yang belum (digarap) dengan membangun jaringan irigasi. Kemungkinan ada penambahan kegiatan tahun depan," ujar Irwan.

Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) ini tidak hanya dilakukan di Kutim. Dari perencanaan BWS, pada tahun ini ada 100 lokasi yang tersebar di kabupaten/kota di Kaltim yang menerima program serupa. Untuk Kutim, rencananya ada 32 lokasi dengan dua tahap. Tahap awal 17 lokasi dan kedua 15 lokasi.

P3TGAI merupakan pekerjaan pembangunan saluran irigasi tersier yang dikerjakan oleh petani atau penduduk setempat dengan diberikan upah sehingga menambah penghasilan petani atau penduduk desa terutama di antara dua musim tanam dan panen.

"Ini memang program yang menjadi perhatian serius pak Presiden Jokowi dan Menteri PU, Basuki. Karena di tengah pandemi Covid-19, harus ada dorongan perekonomian masyarakat di pedesaan, termasuk ekonomi kalangan petani," kata Irwan.

Sementara itu, menanggapi banyaknya areal sawah yang tak tergarap akibat tidak adanya akses pengairan, Kepala BWS Kalimantan III, Harya Muldianto mengatakan, pihaknya akan mempelajari adanya kemungkinan suplai air untuk areal persawahan dari Sungai Singkama. Jika memang debit airnya cukup dan sesuai ketentuan, maka BWS akan mencoba melakukan pengusulan pembangunan bendung.

"Kita coba usulkan pembangunan bendung. Hal ini demi menjamin ketersediaan air, sehingga dalam dua kali musim tanam ketersediaan air benar-benar terjamin," ujarnya. "Memang kita lihat di sini ada potensi yang masih bisa kita tingkatkan," imbuhnya.

Kepala Desa Teluk Singkama, Ansori, mengucapkan terima kasih atas kunjungan anggota DPR RI, Irwan, bersama tim BWS. “Sawah tidur kita ini belum terkelola sekian lama. Dalam tiga tahun belakangan ini saja, para petani bercocok tanam tapi tidak sesuai hasilnya. Sehingga, saya harapkan pertemuan dengan warga ini, ada tindak lanjutnya segera,” harap Ansori. (bersambung)

Penulis: Redaksi Selasar
Editor: Awan

Berita Lainnya