Utama

Meninggal corona Positif corona Klaster keluarga 

Sepekan, Ibu-Anak dan Suami-Istri Meninggal karena Covid-19 di Samarinda



Ilustrasi
Ilustrasi

SELASAR.CO, Samarinda - Klaster keluarga saat ini menjadi salah satu penyumbang besar kasus positif Covid-19 di Samarinda. Dalam perjalanannya, pasien dalam klaster ini banyak yang berhasil sembuh. Namun, tidak sedikit pula yang tutup usia. Disampaikan Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Samarinda, Ifran, dalam waktu sepekan terakhir, ada 4 orang pasien Covid-19 dari dua keluarga yang meninggal dunia. 

“Iya, dalam seminggu terakhir kami telah memakamkan empat pasien yang berasal dari dua keluarga berbeda. Pertama itu seorang ibu atas nama Isn (60 tahun) kami makamkan, lalu selang satu hari anaknya AP (34 tahun) juga menyusul ibundanya,” ungkap Ifran.

Pada hari ini, Jumat, (1/1/2021) pihaknya juga kembali melakukan pemakaman seorang pasien Covid-19 yaitu Muspandi (45 tahun). Muspandi dikenal luas oleh publik sebagai anggota DPRD Kaltim dua periode. Dua hari sebelum kabar meninggalnya almarhum, sang istri yaitu WA (41 tahun) juga telah dimakamkan oleh tim satgas di pemakaman khusus TPU Serayu, Kelurahan Tanah Merah. 

“Sebenarnya yang ada hubungan keluarga sudah banyak kami lakukan (pemakaman) di Samarinda, ada juga yang bersaudara meninggal hanya selang sehari,” terangnya.

Dirinya pun menjelaskan bahwa memang beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan kasus kematian. Lonjakan dirasakan terjadi pada akhir Desember 2020, karena pada periode akhir November menuju awal Desember intensitas pemakaman dari tim satgas tidak sebanyak saat ini. 

“Jadi di bulan November menjelang Desember itu terjadi penurunan, tiba-tiba sekarang melonjak kembali. Melonjaknya juga cukup besar. Jika dulu ada selang satu atau dua hari tidak ada pemakaman, sekarang justru tiap hari ada pemakaman. Minimal ada satu atau dua pasien bahkan dalam satu hari pernah ada enam,” terangnya.

Melihat kasus-kasus yang datang dari satu keluarga ini, dirinya pun mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan dengan baik. 

“Saya pribadi saat menyaksikan satu per satu pasien dalam satu keluarga ini dimakamkan sangat miris, kami tim pemakaman sangat merasakan hal itu. Coba jika Anda dalam posisi pihak keluarga menyaksikan dalam jangka waktu beberapa hari satu per satu anggota keluarga meninggal, bagaimana rasanya? Pasti sangat susah dibayangkan, kan. Kalau kita yang posisinya sebagai penonton ya enak saja, menganggap hal itu adalah hal yang biasa,” katanya.

Oleh karena itu, dirinya pun meminta kepada seluruh masyarakat, utamanya yang berasal dari kalangan usia muda untuk tidak meremehkan virus ini. Karena dari pengalamannya juga, banyak kasus pasien meninggal yang masih dalam usia produktif. 

“Masyarakat sebenarnya sudah tahu risikonya, tapi terlalu menganggap remeh. Menganggap imun tubuh kuat. Tapi kita bisa lihat bahwa yang meninggal akhir-akhir ini ada yang berusia 21-24 tahun, itu kan usia produktif semua. Bahkan ada kasus yang pernah kami makamkan itu usia 22 tahun nggak ada sakit apa-apa, sehabis nongkrong kumpul-kumpul di warung kopi, pulang mulai sesak napas lalu dinyatakan positif. Tidak lama pasien tersebut lalu meninggal dunia. Ini artinya apa? Umur muda dan imun kuat belum menjamin. Jadi tidak bisa dianggap enteng virus ini,” imbuh Ifran.

“Jangan sampai teman, saudara, dan keluarga kita merasakan seperti itu juga. Cara menghindari hal itu terjadi ya kembali dengan menerapkan 4M tadi (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan). Artinya diri sendiri dan keluarga lah yang harus memberantas Covid-19 ini, jadi bukan hanya kerja dari tim satgas dan medis. Semuanya harus bersama-sama memberantas virus ini,” pintanya.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya