Politik

Partai Demokrat Undangan Presiden  Undangan Jokowi  Partai Demokrat Sering ke Istana Presiden  Teuku Riefky Harsya Agus Harimurti Yudhoyono Ahy 

Disebut Jokowi Sering Minta Bertemu di Malam Hari, PD: Pertemuan atas Inisiatif dan Undangan Presiden



Teuku Riefky Harsya, Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat.
Teuku Riefky Harsya, Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat.

SELASAR.CO, Jakarta - Partai Demokrat memberikan tanggapan terhadap pernyataan Presiden Joko Widodo terkait pertemuan antara Presiden dengan Partai Demokrat. Pernyataan tersebut menarik perhatian publik karena bisa menimbulkan penafsiran yang salah terhadap Partai Demokrat. Dalam responsnya, Partai Demokrat menjelaskan dan mengklarifikasi situasi yang sesungguhnya.

Teuku Riefky Harsya, Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat, menjelaskan bahwa media nasional telah menghubungi Partai Demokrat untuk meminta klarifikasi terkait pernyataan Presiden Joko Widodo. Pada pertemuan dengan sejumlah pemimpin redaksi media massa nasional di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 29 Mei 2023, Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan bahwa "Demokrat sering ke Istana. PKS juga ke Istana, tetapi maunya malam".

Dalam menjawab pernyataan tersebut, Partai Demokrat mengumpulkan informasi untuk memastikan apakah benar adanya pertemuan antara Partai Demokrat dengan Presiden Joko Widodo. Teuku Riefky Harsya mengungkapkan bahwa Partai Demokrat memahami bahwa yang dimaksud dengan Partai Demokrat adalah para pimpinan partai yang berpotensi bertemu dengan Presiden di Istana.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat kemudian meminta penjelasan dari Bapak SBY, yang merupakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat dan mantan Presiden RI Ke-6, serta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat. Kedua tokoh ini memiliki kapasitas organisatoris dan pribadi yang memungkinkan mereka bertemu dengan Presiden di Istana.

“Penjelasan dari Bapak SBY mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu 3,5 tahun terakhir, beliau bertemu dengan Presiden Joko Widodo sebanyak tiga kali. Pertemuan pertama terjadi pada 10 Oktober 2019 di Istana Merdeka pada siang hari. Pertemuan tersebut adalah inisiatif dan undangan dari Presiden Joko Widodo,” jelas Teuku Riefky Harsya.

Pertemuan kedua terjadi saat SBY menghadiri pernikahan Kaesang di Solo, yang berlangsung pada malam hari. Bapak SBY dan keluarga menghadiri undangan tersebut untuk memberikan ucapan selamat atas pernikahan putra Presiden. Pertemuan ketiga terjadi di Kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali pada 15 November 2022, yang juga berlangsung pada malam hari. SBY hadir sebagai tamu dalam Gala Dinner G20 yang diadakan pada malam tersebut.

“Bapak SBY menegaskan bahwa penentuan tempat dan waktu pertemuan selalu menjadi keputusan dari Presiden Joko Widodo. Bapak SBY menghormati Presiden sebagai Kepala Negara yang tengah melaksanakan amanahnya. Artinya, pertemuan-pertemuan tersebut merupakan inisiatif dari Presiden Joko Widodo dan bukan permintaan dari Bapak SBY untuk bertemu pada malam hari,” jelasnya. 

Selanjutnya, penjelasan dari Ketua Umum Partai Demokrat, AHY, menyatakan bahwa selama 3,5 tahun terakhir, beliau hanya bertemu dengan Presiden Joko Widodo sekali, yaitu pada 9 Maret 2021. Pertemuan tersebut merupakan permintaan dari pihak Istana dan berlangsung di Istana Bogor pada malam hari. AHY menjelaskan bahwa penentuan waktu pertemuan pada malam hari bukanlah permintaan dari Ketua Umum Partai Demokrat, tetapi sebagai sikap menghormati Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Negara.

“Ketua Umum Partai Demokrat menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo ingin bertemu dengan Bapak SBY untuk memberikan klarifikasi terkait upaya Kepala Staf Presiden Moeldoko dalam mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat. Bapak SBY menganggap AHY sebagai sosok yang paling tepat untuk mendengarkan penjelasan tersebut. Oleh karena itu, AHY diundang untuk hadir di Istana Bogor pada 9 Maret 2021 malam hari,” terangnya. 

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo didampingi oleh Mensesneg Pratikno dan menjelaskan kepada Ketua Umum Partai Demokrat bahwa presiden tidak mengetahui secara detail mengenai langkah-langkah Kepala Staf Presiden Moeldoko dalam mengambil alih Partai Demokrat. “Ini adalah pengakuan langsung dari Presiden Joko Widodo yang disampaikan kepada Ketua Umum AHY,” tuturnya. 

Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan tokoh-tokoh Partai Demokrat, seperti SBY dan Ketua Umum AHY, terjadi sekitar 2-3 tahun yang lalu. Pertemuan-pertemuan tersebut disebut Teuku Riefky Harsya tidak dapat disamakan dengan pertemuan politik yang biasanya dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dengan partai-partai politik pendukung pemerintah.

Dalam responnya, Partai Demokrat menegaskan kesiapannya untuk "dikonfrontir" baik dengan Presiden Joko Widodo maupun pihak-pihak terkait jika terdapat perbedaan pendapat. Hal ini dianggap penting agar kebenaran dapat ditegakkan di negara ini.

“Partai Demokrat berharap bahwa media dan masyarakat dapat memahami situasi yang sebenarnya dan tidak membuat praduga yang tidak baik terhadap Partai Demokrat. Partai ini menegaskan bahwa mereka tidak pernah melakukan tindakan "kucing-kucingan" seperti yang mungkin dicurigai oleh beberapa pihak,” ucapnya.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya