Utama

Drainase Samarinda 

Sebulan Renggut Dua Nyawa, Rapor Buruk Drainase Samarinda?



Anak sungai Karang Asam Ilir di daerah Pangeran Antasari, tempat ditemukannya jasad Ahmad Yusuf Gazhali pada Minggu (8/12/2019)
Anak sungai Karang Asam Ilir di daerah Pangeran Antasari, tempat ditemukannya jasad Ahmad Yusuf Gazhali pada Minggu (8/12/2019)

SELASAR.CO, Samarinda – November 2019 menjadi bulan memilukan, parit Kota Tepian merenggut dua nyawa tak berdosa. Kedua anak malang itu Muhammad Fahmi Ridho (7 tahun) dan Ahmad Yusuf Ghazali (4 tahun).

Fahmi murid kelas 2 SD 009, Jalan KS Tubun Dalam, meninggal setelah terseret banjir hingga 800 meter setelah terperosok ke dalam parit di depan sekolahnya, pada Kamis (21/11/2019). Sehari berselang, Ahmad Yusuf Ghazali (4 tahun) dinyatakan hilang di tempat penitipan anak milik Yayasan Jannatul Athfaal, Jalan AW Syahranie, pada Jum’at (22/11/2019).

Jasad buah hati Bambang Sulistyo dan Meli Sari baru ditemukan setelah 16 hari pencarian di anak sungai di daerah Jalan Pangeran Antasari, pada Minggu (8/12/2019). Meski masih harus menunggu hasil tes DNA untuk memastikan jasad yang ditemukan itu Yusuf atau tidak. Namun, pasutri ini telah lebih dulu yakin bahwa jenazah yang ditemukan itu merupakan anak mereka, berdasarkan pakaian terakhir yang dikenakan Yusuf sama dengan yang ditemukan pada mayat yang ditemukan warga.

Meski belum ada kepastian penyebab meninggalnya Yusuf, namun dugaan sementara dari pihak kepolisian Yusuf terjatuh di drainase jalan Abdul Wahab Syahrani dan terseret hingga ke drainase sistem Karang Asam Kecil di jalan Antasari II.

Khairil Marzuki, ketua komunitas Gerakan Merawat dan Menjaga Parit (Gemmpar) Kota Samarinda menuturkan dua kejadian tersebut menjadi peringatan bagi Pemkot Samarinda. Agar tidak menganggap sepele urusan drainase kota ini.

“Saya sempat menulis banjir minta tumbal di media sosial, Kota Samarinda sudah tidak aman untuk masyarakatnya,” kata Khairil kepada SELASAR, Rabu (11/12/2019).

Dalam tulisan yang dibagikan di media sosial, Khairil mengatakan, di daerah lain banjir menelan korban jiwa karena banjir bandang. Namun di Samarinda, banjir menelan korban akibat ketidakmampuan mengelola drainase yang dipenuhi air saat hujan datang.

Meskipun tidak dapat mengatakan drainase sebagai penyebab meninggalnya Fahmi dan Yusuf. Namun, harus menjadi bahan evaluasi Pemkot Samarinda dalam membangun drainase terbuka atau tertutup.

Tiga tahun Khairil menakhodai komunitas Gemmpar yang concern memburu parit mampet. Ia pun lebih menyarankan agar di beberapa wilayah, drainasenya tidak dicor permanen agar mudah melakukan perawatan.

“Kalau ada kejadian larut seperti kemarin akan mudah diselamatkan, atau kalau sudah meninggal gampang kita temukan,” ujar Khairil menyebut nilai positif lainnya dari drainase terbuka.

Terpisah, Wakil Wali Kota Samarinda, M Barkati dimintai tanggapannya mengatakan, tertutup atau terbukanya drainase memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun adanya kejadian yang mengakibatkan dua nyawa melayang di drainase tersebut akan menjadi perhatiannya. “Kita akan evaluasi semuanya, minimal dikasih tanda lah biar tidak ada yang terjatuh di parit,” imbuh Barkati.

Yang terpenting, kata Barkati, adalah bagaimana orangtua meningkatkan pengawasan terhadap anak-anaknya agar tidak terjadi lagi kejadian yang sama.

“Kita imbau semua orang tua memperhatikan anak-anaknya kalau keluar rumah. Diperhatikan kemana, jangan dilepas sendiri,” ujar Barkati.

Sementara itu, Kabid Pengairan Dinas PUPR Samarinda Desy Damayanti menerangkan, ada banyak faktor untuk menentukan saluran drainase dibuat terbuka atau tertutup. Seperti debit air yang akan dialirkan, lahan, estetika, keamanan, dan kenyamanan.

“Terbuka atau tertutup nilai keamanannya sama. Jadi pendapat saya, itu tidak bisa dijadikan acuan,” ujar Desy.

Dia mengungkapkan saat Yusuf hilang, Dinas PUPR Samarinda ikut menurunkan tim Hantu Banyu untuk menyisir drainase selama dua hari berturut-turut. Meskipun mengemban tanggung jawab perihal drainase, namun pihaknya mengaku tidak dapat melakukan pengawasan terhadap aktifitas yang terjadi di atas drainase salam 24 jam.“Bantuan pengawasan masyarakat kami harapkan, agar kita semua bisa terhindar dari hal-hal yang tidak kita inginkan,” tuntasnya.

 

Penulis: Fathur
Editor: Yoghy Irfan

Berita Lainnya