Utama
Syaharie Jaang gunung manggah Sungai Dama Jalur Maut Haryoto HP 
Titah Wali Kota Jaang Soal Gunung Manggah
SELASAR.CO, Samarinda – Tanjakan Gunung Manggah di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Sungai Dama menjadi perhatian, setelah kejadian memilukan yang menewaskan empat pengendara motor karena diseruduk truk pasir yang diduga mengalami rem blong pada Kamis (30/1/2020) lalu. Kinerja Pemkot Samarinda pun disorot atas kejadian itu.
Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang mengaku telah menginstruksikan instansi terkait pasca-kejadian tersebut. "Sejak awal mendengar berita itu, saya langsung menginformasikan Dinas PU (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) untuk meneliti secara teknis konstruksi," ujar Jaang, Senin (3/2/2020).
Yang kedua, dia juga meminta Dinas Perhubungan (Dishub) untuk menelaah soal aturan lalu lintas di lokasi kejadian. Apakah kecelakaan tersebut faktor konstruksi atau dari kendaraan. "Termasuk juga masalah kendaraannya atau orangnya. Ini semua kita serahkan ke pihak kepolisian," bebernya.
Namun wali kota dua periode itu mengaku telah mendapat laporan dari Dishub, kendaraan penabrak empat orang korban itu bukan berasal dari Samarinda. Sehingga tak bisa Dishub disalahkan atas dasar teknis.
Berita Terkait
"Jadi kita tunggulah hasil pemeriksaaan dari pihak kepolisian masalahnya apa. Yang jelas kami sudah merespons itu," jelasnya.
Kendati demikian, dirinya menekankan Dishub diminta agar lebih tegas soal penegakan aturan lalu lintas kendaraan bermuatan yang melewati Jalan Otista. "Ini yang harus jadi perhatian Dishub, kalau memang ada peraturan yang melarang. Misalnya melarang melintas di siang hari dan sebagainya," imbuhnya.
Lebih lanjut Jaang tidak menampik adanya penyempitan jalan yang turut mengakibatkan adanya kecelakaan di jalan tersebut. Dia pun berjanji akan menginstruksikan Satpol PP untuk menertibkan penyebab penyempitan sepanjang Jalan Otista. Mulai dari aktivitas jual beli kayu bekas di Gunung Manggah, hingga parkir liar.
"Saya sendiri sering menyampaikan ke Satpol PP, nanti disampaikan kembali," jelas Jaang.
Sebelumnya, pengamat tata kota Samarinda Haryoto HP memberikan pandangannya soal tanjakan Gunung Manggah yang kerap makan korban. Tidak tanggung-tanggung dirinya menamai tanjakan tersebut dengan sebutan ‘jalur maut’ karena kompleksitas yang ada.
Selain faktor kendaraan dan pengemudi, Haryoto mengungkapkan, medan jalan cukup menyulitkan. Tingkat kemiringan tanjakan memang tidak begitu curam, namun karena disertai tikungan membuat jarak pandang yang terbatas. Belum lagi adanya penyempitan jalan akibat aktivitas jualan kayu bekas di kiri kanan, dan tidak adanya bahu jalan. Ditambah persimpangan Jalan Damai yang sering kali membuat pengguna jalan yang turun dari arah Sambutan harus mengantre.
“Jualan kayu kalau ada pikap disitu mau ngangkut atau mau turunin, orang mau nikung harus ke tengah dulu. Yang nanjak kadang tidak kuat kemudian ketemu di tengah, kan bahaya,” ujar mantan Kabid Bina Marga PUPR Samarinda ini.
Haryoto menyarankan Pemkot melalui dinas-dinas terkait harus membuat langkah konkret sebagai solusi jangka pendek. Seperti memasang rambu-rambu lalu lintas mulai dari tanjakan Jalan Sultan Sulaiman, melakukan manajemen lalu lintas baru, memasang pembatas jalan, hingga menertibkan pedagang yang ada di kiri kanan jalan.
“Misal ada masalah lagi, (mobil) meluncur kan disikat semua. Kalau longgar kan enak tidak makan korban lagi,” tutupnya.
Penulis: Fathur
Editor: Awan