Kutai Timur
DPRD Kutim 
Dilema Antara Visi Agribisnis dan Realita Pertambangan
SELASAR.CO, Sangatta - Visi misi Kutai Timur (Kutim) sejak awal berdiri adalah agribisnis. Hal ini diakui anggota DPRD Kutai Timur, Faizal Rachman. Namun, realitanya, tambang batu bara kini hadir di wilayah tersebut.
Faizal menjelaskan bahwa Pemkab Kutim tidak memiliki kewenangan untuk menolak tambang karena izinnya dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Ia berharap tambang-tambang ini tidak merusak lingkungan dan dapat membantu masyarakat di sekitarnya agar mandiri.
"Kutim sejak awal berdirinya itu visinya kemandirian agribisnis. Tapi kalau tambang hadir, diharapkan tidak merusak lingkungan. Selain itu, bisa membantu masyarakat di sekitarnya agar bisa mandiri," katanya.
Meskipun tambang pada akhirnya akan habis, Faizal menekankan bahwa pertanianlah yang akan bertahan. Oleh karena itu, pasca tambang, diharapkan masyarakat petani sudah bisa mandiri.
Berita Terkait
Menurutnya, imbas positif dari perkebunan sawit sudah dirasakan masyarakat, terutama petani sawit. Petani yang menanam sawit sejak awal dan memiliki dua atau tiga hektar kini sudah memiliki mobil. Apalagi yang memiliki lima hektar atau lebih, pasti akan lebih kaya. Hal ini mendorong mereka untuk terus menambah kebun.
Bagi petani yang belum menanam sawit, melihat tetangga berhasil, pasti juga mulai menanam, meskipun hasil panen baru dapat diperoleh tiga atau empat tahun ke depan.
"Jadi selama pemeliharaan empat tahun ini memang dibutuhkan kesabaran, namun ini bagian dari investasi. Setelah itu, akan dapat hasilnya. Apalagi dengan harga saat ini yang cukup tinggi, maka tentu petani akan semakin bersemangat," jelas Faizal.
Penulis: Bonar
Editor: Awan