Lingkungan

 

Jarak Pandang di Samarinda Hanya 500 Meter



SELASAR.CO, SAMARINDA - Kabut asap yang menutupi nyaris seluruh wilayah Samarinda, diperkirakan akan bertahan hingga beberapa hari ke depan.

Ana Kaniaya Annisa, Forcester BMKG Samarinda, menyampaikan secara umum kondisi cuaca di wilayah kabupaten dan kota di Kaltim mengalami kondisi cerah berawan sejak sepekan lalu, meliputi wilayah Kaltim bagian utara, timur, barat dan selatan. "Secara umum kondisi cuaca cerah berawan, dan belum ada potensi terjadinya hujan," ujarnya Sabtu (14/9/2019).

Ana menjelaskan, dari pantauan pihaknya, asap mulai masuk ke Samarinda sejak Selasa 10 September 2019 lalu, hingga saat ini kondisi jarak pandang terus mengalami penurunan hingga mengganggu penerbangan di Bandara APT Pranoto Samarinda. Dari pantauan BMKG Samarinda yang dilakukan setiap 30 menit, jarak pandang di runway bandara menunjukan tanda semakin menurun.

"Kemarin (13 September 2019) jarak pandang maksimum berada di 7 kilometer dan minumnya 3 kilometer, dengan rata-rata jarak pandang 3-4 kilometer. Sementara untuk hari ini, jarak pandang maksimum sejauh 5 kilometer dengan jarak pandang minimum hanya 500 meter, dengan rata-rata jarak pandang 1 kilometer. Sementara jarak minimum penerbangan bandara harus berada di 5 kilometer," jelasnya.

Dirinya menambahkan, dari hasil pemantauan pada hari ini, jarak pandang terendah terjadi sekitar pukul 16:00 Wita dengan jarak pandang 500 meter, sebelum akhirnya kembali naik menjadi 1 kilometer pada pukul 16:30 Wita. "Dari hasil pengamatan kami di bandara, jarak pandang paling rendah terjadi hari ini," sebutnya.

Sementara itu, dari pantauan citra satelit, terdeteksi di wilayah Kaltim terdapat 115 titik hotspot dengan tingkat kepercayaan pada level sangat mudah terbakar. Namun dirinya menjelaskan, titik api yang ada di Kaltim bukan berarti disebabkan karena adanya kebakaran hutan dan lahan, namun juga faktor lainnya, seperti aktivtas pertambangan, hingga cerobong asal Pertamina.

"Jadi, adanya hotspot bukan berarti karena adanya karhutla, tapi juga penyebab lainnya," pungkasnya. (fan)

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Er Riyadi

Berita Lainnya