Ekobis
dampak corona penjahit pakaian Penghasilan Penjahit Prokom Kukar 
Terdampak Covid-19, Penghasilan Penjahit di Tenggarong Menurun Hingga 40 Persen
SELASAR.CO, Kutai Kartanegara – Seorang penjahit yang juga guru mengaji di Kelurahan Mahulu Kecamatan Tenggarong bernama Ahmad Romli patut menjadi inspirasi bagi masyarakat, karena kegigihannya menghidupi keluarga di tengah pandemi Covid-19.
Pada tahun 2013 Romli sempat mengikuti pelatihan menjahit selama 1 tahun di Madiun Jawa Timur. Kemudian pada tahun 2014 Romli dan keluarganya memutuskan merantau ke Kalimantan Timur. Ia langsung membuka usaha menjahit, tepatnya di Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong.
Pria berusia 36 tahun ini mengatakan, sejak baru membuka usaha menjahit, ia mendapat sejumlah kendala. Sebagai penjahit yang baru, menurutnya tidak mudah untuk menarik pelanggan, karena belum terlalu dikenal.
"Alhamdulillah dari tahun ketahun ini makin meningkat dan semakin banyak dikenal," katanya.
Berita Terkait
Pria yang memiliki dua anak ini menjelaskan, ketika musim lebaran dan musim masuk sekolah, biasanya banyak pelanggan datang untuk membuat baju baru. Namun, setelah terjadi pandemi Covid-19, penghasilan Romli menurun.
Meski pada awal masa pandemi Covid-19 Romli sempat mendapat project dari Pemkab Kukar untuk pembuatan masker kain dengan total sekitar 1.000 pembuatan masker kain.
"Namun saat ini masker sudah merajalela di mana-mana, serta ditambah lagi perekonomian juga menurun, maka saat ini pendapatan juga sedikit menurun sekitar 30 hingga 40 persen," jelasnya.
Ia menyebutkan tidak hanya menerima pembuatan baju tetapi juga menerima sesuai permintaan pelanggan, misalnya ada pelanggan yang ingin permak bajunya. Untuk biaya pembuatan baju itu sendiri upahnya mulai dari 150 hingga 300 ribu per baju, tergantung tingkat kesulitannya.
"Tergantung dari permintaan pelanggan sendiri, kita hanya menyesuaikan dari pelanggan inginnya seperti apa," tutupnya.
Penulis: Juliansyah
Editor: Awan