Utama

Kenaikan BBM Kenaikan Harga BBM  BBM Naik  Harga BBM Naik Unjuk Rasa Kenaikan BBM Harga Pertalite irwan-fecho Irwan 

Irwan Respons Statement Politisi PDIP Soal BBM: Jangan Mendadak Buta Tuli Sejarah



Anggota DPR RI, Irwan.
Anggota DPR RI, Irwan.

SELASAR.CO, Jakarta - Belum lama ini, salah satu kader PDIP Adian Napitupulu mengeluarkan statement, atas kritik yang dikeluarkan kader Partai Demokrat terkait kenaikan BBM. Adian menyebut bahwa Partai Demokrat belajar matematika dan sejarah lebih dahulu sebelum mengkritik kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Saya menyarankan agar kader Demokrat untuk bisa belajar matematika dan belajar sejarah, sehingga jika membandingkan maka perbandingan itu logis tidak anti logika dan ahistoris," ujar Adian kepada wartawan, Rabu 7 September 2022. 

Komentar politisi partai berlogo banteng itu pun turut direspon oleh Wakil Sekretaris Jenderal DPP Parta Demokrat, Irwan. Dirinya menyebut bahwa Adian perlu belajar sejarah lagi. 

“Jangan mendadak buta dan tuli sejarah. Jasmerah kata bung Karno. Pada era Presiden SBY, PDI-P menolak kenaikan BBM bahkan hingga menangis dan mengkonsolidasi massa di jalanan, tetapi kenapa kini mereka malah mendukung?,” ujar Irwan pada hari ini Jumat (9/9/2022). 

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PD Kaltim ini juga mengatakan bahwa saat ini harga minyak dunia turun, sedangkan komponen utama harga BBM adalah harga minyak dunia dan kurs yang berlaku. Kondisi masyarakat yang telah susah terkena dampak kondisi global ia sebut seharusnya dibantu, bukan justru diminta ikut menanggung beban tersebut.

Irwan pun menjelaskan bahwa kemampuan beli masyarakat tidak bisa disama ratakan seperti logika berpikir yang yang disampaikan Adian. Nilai UMP saat ini besarannya berbeda-beda di setiap provinsi dan kabupaten/kota. Sedangkan harga BBM sama secara nasional (simetris). “Cara pikirnya tidak NKRI. Bagaimana nasib masyarakat dengan UMP yang tergolong kecil? Mereka tentunya akan kesusahan dengan kebijakan kenaikan harga BBM ini. Seharusnya pemerintah memikirkan juga dampak asimetrisnya dari berbedanya UMP dan kemampuan masyarakat kita. Jadi, perlu belajar matematika lagi,” tegasnya. 

“Oleh karena itu menaikan harga BBM bukan solusi untuk saat ini. Karena saat ini masyrakat baru saja pulih pasca-Covid. Ibarat orang yang baru sembuh dari sakit, belum sembuh benar, sudah disuruh berlari sekencang-kencangnya. Bisa jatuh kita,” tambahnya. 

Politisi kelahiran Kalimantan Timur ini pun menjelaskan bahwa kenaikan BBM di jaman Presiden SBY dilakukan hati-hati. SBY meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan meningkatnya pendapatan per kapita 13%, pertumbuhan ekonomi sampai 6%, pengangguran turun 5,7%.

“Daripada menaikan harga BBM saat ini, lebih baik membangun sistem subsidi BBM yang tepat sasaran. Menurut pemerintah sendiri, permasalah BBM ini adalah soal tidak tepat sasaran. Seharusnya masalah ini yang diperbaiki dan dicari solusi, kenapa harus dinaikan BBM nya dan harus ditanggung seluruh rakyat Indonesia yang berbeda-beda kemampuan daya belinya di setiap kabupaten/kota?,” pungkasnya.

Penulis: Redaksi Selasar
Editor: Awan

Berita Lainnya