Lingkungan

Air SKM Hijau Penyebab Air SKM Hijau Unmul unibersitas mulawarman 

P2LH-SDA Unmul Lakukan Uji Laboratorium Air SKM yang Berubah Hijau



Universitas Mulawarman. Sumber:Ist
Universitas Mulawarman. Sumber:Ist

SELASAR.CO, Samarinda - Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (P2LH-SDA) Universitas Mulawarman (Unmul), telah mengambil sampel air di Sungai Karang Mumus (SKM) untuk mengecek kandungan di dalamnya. Hal ini juga merespon kejadian perubahan warna air pada SKM menjadi kehijauan yang hari ini banyak menjadi perbincangan di masyarakat.

Dalam pengambilan sampel air, plankton dan klorofil ini dilakukan tersebar di lima titik SKM yaitu beberapa titik jembatan 1 di muara karang mumu, jembatan lambung, jembatan baru dekat hotel JB, jembatan (Jl. S. Parman) dan jembatan jalan di PM Noor. Proses pengambilan sendiri terbagi dalam 2 hari, yaitu hari ini dan besok. Untuk hasil test laboratorium akan membutuhkan waktu 1 hingga 2 hari sebelum akhirnya bisa disampaikan ke publik.

Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Unmul, Dr. Ir. Samsul Rizal, S.Pi. M.Si. IPM mengatakan bahwa jika dilihat secara umum, perubahan warna air SKM diduga fenomena Eutrofikasi.

“Secara umum itu adalah fenomena Eutrofikasi jadi kesuburan yang berlebihan di perairan. Itu bisa disebabkan bahan organik ataupun sumber nutrien lain baik dari kegiatan domestik ataupun kegiatan lainnya,” jelas Dr. Rizal sapaan akrab saat dihubungi selasar pada hari ini Selasa (14/5/2024).

Apa Itu Eutrofikasi

Sebagai informasi, Eutrofikasi adalah proses seluruh badan air, atau sebagian darinya, secara bertahap mengalami peningkatan kadar mineral dan nutrien, terutama nitrogen dan fosforus. Eutrofikasi juga didefinisikan sebagai peningkatan produktivitas fitoplankton yang disebabkan oleh meningkatnya unsur nutrien.

Eutrofikasi dapat memengaruhi sistem air tawar ataupun air asin. Dalam ekosistem air tawar, hal ini hampir selalu disebabkan oleh melimpahnya fosforus.

Senyawa penyebab eutrofikasi dapat berasal dari kotoran hewan, pupuk, dan limbah yang dicuci oleh hujan atau irigasi ke badan air melalui limpasan permukaan. Eutrofikasi juga dapat terjadi secara alami selama ribuan tahun seiring dengan bertambahnya usia danau dan terisi oleh sedimen. Di samping itu, aktivitas manusia berada di urutan teratas yang mempercepat laju eutrofikasi melalui pelepasan polutan.

Akibat kondisi eutrofik, kawasan air tawar akan memperbesar peluang alga serta tumbuhan air berukuran mikro tumbuh lebih pesat (blooming). Pertumbuhan pesat tersebut terjadi karena ketersediaan fostat yang berlebihan. Kondisi ini juga akan mengakibatkan sejumlah hal lain, seperti Warna air yang menjadi kehijauan, berbau tidak sedap, hingga kekeruhan yang meningkat menjadi pertanda adanya kondisi eutrofik, hingga Ikan dan makhluk hidup air lain juga tidak dapat bertahan karena konsentrasi oksigen terlarut rendah bahkan sampai batas nol.

Isu Dicemari Air Void Tambang

Sebelumnya juga sempat beredar isu bahwa perubahan warna air SKM menjadi hijau ini juga disebabkan oleh limpasan air dari Void Tambang. Dimintai komentarnya terkait hal ini, Dr. Rizal masih belum mau berkomentar banyak. Namun menurutnya, jika benar ada fenomena tersebut maka pemerintah daerah harus melakukan tracing dari hulu sungai sampai hilir sungai.

“Itu saya kurang copy yah, karena tidak tahu datanya. Jadi kami hanya bicara terkait dengan teori perairannya saja,” jawabnya.

Sementara untuk pembuktian teori adanya pencemaran dari air void tambang, hal itu baru bisa diketahui jika pengambilan sampel air juga dilakukan di areal void yang dimaksud.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya