Ragam

harta karun sriwijaya 

Warga Berburu Emas dan Perhiasan di Lokasi Karhutla



Warga menemukan dayung kapal diduga sisa kerajaan Sriwijaya
Warga menemukan dayung kapal diduga sisa kerajaan Sriwijaya

SELASAR.CO – Warga ramai-ramai berburu harta karun saat ditemukannya emas dan perhiasan di lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), tepatnya di Kecamatan Tulang Selapan, Cengal dan Air Sugihan, kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Diduga emas dan perhiasan tersebut berasal dari jaman kerajaan Sriwijaya. Diduga kuat lokasi lahan gambut yang terbakar tersebut dulunya  merupakan kawasan perdagangan atau pelabuhan besar pada masa Kerajaan Sriwijaya hingga masa Kesultanan Palembang Darussalam.

Dugaan tersebut diperkuat dengan ditemukannya bagian kapal, dayung, hingga kemudi di lokasi perburuan harta karun tersebut.

"Selain emas, warga juga menemukan perhiasan kuno yang disebut mata kucing berbentuk kalung. Ini diperkirakan dibuatan dari Mesir dan negara-negara Indopasifik," kata Retno Purwati, Arkeolog dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Rabu (2/10/2019), dikutip dari Kompas.com.

Menurut Retno, perburuan harta Karun pada masa kerajaan Sriwijaya bukan kali ini saja dilakukan oleh warga. Namun pada 2015, kebakaran yang melanda di wilayah itu juga dimanfaatkan warga untuk mencari harta Karun. Berbagai bentuk perhiasan yang mempunyai kandungan emas sering ditemukan warga di lokasi tersebut. "Warga tak perlu menggali terlalu dalam, tetapi sudah ketemu perhiasan itu,terutama logam mulia,"ujarnya.

Menurut Retno, mereka pernah melakukan penelitian terkait penemuan perhiasan tersebut. Setelah diteliti, ternyata perhiasan itu berasal dari abad ke-7 bahkan sampai ke abad ke-12 Kesultanan Palembang Darussalam.

"Kemungkinan ada pergeseran lokasi perdagangan pada masa itu. Untuk kawasan Cengal ditemukan peninggalan dari abad ke 12 sampai Kesultanan Palembang Darussalam,"jelasnya.

Namun, disisilain, perburuan peninggalan barang bersejarah tersebut dapat menyulitkan para arkeolog untuk mencari cerita tentang kerajaan Sriwijaya pada masa tersebut. Sebab, seluruh barang itu diambil tanpa dilaporkan ke pemerintah setempat. "Kebanyakan warga tergiur karena harga yang ditawarkan kolektor cukup tinggi," kata Retno.

 

Penulis: Er Riyadi
Editor: Awan

Berita Lainnya