Ragam
Rumah Pompa banjir 
Beda dengan Surabaya, Rumah Pompa di Samarinda Tak Berefek Kurangi Banjir
SELASAR.CO, Samarinda – Bersamaan dengan banjir Samarinda pekan lalu, Surabaya juga sempat mengalami banjir pada Rabu (15/1/2020). Musababnya hujan mengguyur selama 3 jam dengan intensitas tinggi.
Namun, banjir setinggi 30-80 cm yang terjadi di Kota Pahlawan itu tidak berlangsung lama. Dalam hitungan jam, air sudah mengalir ke tempat semestinya. Usut punya usut, keberhasilan mengendalikan banjir tersebut dikarenakan Surabaya memiliki sebanyak 59 rumah pompa, yang berfungsi baik.
Bagaimana dengan banjir di Kota Tepian yang sudah menjadi masalah klasik? Banjir seakan enggan pergi cepat-cepat pergi dari rumah-rumah warga, terutama Perumahan Bengkuring dan Griya Mukti. Banjir yang melanda awal tahun ini berlangsung selama seminggu.
Seperti Surabaya, Samarinda juga memiliki rumah-rumah pompa untuk mengendalikan banjir. Berada di lima titik, yaitu Jalan S Parman, Polder Vorvo, Polder Air Hitam, Polder Gang Indra, dan Jalan Gelatik. Kelima rumah pompa itu ada yang dibangun oleh Pemkot Samarinda, ada juga oleh Pemprov Kaltim. Namun, pengoperasiannya berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda.
Berita Terkait
Sekretaris Dinas PUPR Samarinda Budi Tristiyono mengungkapkan, dari semua pompa air yang ada, hanya sebagian yang dapat dioperasikan. Mesin pompa di rumah pompa banyak yang mengalami kerusakan. “Di Air Hitam ini lagi trouble pompanya, juga sedang diperbaiki. Yang ready itu di Lembus (Vorvo) dan Polder Gang Indra,” urainya.
Dia mengakui rumah pompa belum bisa memberikan efek berarti dalam pengendalian banjir di Samarinda. Hal itu dikarenakan kondisi alam yang mengakibatkan pompa air tidak bisa difungsikan.
“Sekarang kalau Mahakam sedang tinggi, kemudian (air) Benanga turun, kan bertemu di Karang Mumus,” ujar Budi. Dalam keadaan itu, menjalankan mesin pompa tidak dapat mengurangi banjir. Karena, air tidak dapat dialirkan ke Sungai Karang Mumus (SKM).
Meski rumah pompa yang ada tidak memberi efek terhadap pengendalian banjir, menurut Budi, berdasarkan rekomendasi master plan pengendalian banjir, membangun rumah pompa lengkap dengan pintu airnya di muara SKM adalah salah satu jurus yang diyakini ampuh mengurai banjir.
“Jika itu ada, bisa mengurangi beban yang ada di Griya Mukti dan Bengkuring. Kan di sana banjirnya cukup tinggi. Nah, itu yang sedang mau kita bicarakan, entah (dikerjakan) provinsi atau pemerintah pusat,” jelasnya.
Kabid Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Dinas PUPR Samarinda, Desy Damayanti menambahkan, tahun ini pihaknya menganggarkan Rp 100 juta untuk perawatan pompa-pompa yang ada. “Untuk operasional, termasuk di dalamnya BBM dan pelumas kegiatan swakelola. Pemeliharaan hanya untuk perbaikan jika ada kerusakan,” kata dia.
Agar dapat seperti Surabaya, kata Desy, Samarinda harus melakukan hal yang sama. Di Surabaya ada 59 rumah pompa dengan ratusan pompa air di semua anak sungai yang menuju sungai utama, dan di sungai utama yang menuju laut. “Kalau memang berencana mengendalikan muka air di setiap DAS (daerah aliran sungai), maka kegiatan yang sama harus dilakukan,” tuntasnya.
Penulis: Fathur
Editor: Awan