Utama

Produksi APD Hand Sanitizer  Cegah Corona STIKES KAGAMA 

Bahu-Membahu Produksi APD, Masker, hingga Hand Sanitizer di Samarinda



Balai Latihan Kerja Samarinda di Sungai Kunjang, tempat memproduksi masker dan APD berupa baju hazmat.
Balai Latihan Kerja Samarinda di Sungai Kunjang, tempat memproduksi masker dan APD berupa baju hazmat.

SELASAR.CO, Samarinda – Di masa pandemi saat ini hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan virus corona menjadi buruan. Masker dan hand sanitizer sudah sebulan lebih ini bak pepatah “mencari jarum di dalam jerami”. Bukan hanya kalangan umum, tenaga medis pun kesulitan mendapatkan alat pelindung diri (APD) untuk merawat pasien virus ini.

Sudah seharusnya, saat ini masyarakat bahu membahu agar bisa melewati masa sulit yang dihadapi bersama. Kabar baiknya, langkah ini tampak di Kota Tepian.

Dimulai dari Laboratorium Farmasetika dan Teknologi Farmasi milik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Kagama di Jalan AW Syahranie, Kelurahan Air Hitam, Samarinda. Di laboratorium tersebut, diproduksi hand sanitizer yang sesuai standard kesehatan.

Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang menyaksikan secara langsung proses produksi hand sanitizer tersebut. Bagaimana bahan baku hand sanitizer etanol 95% dicampurkan dengan Gliserol, Hidrogenperoksida dan pewangi.

“Sengaja saya meninjau langsung dan mau mengetahui proses pembuatan hand sanitizer (HS) dan disinfektan yang benar dan baik sesuai standard kaidah farmasi,” ujar Jaang.

Setelah puas melihat aktivitas di laboratorium kampus tersebut, Jaang berjanji akan mengajak pelaku usaha agar turut serta membantu penanganan Covid-19 di Kota Samarinda.

“Saya akan imbau dan menggalang swasta dan perbankan untuk berpartisipasi mengatasi Covid-19 ini, jika ingin membantu hand sanitizer atau disinfektan, kita di Samarinda juga mampu memproduksi. Nah, salah satunya, ya, di STIKES ini,” jelasnya.

Direktur STIKES Kagama, Supomo mengaku, pihaknya telah memproduksi hand sanitizer dalam jumlah banyak. Namun, hand sanitizer buatan mereka tidak untuk diperjual-belikan, tapi didistribusikan ke beberapa kegiatan sosial yang dilaksanakan beberapa instansi pemerintah dan organisasi.

Dia pun mengaku siap bersinergi dengan Pemkot Samarinda dan pihak manapun untuk sama-sama mengentaskan Covid-19 dari Kota Tepian.

“Kami siap membantu Pemkot Samarinda dan membantu siapa saja yang memang ingin membuat untuk kepentingan sosial di saat wabah Covid-19 ini, InsyaAllah dengan bahan yang baik dan cara yang benar, inilah partisipasi kami dari akademisi” jelasnya.

BLK DAN UMKM SAMARINDA BANTU PRODUKSI APD DAN MASKER

Dari laboratorium kampus STIKES Kagama, rombongan Pemkot Samarinda menuju ke Workshop Garmen Apparel milik Balai Latihan Kerja (BLK) Samarinda di Sungai Kunjang. Tempat tersebut memproduksi masker dan APD berupa baju hazmat untuk tenaga kesehatan di Samarinda.

Kepala BLK Samarinda, Andri Susila mengungkapkan, ada 27 relawan setiap hari menjahit di workshop tersebut dalam seminggu ini. Mereka terdiri dari siswa pelatihan, alumni, dan Dharma Wanita BLK.

Dalam waktu seminggu mereka telah memproduksi sebanyak 200 baju hazmat. Sementara untuk produksi masker, per harinya mereka mampu memproduksi hingga 200 masker.

“Kami memang tidak membayar para penjahit ini, semua membantu untuk kepentingan sosial hanya kami siapkan makan dan transportasinya saja. Mudahan ini dapat membantu masyarakat kota Samarinda,” harap Andi Susila.

Wali Kota Jaang memberikan apresiasinya kepada relawan dan BLK yang telah memproduksi APD yang memang sangat dibutuhkan oleh petugas medis. Dia pun meminta agar dinas terkait, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan Kota Samarinda berkoordinasi dengan pihak BLK Samarinda untuk pemenuhan kebutuhan APD di masa ini.

“Intinya kita juga sudah siap mulai memproduksi sendiri untuk mengurangi ketergantungan dari luar daerah, kemudian ditambah dari hasil produksi di tempat lain lagi,” tegas Jaang.

Pemenuhan kebutuhan APD juga menjadi atensi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Samarinda. Salah satunya yang dilakukan Muharram Konveksi yang berada di Jalan Rapak Mahang, Kelurahan Sungai Kapih, Sambutan.

"Alhamdullilah ada usaha konveksi di Samarinda yang sudah beberapa hari ini melakukan diversifikasi usahanya dengan fokus membantu produksi baju hazmat dan masker ini," ujar Muhammad Faisal, Kepala Dinas Perindustrian (Disperin) Kota Samarinda baru-baru ini.

Mantan Kepala Dinas Pariwisata ini melihat bagaimana proses pembuatan dan bahan yang digunakan dalam pembuatan masker dan baju hazmat. Kendati bangunan terlihat kecil dari luar, Faisal mengaku terkejut ada sebanyak 30 orang yang bekerja di dalamnya.

“Awalnya memang mereka fokus ke konveksi baju, kaos, jaket, tas, terpal seperti juga usaha sejenis. Nah di saat banyak orang kesusahan mencari APD mereka lalu mencoba membantu produksi. Walau agak kesulitan dengan bahan baku yang susah dicari dan mahal sekali," tutur Faisal.

Ia melanjutkan, usaha yang dilakukan oleh Muharram Konveksi ini sejalan apa yang diinginkan oleh Wali Kota Syaharie Jaang. Dimana pengusaha ikut andil dalam upaya pengentasan masalah virus yang muncul saat ini.

"Pengusaha lokal dapat berperan membantu pemenuhan kebutuhan APD, sehingga kita tidak terlalu bergantung dengan pasokan dari daerah lain dan mengurangi kelangkaan yang menyebabkan harga menjadi tinggi," jelas Faisal.

Sementara itu Muhammad Nur, pemilik Muharram Konveksi mengaku pihaknya saat ini memang tengah fokus dalam memproduksi APD yang menjadi kebutuhan tenaga medis. Sehingga dengan begitu dia berharap mampu memenuhi kebutuhan baju hazmat dan masker di Kota Samarinda.

“Kami mampu memproduksi sekitar 20 baju hazmat dan 1.000 masker setiap harinya saat ini, mudahan nanti dengan bertambahnya mesin jahit, kami bisa produksi lebih banyak lagi," jelas pria yang akrab disapa Memed ini.

Untuk menggenjot jumlah produksi, Memed mengaku tidak hanya memberdayakan pekerjanya. Tapi juga beberapa penjahit yang tersebar di beberapa wilayah lain di Samarinda yang bekerja di rumah masing-masing.

“Memang hambatan utama adalah susahnya dan mahalnya pasokan bahan baku serta masih kekurangan mesin untuk produksi, saat ini kami baru mempunyai 40 mesin jahit beragam type untuk mendukung usaha ini,” pungkas Memed.

Penulis: Fathur
Editor: Awan

Berita Lainnya