Utama

Inflasi di Kaltim  Dampak Kenaikan BBM  Inflasi BBM Kelangkaan BBM  BBM Naik  Harga BBM Naik  BBM Subsidi 

Inflasi Transportasi Kaltim Capai 0,63 Persen, Penyesuaian Harga BBM Jadi Pemicu Utama



Ilustrasi SPBU.
Ilustrasi SPBU.

SELASAR.CO, Samarinda - Pada Oktober 2022, Inflasi Kaltim tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kaltim periode Oktober 2022 tercatat inflasi sebesar 0,17% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,85% (mtm). Capaian ini membuat inflasi tahunan Kaltim pada Oktober 2022 tercatat sebesar 5,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan capaian nasional yang berada pada 5,71% (yoy).

Berdasarkan kelompok pengeluarannya, inflasi pada bulan ini utamanya bersumber dari peningkatan harga pada kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran, serta kelompok transportasi. Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Inflasi pada kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran sejalan dengan peningkatan keyakinan konsumen. Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Kaltim, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Oktober 2022 meningkat menjadi 133,67 dari 119,58 pada bulan sebelumnya. Disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Ricky Perdana Gozali, adapun IKK terbentuk dari keyakinan konsumen terhadap Kondisi Ekonomi saat ini dan Ekspektasi Konsumen ke depan, dan lebih lanjut mengindikasikan peningkatan daya beli masyarakat sehingga terdapat peningkatan konsumsi masyarakat, yang tercermin dari inflasi kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran sebesar 1,77% (mtm). 

“Sementara pada kelompok transportasi, adanya penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan penyebab utama inflasi kelompok transportasi. Komoditas utama yang mendorong inflasi transportasi adalah bensin dan angkutan antar kota. Namun demikian, capaian inflasi transportasi yang sebesar 0,63% (mtm) tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya,” ujar Ricky. 

Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa tekanan inflasi yang lebih tinggi, tertahan oleh terkendalinya harga komoditas pangan. Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,45% (mtm). Penurunan harga utamanya terjadi pada komoditas bawang merah, cabai merah, telur ayam ras, minyak goreng dan cabai rawit. Deflasi pada kelompok pangan tersebut didorong masif dan intenfisnya program pengendalian inflasi pangan yang dilaksanakan oleh seluruh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

TPID se-Kalimantan Timur juga terus berupaya melakukan optimalisasi program pengendalian inflasi untuk mengantisipasi kenaikan harga komoditas pangan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). 

“Juga telah dilaksanakan Gelar Pangan Murah yang diselenggarakan oleh TPID tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sebagai tindak lanjut dari Kerjasama Antar Daerah (KAD), telah dilakukan berbagai tindak lanjut realisasi antara Kalimantan Timur dengan Nusa Tenggara Timur (NTT), serta tindak lanjut KAD Kota Samarinda dengan Jakarta dan Pinrang. Ke depan, akan dioptimalkan alokasi Dana Insentif Daerah dan Dana Tranfer Umum untuk program pengendalian inflasi di daerah sebagaimana arahan Presiden RI,” pungkasnya.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya