Kutai Timur
Belajar Bahasa Isyarat Bahasa Isyarat Komunitas Sukma Komunitas Sunyi Bermakna kelas bahasa isyarat 
Sukma, Wadah Belajar Bahasa Isyarat, Diminati Berbagai Kalangan
SELASAR.CO, Sangatta - “Tak Kenal Maka Tak Sayang”, mungkin ini ungkapan yang pas untuk menggambarkan perjuangan yang tengah dibangun oleh teman-teman komunitas Sukma (Sunyi Bermakna). Guna memperkenalkan bahasa isyarat kepada masyarakat di Kabupaten Kutai Timur.
Sukma merupakan komunitas yang didirikan oleh wali murid anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunarungu yang menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kutai Timur.
“Kelas ini awalnya untuk anak tunarungu yang ingin kosa katanya bertambah. Belakangan diminati juga oleh masyarakat, guru, pegawai pemerintah hingga pelajar,” sebut Arum Puspitaningtyas, selaku penggagas yang juga menjadi mentor.
Melihat banyaknya peminat, lantaran instansi pemerintah dituntut ada Juru Bahasa Isyarat (JBI) disetiap kegiatan. Maupun bagi guru sekolah inklusi memerlukan skill tambahan, maka pihaknya mulai membuka kelas untuk umum.
Dirinya berharap, dengan keberadaan kelas bahasa isyarat ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat yang inklusif, khususnya di Sangatta Utara dan Kabupaten Kutai Timur.
“Bisa sadar atas keberadaan anak-anak disabilitas khususnya tunarungu, jadi seandainya mereka bertemu bisa berkomunikasi dan tidak memandang sebelah mata,” harapnya.
Kelas yang hadir setiap Selasa dan Sabtu pukul 16.00 – 17.30 Wita di area Swimming Pool Hotel Royal Victoria Sangatta itu, terbuka untuk umum dan gratis. Selain dirinya, ada pula Noval yang juga tunarungu bertindak sebagai guru.
Salah satu peserta yang antusias mengikuti kelas Sukma yakni M. Al Farizi E, Siswa Kelas XII di SMK Negeri 2 Sangatta Utara. Dirinya mengaku mendapat informasi dari teman, setelah melihat, dirinya tertarik untuk mempeljarinya.
“Kalo awal-awal susah, tapi kalo misalkan sudah terbiasa lama kelamaan terasa lebih gampang,” sebutnya.
Meskipun baru mengikuti dua kali pertemuan, namun dirinya mengaku enjoy lantaran mendapatkan ilmu dan sahabat baru. Bahkan dirinya berencana mengajak teman-temannya yang lain.
“Disini dapat ilmu baru, misalkan nanti kuliah atau ikut lomba atau aktivitas apapun ibu mungkin bisa dipakai, sebagai salahsatu media saya untuk menunjukan keahlian saya,” sebut remaja 18 tahun itu.
Sementara itu pihak Hotel Royal Victoria Sangatta melalui Cing Cing selaku General Manager, mengaku akan semaksimal mungkin mensupport kelas bahasa isyarat.
Jika melihat tingginya minat masyarakat, lokasi saat ini dinilai tidak mencukupi. Oleh sebab itu dirinya akan pikirkan tempat terbuka yang dapat mengakomodir semua yang datang.
“Semakin banyak orang tua dan masyarakat umum bisa belajar bahasa isyarat, sehingga bahasa ini bukan bahasa khusus bagi mereka (tunarungu),” jelas Cing Cing.
Dirinya sengaja pilihkan lokasi terbuka didekat kolam renang, sehingga pengunjung sembari berenang juga bisa menikmati bahasa isyarat, meskipun tidak duduk bersama. Bahkan, beberapa staf hotel pun ada yang mengikuti kelas tersebut, dengan harapan dapat menyambut tamu berkebutuhan khusus.
“Belajar bahasa isyarat merupakan program yang menarik, bagi teman-teman berkebutuhan khusus ini mungkin biasa. Tapi untuk kami dan juga orang tua, terkadang sulit berkomunikasi dengan mereka,” tambahnya.
Selain memberikan ruang belajar gratis bagi komunitas Sukma, Hotel Royal Victoria Sangatta juga bakal menjadi pelopor dalam memberikan kesempatan kepada teman-teman tunarungu untuk program magang.
Penulis: Bonar
Editor: Awan