Kolom
Cara Mencegah Stroke di Usia Mudai Stroke di Usia Muda Tips Kesehatan 
Mencegah Stroke di Usia Muda
Ditulis Oleh: dr. I Gusti Ayu Prita Sari Melati, S. Ked
Stroke dapat terjadi akibat terhambatnya aliran darah ke otak atau pendarahan di dalam otak. Terdapat dua jenis stroke yakni: stroke iskemik dan stroke pendarahan. Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak terganggu. Darah membawa oksigen dan nutrisi ke sel otak dan tergganggunya hal ini dapat menyebabkan kematian sel otak dalam hitungan menit. Stroke pendarahan terjadi karena pendarahan di otak yang mendadak menyebabkan peningkatan tekanan di otak sehingga merusak sel otak. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), stroke dapat menyerang berbagai kelompok usia. Dikatakan bahwa stroke menyerang satu diantara tujuh orang yang berusia antara 15–49 tahun.
Pergeseran haya hidup dan pola makan pada usia remaja dan dewasa muda menimbulkan masalah seperti obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes dimana merupakan faktor risiko stroke. Selama sepuluh tahun kebelakang terdapat peningkatan angka penderita stroke usia muda yakni 67%. Stroke di usia muda berpotensi membutuhkan perawatan medis lebih lama dan berbiaya besar. Pada tahun 2018, BPJS Kesehatan merilis data yang menyebutkan bahwa stroke menguras dana negara sebesar 2,56 triliun rupiah.
Penyebab Stroke di Usia Dewasa Muda
Berita Terkait
Terdapat beberapa faktor risiko dapat mengintai dewasa muda yakni:
- Kelainan genetik, seperti cerebral small vessel disease (CADASIL) dan sindrom Marfan yang berisiko terjadinya terjadinya stroke sumbatan.
- Kelainan anatomis pembuluh darah seperti pelebaran pembuluh darah (aneurisma) dan malformasi arteri vena merupakan penyebab yang sering mencetus terjadinya stroke pendarahan di usia dewasa muda.
- Migrain, yang dikeluhkan pada sekitar 1/3 penderita stroke. Gejala migraine dapat bermacam-macam, namun terdapat gejala yang dapat meningkatkan terjadinya stroke penyumbatan yakni: sensasi seperti melihat kilatan cahaya; terganggunya penglihatan; kesemutan dan kelemahan pada lengan atau kaki.
- Kehamilan dan penggunaan obat kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke penyumbatan yang marak terjadi pada trimester ketiga hingga 6 minggu pasca persalinan.
- Gaya hidup tidak aktif bergerak, contohnya terlalu lama duduk atau bekerja di depan meja dan kurang berolahraga
- Konsumsi zat-zat tertentu, seperti tembakau dalam rokok dan nikotin yang terkandung dalam kopi
- Stres
Mengetahui Tanda dan Gejala Stroke di Usia Dewasa Muda
Luaran semakin baik apabila stroke diidentifikasi lebih dini dan mendapat penanganan medis, khususnya dalam 24 jam pertama sejak gejala pertama. Oleh karena itu penting untuk mengetahui tanda dan gejala stroke agar mengetahui kapan pasien harus segera ditangani medis.
Terdapat akronim yang biasa digunakan dalam identifikasi stroke yakni “B.E. F.A.S.T.” yang terdiri dari:
- Balance (Keseimbangan): Apakah pasien merasakan tubuhnya kehilangan keseimbangan secara mendadak atau merasa pusing?
- Eyes (Pandangan): Apakah pandangan pasien terganggu?
Face (Wajah): Apakah wajah atau senyum pasien tampak miring? Apakah ada satu sisi wajah pasien yang tampak jatuh? - Arm (Lengan): Apakah satu lengan atau kaki pasien tampak lebih lemas dibanding sisi satunya? Apakah pasien merasa lemas pada satu sisi tubuhnya?
- Speech (Bicara): Apakah pasien mengalami kesulitan berbicara, berkomunikasi, atau mengerti percakapan? Apakah bicaranya tidak jelas atau pelo?
- Time (Waktu): Bawalah pasien ke Rumah Sakit secepatnya agar mendapat penanganan optimal
Pencegahan Stroke di Usia Muda
Beberapa faktor risiko dapat diperbaiki agar mencegah terjadinya stroke di usia muda. Manajemen faktor risiko bukan berarti seseorang harus meminum obat saja, namun mengurangi faktor risiko stroke dapat dilakukan dengan konsumsi makanan yang lebih sehat, berolahraga, dan tidur yang cukup dengan minimal 8 jam sehari. Selain itu pemeriksaan berkala di Rumah Sakit atau penyedia layanan kesehatan terpercaya dapat mengenali faktor risiko stroke seperti diabetes dan hipertensi sehingga dapat diberikan penanganan sesuai dengan tingkat keparahannya sebelum berkembang menjadi stroke.