Utama

Bandara APT Pranoto Dihentikan APT Pranoto 

Tertatih-tatih, Bandara APT Pranoto Samarinda seperti Bayi Disuruh Berlari



Bandara APT Pranoto kepayahan menanggung pertumbuhan penumpang yang sangat cepat.
Bandara APT Pranoto kepayahan menanggung pertumbuhan penumpang yang sangat cepat.

SELASAR.CO, Samarinda – Penghentian sementara operasional Bandara APT Pranoto selama 25 hari, secara resmi diumumkan oleh Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) APT Pranoto, Jumat (8/11/2019). Perbaikan total pada bagian taxiway menjadi salah satu item pengerjaan yang akan dilakukan selama bandara tak beroperasi. Di samping, pengerjaan Airfield Lighting System (AFL).

Untuk diketahui, taxiway berfungsi sebagai landas hubung antara runway dan apron (kawasan parkir pesawat). Bandara APT Pranoto memiliki taxiway sepanjang 160 meter, dengan lebar 12 meter. 

Dari penuturan Salman Lumoindong, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kaltim, area taxiway bandara APT Pranoto setidaknya pernah mengalami kerusakan di enam titik. Kerusakan tersebut terjadi di 100 meter awal taxiway, sementara 60 meter sisanya masih dalam keadaan baik. Nantinya taxiway sepanjang 100 meter inilah yang akan dibongkar kemudian dibangun kembali.   

“Oleh karena itu tim dari Panel Ahli Kementerian merekomendasikan tidak diperbaiki per titik, tapi 100 meter diperbaiki semua. Karena memang beban dari pada taxiway atau runway kita memang sudah berlebih. Untuk yang 60 meter (sisanya) kami berharap bertahan selamanya. Tetapi tetap saja karena kapasitasnya sudah berlebih akan terjadi penurunan, pasti itu. Karena itu sepanjang tahun akan dilakukan perawatan terus. Semua bandara saya pikir ada pemeliharaan,” jelas Salman.

Meski begitu, saat ditanya awak media terkait berapa lama ketahanan konstruksi aspal taxiway dengan nilai proyek Rp 3 miliar dari dana APBD Pemprov kaltim ini, Salman mengaku tidak bisa memprediksi. “Ya, kita usahakan lama lah, ya, tapi tergantung juga. Karena itu kami tunggu tim rekomendasi dari Tim Panel Ahli Kementerian karena kami juga tidak bisa memprediksi kerusakan,” katanya.

Untuk diketahui, Tim Panel Ahli Kementerian Perhubungan, yang melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi bangunan APT Pranoto sudah mengeluarkan rekomendasi. Yaitu, perlu adanya peningkatan struktural pada taxiway. Dari hasil pemeriksaan, diperoleh bahwa kondisi area tersebut mengalami pelemahan di beberapa titik. Hal itu dikarenakan air permukaan di dalam tanah yang sulit keluar, sehingga harus dilakukan perbaikan secara menyeluruh.

“Jadi drainasenya akan kami buat, kemudian peningkatan aspal,” sebut Salman.

Sementara untuk pengerjaan Airfield Lighting System (AFL) nantinya akan menggunakan dana dari APBN senilai Rp 12 miliar. Seperti diketahui, tujuan pemasangan perangkat ini untuk memudahkan pilot dalam mendaratkan pesawat, saat jarak pandang minimal. Saat ini jarak pandang minimal take off penerbangan di APT Pranoto masih berada di 5 kilometer. Nantinya, dengan pemasangan perangkat baru ini, penerbangan dapat dilakukan dengan jarak dua kilometer.

Salman pun menjanjikan pengerjaan dua item ini tidak akan molor selama tidak ada kendala yang benar-benar tidak dapat dihindari.

Secara teknis, bandara yang berdiri di atas lahan seluas 13 hektare itu, sementara ini hanya punya panjang runway 2.250 meter dan lebar 45 meter, dan apron berukuran panjang 173 meter dan lebar 23 meter. Adapun hanggar, punya luasan 36.342 meter persegi.

Pertumbuhan penumpang sejak diresmikan 24 Mei 2018 lalu, mencapai rata-rata 10,4 persen tiap bulannya. Pada bulan Juli 2019 misalnya, tercatat ada 661.426 penumpang yang pergi maupun datang di bandara ini. Dengan kualifikasi yang ada, Bandara APT Pranoto tertatih-tatih menanggung beban sekitar 48 pergerakan pesawat take off maupun landing setiap harinya.

Hal inilah yang menurut Dodi Dharma Cahyadi, Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) APT Pranoto, menjadi penyebab turunnya kinerja area yang dilalui pesawat. Bahkan ia mengumpamakan bandara APT Pranoto seperti bayi yang disuruh berlari.

“Jadi di APT Pranoto ini terjadi penurunan performance (kinerja), karena kepadatan, dalam artian laju pertumbuhan (penumpang) kami itu sangat cepat. Jadi ibaratnya bayi disuruh lari. Jadi ini karena sangat dahsyatnya Samarinda, sangat luar biasa sekali permintaan (penerbangan). Kita tidak bisa membendung hal itu,” ujar Dodi.

Diketahui, dalam kurun satu tahun, Bandara APT Pranoto sudah 4 kali mengalami kerusakan pada taxiway. Hal itu memaksa operator bandara menutup sementara operasinya selama perbaikan. Kerusakan pernah terjadi pada 17 Maret 2019, 2 Oktober 2019, dan 7 Oktober 2019. Terbaru, seperti diumumkan, bandara akan ditutup mulai Rabu 20 November hingga Minggu 15 Desember 2019.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya