Utama
Pasien kabur Pasien Diisolasi Positif corona 
Pasien Positif Corona di Samarinda Kabur dari Isolasi, Catat Rekam Jejaknya!
SELASAR.CO, Samarinda – Seorang pasien positif corona di Samarinda kabur dari kewajiban isolasi (karantina). Pasien tersebut merupakan salah satu dari enam kasus terkonfirmasi positif baru di Samarinda, yang diumumkan pada Sabtu (2/5/2020).
Informasi ini berawal dari pesan berantai di salah satu WhatsApp Group malam tadi.
“Satu pasien positif kabur guys. Meninggalkan pesan whatsapp yang dia kirim isinya ‘Gak perlu berburuk sangka, orang yang tiap hari sama saya saja tidak tertular,” bunyi pesan tersebut.
Dikonfirmasi hal itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Samarinda, Ismed Kusasih enggan berkomentar banyak. “Coba konfirmasi ke dr Ery atau dr Ossa, saya detailnya ngga hapal,” ujarnya kepada SELASAR.
Berita Terkait
Dihubungi terpisah, dr Ery Wardhana, salah seorang dokter Tim Surveilance Pusat Karantina Covid-19 Samarinda meluruskan informasi pesan berantai yang tersebar di beberapa grup WhatsApp tersebut. Dia mengatakan yang bersangkutan bukan kabur dari rumah sakit karantina atau rumah sakit rujukan Covid-19. Karena sedari awal pasien tersebut tidak kooperatif dengan prosedur tetap (protap) yang telah ditetapkan untuk mengikuti karantina.
“Jadi dia memang dalam masa pemantauan dengan hasil rapid test reaktif. Biasanya kalau rapid positif (reaktif), protapnya dikarantina, baik karantina di rumah sakit atau di rumah sendiri. Kalau pasien ini, entahlah, dia banyak berkelit,” jelas Ery.
Ia menerangkan, pasien tersebut memiliki riwayat perjalanan dari Kota Surabaya, Jawa Timur beberapa waktu lalu. Sempat memeriksakan diri di salah satu dokter spesialis di Samarinda pada 17 April, dan melakukan uji lab pada hari berikutnya. Pada 20 April, pasien tersebut melakukan rapid test di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) dan hasilnya reaktif.
“(Pasien) datang ke Samarinda kita dapat informasi dari informasi antar-Gugus Tugas, langsung kita swab, baru keluar hari ini (Sabtu, dan hasilnya positif),” lanjutnya.
Pengambilan sampel swab tenggorokan dilakukan pada 23 April lalu di RS Karantina Covid-19 Gedung Bapelkes Kaltim, Jalan Wolter Monginsidi, Samarinda Ulu. Namun ketika pasien diminta untuk isolasi di Rumah Sakit Darurat tersebut, pasien menolak dan memilih isolasi mandiri di rumah dengan alasan tinggal seorang diri.
Namun, hingga hasil analisa laboratorium keluar, pasien tidak memberikan informasi yang benar terkait keberadaannya. Ery menyebut, pasien tersebut mengaku berada di Kutai Barat, namun ketika dihubungi, keluarganya mengatakan tidak ada.
Dari catatan SELASAR, pasien ini diduga adalah pasien dengan kode SMD 25 dengan riwayat perjalanan dari Surabaya. Yakni seorang pemuda berusia 25 tahun yang baru Sabtu kemarin statusnya terkonfirmasi positif Covid-19.
Ery menuturkan, pasien juga beberapa kali mengirimkan pesan kepada seorang anggota tim surveillance yang isinya bikin petugas mengurut dada: "Oke dok datang aja kesini jemput. Kalau ada CCTV tau kan saya dimana. Seandainya saya memang positif, saya tanpa gejala, jadi kalau 2 minggu lagi saya karantina, saya total karantina 3 minggu otomatis virusnya hilang sendiri selama saya tidak ada interaksi dengan orang lain tidak akan menjadi ancaman bagi orang lain dan tidak akan memperberat tugas dokter."
Ery menyayangkan sikap pasien tersebut. "Perilaku pasien yang seperti ini bisa kemudian mempercepat Samarinda menjadi daerah dengan transmisi lokal. Ketika memang harus karantina, apalagi statusnya positif, tapi melakukan perjalanan kemana-mana," sesalnya.
Informasi terakhir, kata Ery, pasien telah berada di Surabaya. “Sudah kita serahkan ke provinsi, dan dari provinsi sudah menyerahkan ke Gugus Tugas Surabaya untuk pelacakan,” tandasnya.
Berikut rekam jejak pasien tersebut:
- 17 April berobat ke salah satu dokter spesialis penyakit dalam di Samarinda.
- 18 April cek lab di Prodia.
- 17-19 April sempat 3-4 kali bolak balik ke Bankaltim.
- 20 April ke RSPB rapid test positif reaktif.
- 23 April swab di Pusat Karantina Samarinda. Direncanakan 2 kali swab tapi hanya hadir 1 kali
- 24 April diantar keluarga balik ke Surabaya.
- Dari 24 April - 1 mei, pasien memberikan informasi palsu melalui pesan whatsapp terkait keberadaannya (ke Kubar, ke kebun) dan menolak arahan tim Covid utk pemeriksaan swab kedua serta arahan isolasi mandiri.
Penulis: Fathur
Editor: Awan