Utama

Jalan longsor tanah longsor Longsor Samarinda seberang Tanah longsor di samarinda Seberang Jembatan mahkota II 

Derita Warga akibat Jalan Tertutup Longsor, Pemotor Pilih Lewat Kolong Jembatan Mahkota II



Salah satu pengendara motor yang memilih jalan darurat di bawah Jembatan Mahkota II untuk memotong waktu tempuh.
Salah satu pengendara motor yang memilih jalan darurat di bawah Jembatan Mahkota II untuk memotong waktu tempuh.

SELASAR.CO, Samarinda - Jalan Pattimura selama ini menjadi akses utama yang menghubungkan Kecamatan Samarinda Seberang-Palaran. Aktivitas ekonomi warga pun sangat bergantung pada jalan di bawah wewenang Pemprov Kaltim tersebut. Akibat longsor yang menimbun jalan di kawasan tersebut, semua arus kendaraan pun dialihkan ke kawasan Simpang Pasir dan keluar melalui Stadion Utama Palaran. Selain itu, warga juga diarahkan melalui jembatan Mahkota II untuk kemudian memutar melalui jembatan Mahakam IV. 

Salah satu warga, Suska Ari, mengaku setiap hari melalui jalan Pattimura untuk mengantar barang dagangannya. "Saya ini kan sehari-hari jualan, Mas, jadi kalau mau kirim barang dari Palaran ke jalan Bung Tomo dan Mangkupalas harus memutar," ujarnya. 

Dia pun menambahkan menjalankan bisnis berjualan barang dan pengirimannya, membuat dirinya harus betul-betul mempertimbangkan jarak tempuh rumah si penerima barang. 

"Pertimbangan saya lewat Jembatan Mahkota II itu terlalu jauh. Kalau lewat Simpang Pasir itu bagus sebetulnya jalannya, cuma gelap banget kalau malam jadi agak takut, karena waktu bawa barang kan tidak bisa bawa motor laju. Selain itu banyak juga kendaraan-kendaraan besar seperti peti kemas lewat situ semua. Jadi saya kadang lewat bawah Mahkota II kalau bawa barang sedikit," jelasnya. 

Memang, setelah Jalan Pattimura ditutup, banyak pengendara motor yang memilih jalan darurat di bawah Jembatan Mahkota II untuk memotong waktu tempuh. Akses masuk jalan ini berada di jalan Ampera yang letaknya tidak jauh dari simpang empat jembatan Mahkota II. Tidak sulit menemukan akses masuk menuju jalan ini, karena ramainya pengendara yang keluar masuk dari kawasan tersebut. Tim redaksi SELASAR pun mencoba langsung jalur yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. 

Warga lainnya, Tomo, yang bermukim di jalan Mangku Jenang Dalam, Kelurahan Simpang Pasir, Kecamatan Palaran mengaku telah melalui jalur ini semenjak longsor di jalan akses utama. Bekerja sebagai penjual sayur di Mangkupalas membuat dirinya sehari-hari melalui jalan ini. 

"Saya sehari-hari jualan sayur di Mangkupalas, jadi setiap hari lewat jalan itu. Berhubung itu ditutup jadi terpaksa lewat sini. Kalau jarak tempuh bertambah kan saya harus tambah ongkos bensin lagi, Mas, padahal penjualan juga sedang turun sekarang karena Covid ini," tuturnya. 

Dia pun berharap agar pengerukan tanah dari jalan tersebut bisa berlangsung cepat agar bisa kembali dilalui. 

"Harapan saya agar pengerjaan pengerukan tanah itu cepat diatasi, lah, agar orang-orang seperti kami rakyat kecil ini tidak kesulitan. Penghasilan sudah sedikit jadi semakin susah. Kalau untuk sedikit terus harus putar jauh hasil jualan cuma habis beli bensin saja," keluhnya. 

SELASAR pun bertemu dengan Sahrudin, salah satu warga yang menjaga arus kendaraan agar tidak saling bertabrakan saat melalui jalan ini. "Jalan ini tembus ke jalan perusahaan, kira-kira 500 meter baru masuk lagi ke jalan utama (Jalan Trikora)," ungkap Sahrudin. 

Kondisi jalan yang di salah satu ruasnya memang hanya bisa dilalui satu kendaraan membuat jalan tersebut rawan kecelakaan. Selain itu jalan yang melewati sela-sela tiang pancang penyangga jembatan membuat kendaraan ekstra hati-hati jika tidak ingin terjatuh karena menyenggol tiang jembatan tersebut. 

"Jalan ini awalnya memang hanya berbentuk jalan setapak saja dan bukan untuk kendaraan. Tapi setelah jalan di atas longsor, banyak motor yang pilih lewat sini karena dekat," sebut Sahrudin. 

Dirinya bersama warga lainnya mengaku menjaga kawasan tersebut sejak pukul 07.00 Wita hingga pukul 21.00 Wita. "Hampir 20 orang yang jaga, kan banyak titik-titik pertemuan kendaraan yang rawan. Dulu jalan setapak saja tidak pernah dilalui kendaraan, tapi sejak jalan utama itu longsor kami buat seadanya jalan di sini," sebutnya. 

Meski tidak wajib, dirinya pun menerima uang sumbangan dari warga untuk sekedar upah makan dan minum para warga yang berjaga. Karena selain mengatur arus kendaran, beberapa warga juga menyediakan jasa joki motor untuk para pengendara wanita untuk melewati jalan tersebut. Tidak hanya itu, warga lainnya juga bertugas menutup area jalan yang licin karena tanah yang basah akibat hujan. 

"Kalau hujan biasanya banjir, karena air dari pipa Jembatan Mahkota II turun semua ke bawah sini," ungkap Sahrudin. 

Jalan tersebut akan sangat pada jam pulang dan berangkat kantor, sehingga warga yang berjaga kadang sampai kewalahan mengatur arus kendaraan yang melewati jalan. 

"Sering kendaraan jatuh di sini, kadang karena hujan bisa juga karena memang orang itu pertama kali lewat sini jadi tidak hafal kontur jalan," imbuhnya.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya