Kutai Timur
Penyakit stroke Mahyunadi Salaming Merantau 
Nasib Single Father Salaming: Merantau ke Kutim, Kena Stroke, Lalu Ditinggal Istri
Rupanya peruntungan Salaming kurang baik di Gunung Kudung, Bengalon, Kutai Timur (Kutim). Di tanah rantau, bapak dua anak ini terserang stroke. Istrinya kemudian angkat kaki untuk menikah lagi.
SALAMING, pria 45 tahun ini sudah setahun lebih meninggalkan kampung halaman di Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk menetap di Kutim. Tepatnya di Jalan Poros Muara Wahau, Desa Tepian Langsat, Kecamatan Bengalon. Sepanjang waktu itu pula, ia dihantam ujian yang cukup berat.
Sekitar awal 2019, Salaming merantau ke Gunung Kudung dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Namun, nasib berkata lain. Baru beberapa bulan menginjakkan kaki di Kutim, Salaming mendadak terserang stroke. “Sudah setahun setengah sakitnya,” kata Salaming yang tidak fasih berbahasa Indonesia.
Hari berganti bulan, kondisinya tidak kunjung membaik. Sang istri yang merasa tidak sanggup lagi menanggung beban itu, diam-diam pergi dan memutuskan menikah dengan pria lain. Perempuan itu meninggalkan dua buah hatinya, Wiwin (7) dan Ridho (11), bersama ayah mereka yang menderita stroke. Kini, Salaming menjadi ayah tunggal (single father) bagi kedua anaknya.
Berita Terkait
Kabar menyedihkan itu sampai ke telinga Mahyunadi, anggota DPRD Kaltim dari daerah pemilihan Kutim-Berau, yang juga bakal calon bupati Kutim.
Langkah kaki Salaming tampak terseok-seok. Sembari membenahi sarung yang membebat pinggangnya, dia terus mencoba menguatkan langkah.
Dengan kaus polo berkerah dan kopiah hitam menempel di kepala, Salaming menggerakkan tangan kanannya mencoba menyalami Mahyunadi.
Kepada Mahyunadi, Salaming bercerita dalam bahasa daerahnya, bahwa dia hidup serba terbatas sejak terserang penyakit stroke. Untuk sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia berharap bantuan dari tetangganya.
“Terima kasih, Pak. Terima kasih atas bantuannya,” ucap Salaming dengan nada parau dan mata berkaca-kaca usai menerima bantuan sembako dan uang santunan dari Mahyunadi.
Informasi mengenai kondisi Salaming, didapat Mahyunadi dari pesan di media sosial. Dari situ, lewat timnya, Mahyunadi mencari tahu kebenaran informasi tersebut. Lalu didapat info bahwa Salaming telah dirujuk dari Gunung Kudung ke Sangatta oleh seorang warga bernama Maulana Yusuf (32), warga Jalan H Masdar, Sangatta Utara.
Kepada Mahyunadi, Maulana menceritakan, semula dia tidak sengaja bertemu dengan Salaming dan kedua anaknya saat mengantar dagangannya ke Gunung Kudung akhir pekan lalu. Pada saat duduk ngopi, tiba-tiba seorang anak perempuan menyambanginya.
“Saya tanya, sudah makan belum? Kemudian saya suruh pilih mau makan apa. Saya tanya, siapa namanya? Dia jawab, katanya Wiwin. Saya tanya lagi, kelas berapa, Dik. Dia jawab, kelas IV SD. Tapi enggak sekolah lagi,” tutur Maulana.
Dari situ, Maulana kemudian mengajak Wiwin untuk sekolah di Sangatta. Sejurus kemudian, pemilik warung kopi menyahut, kalau mau bawa anak itu ke Sangatta, maka bawa juga kakak dan bapaknya.
“Loh, maksudnya gimana, Pak? Kata pemilik warung kopi, anak itu mengurusi bapaknya yang lagi sakit stroke. Setelah dari situ, saya langsung belikan sembako buat anak itu dan bapaknya. Dan saat saya ke rumahnya, ternyata bapaknya memang sakit,” lanjut Maulana.
Hati pria berbadan tinggi besar itu kian terenyuh, setelah mendapati kondisi kehidupan Salaming dan kedua anaknya yang cukup memprihatinkan. Salaming dan anak-anaknya tinggal di rumah yang kondisinya sangat rusak dengan atap yang banyak bocor.
“Saya kemudian ke Sangatta. Beberapa hari setelah itu, saya kembali ke Gunung Kudung mengajak bapaknya untuk berobat dan bapaknya mau,” tuturnya.
Maulana merasa cukup kaget saat tahu ada tim dari Mahyunadi menghubunginya. Semula dia cukup ragu dengan hal itu. Namun, semua ragu itu terjawab saat Maulana melihat sendiri Mahyunadi hadir di kediaman tempat dia dan Salaming tinggal.
“Saya kaget sih, kok, Bapak Mahyunadi benar-benar datang sendiri menjenguk dan memberikan bantuan kepada Pak Salaming dan kedua anaknya,” katanya.
Gerak cepat yang dilakukan bakal calon Bupati Kutim itu cukup diapresiasi oleh dia. Sebab menurutnya, jarang ada pejabat yang mau bergerak cepat dan datang menyambangi warga yang membutuhkan bantuan seperti Salaming yang sedang sakit stroke dan hidup dalam serba kekurangan.
“Apa yang dilakukan Pak Mahyunadi ini termasuk sangat luar biasa menurut saya. Alhamdulillah, Bapak Mahyunadi tanggap sangat cepat. Semoga kebaikan ini mendapatkan pahala di sisi Allah. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak Mahyunadi,” ucapnya sembari memanjatkan doa. “Insyaallah, doa dari mereka yang sakit dan teraniaya, akan terkabulkan,” tambah Maulana.
Sementara itu, Mahyunadi menyampaikan, bahwa sudah sewajarnya manusia saling tolong menolong, apalagi terhadap mereka yang membutuhkan. Sudah menjadi kewajiban bagi dirinya untuk menolong ketika ada masyarakat yang membutuhkan.
Dia mengatakan, masyarakat butuh orang yang cepat tanggap seperti Maulana Yusuf untuk bisa menyampaikan kepada seluruh masyarakat dan pemerintah, bahwa masih banyak warga yang membutuhkan uluran tangan. Peran dari RT pun diharapkan agar bisa ekstra memantau kondisi setiap warganya.
“Mungkin apa yang saya bantu ini tidak seberapa. Mudah-mudahan ini bisa bermanfaat untuk Bapak Salaming. Anak-anak beliau juga harusnya bisa melanjutkan lagi sekolah SD dan SMP. Masa depan Bapak Salaming ini berada pada masa depan anak-anaknya,” tuturnya.
Mahyunadi berjanji, jika Allah dan masyarakat mengamanahkan dia sebagai bupati Kutim, maka ke depan pemerintah akan cepat tanggap membantu orang-orang seperti Salaming dan anak-anaknya. Jangan ada lagi masyarakat Kutim yang terlantar dan tidak mendapatkan perhatian pemerintah.
“Masalah-masalah yang seperti ini, Insyaallah akan kita coba minimalisir sedemikian mungkin. Kita akan berusaha sebaik mungkin, agar masyarakat bisa lepas dari garis kemiskinan. Dan itu menjadi visi dan misi saya bila menjadi bupati Kutim,” ucapnya yakin. (*)
Penulis: Redaksi Selasar
Editor: Awan