Kutai Kartanegara

Magang di Rumah Sakit Magang di UGD  Covidiot Dinkes Kukar Rekayasa Covid-19 Jenazah Covid-19 Magang di Ruang Jenazah 

Alasan Kadinkes Kukar Tantang Covidiot untuk Magang di UGD dan Ruang Jenazah Covid-19



Kepala Dinas Kesehatan Kukar, dr Martina Yulianti..
Kepala Dinas Kesehatan Kukar, dr Martina Yulianti..

SELASAR.CO, Tenggarong - Beberapa hari lalu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Kartanegara (Kukar) yang juga Plt Direktur RSUD AM Parikesit Martina Yulianti, meluapkan kekesalannya terhadap oknum yang menyebut virus Covid-19 rekayasa. Luapan kekesalan ini diungkapkan Martina Yulianti, melalui tulisan status Facebook pribadi miliknya, pada Minggu (18/7/2020).

"Bencana ini nyata, sangat nyata. Saya tidak peduli dari mana awalnya virus Corona, yang pasti korban terus berjatuhan di depan mata kita," Tulis Martina Yulianti dengan beberapa kalimat yang menggunakan huruf kapital. 

"Banyak anak yang sudah menjadi yatim piatu, banyak keluarga yang sudah kehilangan tulang punggung keluarganya," tulis Martina Yulianti. 

"Jadi, jikalau ada yang masih memandang hal ini sesuatu yang dibuat-buat, direkayasa, mengandung modus, saya tantang kamu untuk magang 1 hari di UGD Covid, 1 hari di ruang jenazah" sambungnya. 

"Please, kalau anda pernah sekolah, jangan lah menjadi anggota klub COVIDIOT," tutup Martina dalam postingan tersebut.

Martina Yulianti pun menjelaskan apa yang melatarbelakangi postingannya itu. Bahwa sekarang ini, dia mengemban amanah yang sangat tidak ringan. Dirinya dan para tenaga kesehatan (nakes) bertugas di garda depan sekaligus menjadi benteng terakhir penanggulangan Covid-19.

"Bersama Puskesmas melaksanakan kegiatan tracing dan testing serta bersama rumah sakit melaksanakan kegiatan testing dan treatment," ucapnya dalam rilis, Kamis (22/7/2021) malam. 

Dengan demikian, dirinya juga ikut terjun dalam penanganan pandemi Covid-19 ini. Mulai dari seseorang baru yang menjadi kontak erat (suspek) sampai seseorang yang mengalami kritis, bahkan sampai meninggal dunia. Sehari-hari ia menyaksikan masyarakat yang tertular Covid-19, karena berbagai sebab dan kondisi.

"Penderitaan yang mereka alami, dari yang ringan sampai meninggal dunia," kata Martina

Hal itu terjadi disebabkan ada yang tertular karena memang ada yang ceroboh, tidak mau melaksanakan protokol kesehatan. Namun, banyak juga yang tertular karena menjadi kontak erat dari seseorang anggota keluarga atau teman yang ceroboh terhadap protokol kesehatan.

"Karena tidak mungkin ber-prokes di dalam rumah, sehingga jika ada seseorang dari anggota keluarga yang ceroboh di luar, dialah yang akan membawa virus ke keluarga tersebut. Ini yang menyebabkan klaster keluarga," terang Martina.

Dirinya juga menyaksikan, bagaimana para nakes berjuang dalam penanganan pasien. Mereka memenuhi panggilan jiwa sebagai insan kesehatan, meskipun bisa saja membuat mereka tertular dan sakit, bahkan bisa saja meninggal dunia. Oleh karena itu, sebagai "ibu", martina pun selalu memberi semangat dan berusaha hadir di tengah-tengah mereka, meskipun tidak selalu dapat hadir secara fisik.

"Mereka juga manusia biasa, punya anak, istri, suami, dan orang tua. Mereka juga memiliki kecemasan dan ketakutan yang sama dengan warga masayarakat, namun kami menyadari, di pundak kami tanggung jawab itu ada. Kegiatan tracing, testing, treatment dan sampai mengurus pemulasaran jenazah hingga pemakaman kami lakukan," sebut Martina.

Ia juga menyaksikan langsung korban Covid-19 setiap harinya, tangisan pilu keluarga yang ditinggalkan dengan mendadak. Bahkan teman sejawat, tenaga medis di kabupaten dan di beberapa kecamatan-kecamatan pun akhirnya ada yang tertular, ada yang meninggal dan ada yang mengalami dampak panjang dari Covid-19 yang hingga sekarang masih dirasakan. 

Disebutkannya, pada pandemi gelombang kedua dengan varian baru virus corona ini, pihaknya telah berjuang dengan segala sumberdaya yang dimiliki untuk dapat menangani lonjakan pasien Covid-19 yang diluar perkiraan. Dimana pada gelombang kedua ini, penularan sangat cepat terjadi dan perburukan penyakit juga terjadi sangat cepat, sehingga pasien yang meninggal sangat banyak dibanding pandemi gelombang pertama. 

"Pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya untuk memutus mata rantai penularan, dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan untuk kepentingan publik. Kami berterima kasih atas niat baik dan komotmen yang tinggi dari pemerintah dalam hal penanggulangan pandemi di Kutai Kartanegara," tuturnya. 

Namun di sisi lain, pihaknya kecewa dengan sebagian kecil masyarakat yang dengan sengaja membuat statement-statement terkait pandemi Covid-19 dengan versi dan pemahamannya sendiri. Kemudian mempengaruhi masyarakat luas, sehingga banyak masyarakat yang masih tidak mematuhi aturan pemerintah yang berkaitan dengan protokol kesehatan. 

"Mereka abai terhadap risiko yang potensial menimpanya, yang membawa kepiluan bagi kita semua. Kita telah saksikan berapa banyak keluarga yang kehilangan pasangan, anak, dan orang tua. Berapa anak menjadi yatim piatu dan sungguh berat melihat mereka tanpa pembimbing, penyangga ekonomi, dan panutan dalam hidup mereka," ujarnya. 

Hal yang lebih mengecewakan lagi, adanya sebagian masyarakat tidak mempercayai adanya virus ini, dengan tuduhan kondisi ini diciptakan, sebagian dari konspirasi ekonomi atau politik. Bahkan berbagai tuduhan terhadap rumah sakit. Pihaknya tidak mempersoalkan keyakinan yang seperti itu. Namun ia harus menjelaskan, bahwa kalangan medis adalah kalangan profesional yang terdidik secara scientific berdasarkan logika ilmiah yang bekerja dengan Standard Operational Procedure (SOP) yang terukur dan reliable. 

"Saya menulis postingan seperti yang ibu/bapak/saudara/saudari respons berangkat dari keprihatinan dan tanggung jawab saya sebagai sesama manusia, sebagai seorang perempuan, sebagai ibu, dan sebagai pimpinan dari institusi kesehatan," tutur Martina. 

Dalam postingan tersebut, ia hanya ingin menyampaikan, bahwa hal itu untuk menyelesaikan atau paling tidak mereduksi risiko pandemi ini. Oleh karena itu, perlunya kerja sama dan tanggung jawab bersama pihak dalam menjalankan protokol kesehatan yang telah disampaikan melalui publikasi dari pemerintah maupun pihak swasta dan masyarakat sendiri. Ia pun tidak berniat untuk menakut-nakuti, tapi itulah kondisi sesungguhnya yang harus dihadapi.

"Apakah kita suka atau tidak, apakah kita berani atau tidak," katanya. 

Ia hanya ingin agar semua masyarakat bersama-sama melihat kondisi secara obyektif, bahwa gelombang kedua berbeda dengan gelombang pertama. 

"Lihatlah postingan-postingan saya di saat gelombang pertama beda, karena kondisinya memang sangat berbeda. Saya pun tidak bermaksud menyampaikan pesimisme, karena saya menyayangi kita semua dengan segenap kemampuan yang saya punya," tutup Martina.

Penulis: Juliansyah
Editor: Awan

Berita Lainnya