Kutai Kartanegara

Jembatan Kukar Jembatan Kutai Kartanegara Remaung Kutai Berjaya Ormas Ormas Adat Kukar Pengecatan Jembatan Kutai Kartanegara 

Dari Kuning Dicat Merah, Sekelompok Warga Ancam Tutup Jembatan Kukar



Aksi damai di atas Jembatan Kutai Kartanegara.
Aksi damai di atas Jembatan Kutai Kartanegara.

SELASAR.CO, Tenggarong - Organisasi masyarakat adat Kutai Kartanegara (Kukar) yang menamakan diri Remaung Kutai Berjaya (RKB) menggelar aksi damai, pada Senin (27/12/2021). Aksi tersebut digelar di tiga lokasi berbeda. Pertama di atas Jembatan Kutai Kartanegara. Kedua, di halaman Kantor Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kukar. Kemudian yang terakhir di depan Kantor Bupati Kukar. Dalam aksi ini, RKB menuntut agar Jembatan Kutai Kartanegara yang sudah dicat dengan warna merah, dikembalikan lagi menjadi warna kuning.

Saat aksi damai dilakukan di atas jembatan Kutai Kartanegara, RKB membentangkan kain berwana kuning di sisi kanan dan kiri jembatan. Aksi itu pun sempat membuat arus lalu lintas di atas Jembatan Kutai Kartanegara mengalami kemacetan. 

Setelah membentangkan kain kuning tersebut, aksi damai dilanjutkan di halaman Kantor Dinas PU Kukar. Sejumlah perwakilan RKB pun sempat berdiskusi dengan pihak PU, membahas perubahan warna cat Jembatan Kutai Kartanegara. 

Dalam diskusi tersebut, Ketua Umum RKB, Hebby Nurlan Arafat mempertanyakan kepada Dinas PU, kenapa warna Jembatan Kukar diganti dengan warna merah. Menurutnya, kuning adalah warna sakral yang menjadi ciri khas warna adat Kutai. 

Dalam diskusi itu, pihak PU yang diwakili Kabid Minamarga, Restu Irawan, menjelaskan, bahwa keputusan pemilihan warna merah didasari dengan kajian teknis. Warna merah disebut bisa memudahkan nakhoda kapal melihat struktur jembatan jika terjadi kabut. Namun, diskusi ini belum menemukan kesepakatan. Kedua belah pihak berencana melakukan diskusi lanjutan dalam beberapa hari ke depan. 

"Masih di-pending diskusi, saling evaluasi. Karena pada dasarnya itu jembatan adalah ruang publik aset Pemerintah Daerah dan kita menimbang masukan masyarakat adat. Kita tidak mau mengkotak-kotakkan warna, karena ini bukan masalah dukung dan tidak didukung. Tapi lebih masalah keselamatan, seperti itu,” jelas Restu.

Ia menyebutkan, pengecatan jembatan ini dilakukan murni sebagai rangkaian perawatan berkala, dan warna merah tersebut bagian dari penanda pelayaran.

"Coba lihat Golden Gate, ketika ada transportasi air, sebagai penanda," katanya.

Restu pun menyebutkan, bahwa hal itu tidak akan mengubah adat Kutai. Karena pengecatan ini dilakukan murni bagian dari rangkaian perawatan berkala.

"Kita tidak akan mengubah adat. Mereka melihat itu sebagai perwakilan Kukar silakan, karena itu bagian dari filosofi teman-teman masyarakat Kutai," sebut Restu.

Usai berdiskusi dengan Dinas PU Kukar, RKB melanjutkan aksi damai di depan Kantor Bupati Kukar. Dalam aski tersebut, pihaknya disambut Asisten I Sekkab Kukar, Ahmad Taufik. Disampaikan oleh Taufik, bahwa Pemkab Kukar menyambut baik aspirasi yang disampaikan masyarakat adat. Karena semua pihak memang harus saling menghargai, dan aspirasi yang disampaikan juga harus diluruskan. Sehingga menjadi satu persepsi.

"Jangan sampai dipolitisi dan lain sebagainya. Kemudian masalah adat juga perlu dijunjung tinggi. Karena memang di Kukar kan identik dengan adat dan budayanya," kata Taufik.

Ia juga meminta agar ada pertemuan selanjutnya dengan pihak Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura bersama RKB serta pemerintah daerah, untuk membahas warna cat Jembatan Kutai Kartanegara. Sehingga permasalahan ini bisa selesai.

"Dua atau tiga hari ini kita minta adakan pertemuan. Seperti apa sih kejadian ini, kok bisa warna ini ada perbedaan, kan tentu ada histori riwayatnya," sebutnya.

Sementara itu, Ketua Umum RKB, Hebby Nurlan Arafat, mengatakan, bahwa pihaknya akan menunggu keputusan dari Pemkab atas tuntutan mereka. Yakni, mengubah kembali warna jembatan yang sudah dicat warna merah menjadi warna kuning.

"Tadi Dinas PU meminta waktu untuk melakukan koordinasi dulu dengan pihak-pihak terkait. Jadi kita pun meminta dari mereka supaya sampai hari Kamis itu pengerjaan pemeliharaan ini jangan dilaksanakan dulu. Makanya di situ kita bentang kain kuning, nanti kalau memang ada kesepakatannya baru kita sendiri yang melepas," ucap Hebby.

Ia juga menegaskan, jika tuntuan mereka tidak mendapat tanggapan dari pemerintah, maka pihaknya akan melakukan aksi kembali dengan jumlah massa yang lebih besar.

"Sudah saya sampaikan di dalam ruangan PU tadi, artinya masyarakat adat yang akan lockdown (menutup jembatan) Tenggarong sampai ini dipenuhi," tegasnya.

Aksi yang dilakukan ini semata-mata hanya ingin menjaga adat Kutai. Dimana, warna kuning adalah warna sakral adat Kutai. Bahkan, ia mengklaim, bahwa aksi ini juga sudah mendapat restu dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.

"Artinya, sebagai masyarakat adat siapa lagi kalau bukan kami yang mempertahankan. Kalau kami biarkan, otomatis yang kami takutkan itu, kami kehilangan jati diri kami sebagai orang Kutai," pungkasnya.

Penulis: Juliansyah
Editor: Awan

Berita Lainnya