Kutai Timur
Dishub Kutim Terminal di Kecamatan Kecamatan kaliorang Terminal di Kutim 
Dishub Kutim Akui Beberapa Terminal di Kecamatan Sudah Tidak Berfungsi
SELASAR.CO, Sangatta – Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengakui meski beberapa Kecamatan saat ini terdapat sejumlah terminal, namun keberadaan terminal tersebut tidak lagi bisa dimanfaatkan dengan baik, lantaran mobil angkutan umum menuju ke terminal itu tidak lagi berfungsi.
“Beberapa terminal milik kita di kecamatan-kecamatan memang sudah tidak berfungsi. Izin trayak ke sana, memang ada, namun tidak ada mobilnya yang masuk ke sana. Karena kondisi ini, maka terminal itu untuk sementar atidak dilakukan perawatan sebagiman mestiknya,” jelas Kepala Dinas Perhunungan Kutim Joko Suripto kepada sejumlah awak media beberapa waktu yang lalu
Meskipun terminal seperti terbengkalai, namun diakui tetap tercatat sebagai aset Dinas Perhubungan. “Aset tetap. Cuma memang tidak dilakukan perawatan, karena tidak ada pelayanan di sana,” Ucapnya
Seperti terminal Kecamatan kaliorang. Diakui, di sana ada bangunan. Namun, kini bangunan kayu tersebut dimanfaatkan sementara oleh masyarakat. Namun, jika Dinas Perhubungan akan memanfaatkan, maka mereka siap untuk keluar dari lokasi tersebut tanpa tuntutan apapun. “Mereka hanya numpang, siap keluar saat kita mau manfaatkan,” Jelasnya
Berita Terkait
Sementara untuk terminal Bengalon,diakui meskipun tidak dimanfaatkan untuk terminal angkutan kota, namun terminal ini masih tanpak ‘hidup’. Ini karena terminal ini masih dimanfatkan beberapa mobil, terutama mobil perusahan untuk mangkal. Sementara terminal di Rantau Pulung, diakui dalam keadaan kosong. Termasuk bangunan di sana, dalam kedaan kosong.
“Terminal di kecamatan ini kosong karena memang sekarang tidak bisa dihindari perubahan pola hidup masyarakat. Terutama dengan banyaknya kendaraan pribadi. Selain itu, ada taksi plat hitam yang bisa melayani masyarakat, menjemput dan mengantar sampai ke depan rumah. Sehingga angkutan umum sulit bersaing. Kini, ada taksi on line, yang bisa dipesan melalui HP, dengan tujuan sesuai kemauan penumpang. Akhirnya, angkutan umum tidak bisa bersaing,” katanya.
Untuk itu, mungkin ke depan, harus dipikirkan bagaimana menghidupkan kembali angkutan kota. Mungkin ada baiknya, izin trayek mereka harus berubah, tidak lagi mengunakan jalur tertentu, namun bebas, sesuai dengan maunya penumpang atau gaimana. “Ini memang harus dipikirkan. Tapi bukan hanya di Sangatta, kota besar sekalipun angkutan kota itu sudah mulai ditinggalkan penumpang, karena beralih ke taksi on line.” Tutupnya
Penulis: Bonar
Editor: Awan