Kutai Kartanegara

IKN Nusantara  Ibu Kota Nusantara Banjir di IKN Banjir IKN BWS Balai Wilayah Sungai 

Faktor Historis Disebut Jadi Penyebab Banjir di Kawasan Ring II IKN



Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda, Harya Muldianto.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda, Harya Muldianto.

SELASAR.CO, Tenggarong - Banjir yang menimpa sekitaran kawasan Ibu Kota Nusantara pada pekan lalu disebut dipengaruhi oleh faktor historis. Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda, Harya Muldianto, menyebut, banjir yang terjadi di Kecamatan Sepaku, Desa Pamaluan pada pekan lalu itu merupakan banjir tahunan. Namun demikian, kawasan tersebut bukan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN. Melainkan masuk dalam wilayah ring II IKN.

"Banjir disana terjadi setiap tahun dan sudah sejak lama terjadi, karena ada dataran rendah," sebut Harya Muldianto, Sabtu (25/3/2023).

Penanganan banjir tahunan di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) di ring II IKN itu pun akan dilakukan dengan tiga tahap. Pertama, jangka pendek. Kedua, jangka menengah dan ketiga untuk jangka panjang.

Beberapa hal terkait permasalah banjir disekitaran IKN menjadi salah satu kriteria pemilihan Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai kawasan IKN. Karena daya dukung tanah dan air yang memadai. Oleh sebab itu, Dirjen Sumber Daya Air diberikan tugas untuk menyiapkan infrastruktur dasar di IKN, yaitu mengelola sumber daya air yang berkelanjutan.

"Tiga program yang dikerjakan untuk mendukung IKN, yaitu pembangunan bendungan Sepaku Semoi, penyediaan air baku melalui intake dan pengendalian daerah aliran sungai," sebutnya.

Di kawasan IKN sendiri terdapat enam daerah aliran sungai, dengan masing-masing luas yang berbeda. Pertama, daerah aliran sungai Sanggai, dengan luas 891,8 kilometer per segi. Daerah aliran sungai samboja 550,4 kilometer per segi. Daerah aliran sungai Dondang 563,6 kilo meter per segi. Daerah aliran sungai Mahakam 512 kilometer per segi. Daerah sungai Wain 30,4 kilometer persegi. Daerah sungai Wiko 13,2 kilometer per segi. Desain kawasan Nusantara untuk mengantisipasi banjir selama 100 tahun kedepan juga sudah dibuat. Diantaranya, yaitu dengan membuat sejumlah bendungan, embung, beberapa intake dan penanaman pohon endemik untuk penyerapan air ketika hujan turun.

Sepaku disebut masuk dalam kawasan daerah aliran Sungai Mahakam. Aliran ini mempunyai tujuh muara yang terletak di kawasan Teluk Balikpapan. Tiga dari tujuh aliran sungai tersebut mengaliri wilayah KIPP. Yakni, Sungai Trunen, Semuntai dan anak Sungai Sanggai.

"Genangan banjir terjadi pada daerah paparan banjir yang telah dihuni penduduk dan beberapa kawasan di pinggir jalan provinsi, karena terbatasnya kapasitas gorong-gorong, penyempitan saluran dan tidak adanya saluran drainase yang memadai," ungkapnya.

Secara topografi, lokasi KIPP merupakan daerah perbukitan. Kemudian pada bagian Ilir relatif datar yang berupa kawasan rawa. Sehingga, banjir selalu terjadi berulang ditempat yang sama. Karena beberapa kondisi topografi yang bergelombang. Kemudian ditambah adanya bangunan yang masuk pada badan sungai serta tingginya sedimentasi akibat pembukaan lahan di kawasan hulu.

"Selain pemukiman penduduk, yang menjadi perhatian adalah akses jalan nasional dari samboja menuju Sepaku yang juga berpotensi terendam banjir," pungkasnya.

Penulis: Juliansyah
Editor: Awan

Berita Lainnya