Ragam

Imunisasi Polio Imunisasi  Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim Dinkes Kaltim 

Kaltim Genjot Imunisasi Polio: 76 Persen dari Target 521 Ribu Anak Telah Diimunisasi



SELASAR.CO, Samarinda – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terus berupaya meningkatkan cakupan imunisasi polio. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, dr. Jaya Mualimin.

Menurut dr. Jaya, target pemberian imunisasi polio di Kaltim mencapai 521 ribu anak. Hingga saat ini, capaian imunisasi dosis pertama telah mencapai 76% dari target yang ditetapkan.

"Kami mengapresiasi kerja keras seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan imunisasi polio ini," ujar dr. Jaya saat dihubungi pada hari ini Rabu (21/8/2024).

Untuk memastikan kekebalan kelompok, pemberian dosis kedua imunisasi polio akan dilakukan maksimal 4 minggu setelah pemberian dosis pertama.

"Kami telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai target imunisasi, termasuk memberikan pelayanan imunisasi di fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan posyandu, serta di fasilitas pendidikan seperti sekolah-sekolah," tambah dr. Jaya.

Imunisasi polio merupakan salah satu upaya penting untuk mencegah terjadinya wabah polio. Polio adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, terutama pada anak-anak. Dengan memberikan imunisasi polio, anak-anak akan terlindungi dari risiko terkena penyakit ini. Selain itu, imunisasi polio juga dapat membantu memutus rantai penularan polio sehingga masyarakat dapat hidup lebih sehat dan produktif.


32 Provinsi Masuk Zona Merah

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI masih menerima laporan terkait Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat virus Polio di sejumlah wilayah di Indonesia. Sebanyak 32 Provinsi dan 399 kabupaten/kota di Indonesia masuk dalam kategori risiko tinggi polio.

Sejak 2022 hingga 2024, telah dilaporkan sebanyak total 12 kasus kelumpuhan, dengan 11 kasus yang disebabkan oleh virus polio tipe 2 dan satu kasus diakibatkan oleh virus polio tipe 1. Kasus-kasus ini tersebar di 8 provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Banten.

Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Dr. Yudi Pramono menyampaikan, dengan adanya laporan kasus polio serta risiko penularan virus polio yang tinggi, Kemenkes kembali menggelar Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahap kedua. PIN Polio ini akan dilaksanakan pada minggu ketiga Juli 2024.

“Pelaksanaan PIN Polio akan dilakukan secara massal dan serentak untuk mencapai kekebalan kelompok yang optimal dan dapat mencegah perluasan transmisi virus polio,” kata Dr. Yudi yang disampaikan pada temu media yang dilaksanakan secara daring beberapa waktu lalu.

Dr. Yudi menjelaskan, pelaksanaan PIN Polio dilakukan dalam dua tahap. “PIN tahap pertama sudah dilaksanakan pada 27 Mei 2024, sementara PIN tahap kedua dilaksanakan pada 23 Juli 2024,” kata Dr. Yudi.

PIN Polio tahap pertama dilaksanakan di lima provinsi, yaitu Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan, Papua Barat dan Papua Barat Daya. Sedangkan, PIN Polio tahap kedua akan dilaksanakan di 27 provinsi, yaitu Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, kecuali di Kabupaten Sleman, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara.

Pemberian imunisasi pada PIN Polio sangat penting untuk mencegah virus polio yang dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen, terutama pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi polio lengkap. Sasaran PIN Polio adalah anak usia 0 hingga 7 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Vaksin yang akan diberikan adalah vaksin imunisasi tetes dan suntik.

Direktur Pengelola Imunisasi Kemenkes dr. Prima menjelaskan, polio dapat dicegah dengan imunisasi polio lengkap. Imunisasi polio lengkap yang telah dimasukkan ke dalam program nasional terdiri dari dua jenis vaksin, yaitu vaksin polio yang diberikan secara tetes dan vaksin polio dengan suntikan.

“Vaksin polio tetes yang diberikan melalui mulut sebanyak tiga kali pemberian, yaitu umur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan, yang dikenal dengan OPV 1, OPV 2 dan OPV 3. Sedangkan pada umur 4 bulan, pemberian vaksin digabung, yaitu tetes dan suntikan yang disebut dengan IPV. Tidak hanya sampai di situ, pada umur 9 bulan akan kembali diberikan vaksin IPV 2,” kata dr. Prima yang juga sebagai narasumber pada temu media tersebut.

Pemberian imunisasi lengkap atau kombinasi imunisasi polio tetes (OPV) dan imunisasi polio suntik (IPV) diperlukan untuk membentuk kekebalan yang optimal terhadap semua virus polio.

Cakupan imunisasi polio, baik tetes maupun suntik, harus mencapai 95% dan merata di suatu wilayah untuk membentuk kekebalan kelompok. Hal ini untuk mencegah virus polio menyebar luas dan memicu munculnya kasus polio berisiko.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya