Ekobis
BI Kaltim  Tantangan prekonomian kaltim ketergantungan batu bara kaltim batu bara kaltim Ekonomi Kaltim Bank Indonesia Pertemuan tahunan bank Indonesia 2024 PTBI Kaltim 2024 pemprov kaltim 
BI: Kaltim Butuh Percepat Hilirisasi Demi Kurangi Ketergantungan Batu Bara
SELASAR.CO, Samarinda — Deputi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Bayuadi Hardiyanto, memaparkan tantangan ekonomi yang akan dihadapi oleh Kalimantan Timur (Kaltim) dalam beberapa tahun ke depan. Dalam pernyataannya di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2024 di Samarinda, Bayuadi menyoroti pentingnya sinergi dan kolaborasi semua pihak untuk memperkuat stabilitas dan membentuk ekonomi nasional yang tangguh.
Bayuadi menjelaskan bahwa meski ekonomi Kaltim mencatat pertumbuhan positif sebesar 5,52% secara year-on-year (YoY) pada triwulan III 2024, terdapat beberapa tantangan krusial yang perlu diantisipasi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh sektor konstruksi yang terus tumbuh tinggi seiring dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan proyek strategis nasional lainnya. Tingginya minat investasi juga berkontribusi pada akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah.
Ketergantungan pada Sektor Pertambangan
Tantangan pertama yang disoroti adalah tingginya ketergantungan Kaltim pada sektor pertambangan, khususnya batu bara. "Ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya alam tidak terbarukan membawa risiko besar, terutama dalam hal keberlanjutan ekonomi dan lingkungan," ujar Bayuadi pada hari ini, Jumat (29/11/2024). Melambatnya pertumbuhan ekspor batubara dan potensi penurunan permintaan global akibat komitmen menuju energi hijau menambah tekanan pada perekonomian daerah.
Berita Terkait
Untuk mengatasi hal ini, Bayuadi menekankan perlunya percepatan hilirisasi industri agar komoditas sumber daya alam mentah dapat memberikan nilai tambah lebih. "Salah satu solusi adalah meningkatkan nilai tambah pada komoditas melalui hilirisasi. Ini akan membantu mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan menciptakan peluang ekonomi baru," tambahnya.
Ketahanan Pangan dan Inflasi
Tantangan kedua adalah ketergantungan Kaltim pada pasokan pangan dari daerah lain. Proses pembangunan dan pemindahan IKN diperkirakan akan meningkatkan kebutuhan pangan akibat pertambahan jumlah penduduk. "Ketergantungan ini meningkatkan risiko gejolak harga dan inflasi. Diperlukan langkah strategis untuk memastikan kecukupan pasokan guna mengelola potensi tekanan inflasi secara efektif," jelas Bayuadi.
Meski inflasi Kaltim pada triwulan III 2024 berhasil ditekan hingga 2,16% YoY, berada dalam target sasaran 2,5% ± 1%, Bayuadi menegaskan bahwa upaya pengendalian inflasi harus terus diperkuat. Kolaborasi antara pemerintah daerah dan instansi terkait melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dianggap efektif dalam menjaga stabilitas harga.
Transformasi Ekonomi dan Seminar Nasional
Sebagai langkah konkret menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Samarinda telah menyusun kajian untuk mengidentifikasi sektor ekonomi alternatif yang dapat mendukung pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan. "Kami akan menyelenggarakan Seminar Nasional Transformasi Ekonomi Kalimantan Timur dengan tema 'Mendorong Sektor Inklusif dan Berkelanjutan sebagai Alternatif Ekonomi' pada 14 Desember 2024," ungkap Bayuadi. Seminar ini diharapkan menjadi wadah diskusi dan pertukaran ide untuk mendorong transformasi ekonomi daerah.
Optimisme Menghadapi Masa Depan
Meski dihadapkan pada tantangan, Bayuadi optimis bahwa ekonomi Kaltim akan terus tumbuh positif dalam kisaran 5,5% hingga 6,3% YoY hingga akhir tahun 2024. Upaya peningkatan investasi, diversifikasi ekonomi, dan penguatan sektor non-pertambangan menjadi kunci dalam mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan.
"Sinergi dan kolaborasi antar seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan. Dengan langkah strategis dan komitmen bersama, kita dapat memperkuat ketahanan dan kebangkitan ekonomi Kalimantan Timur," tutup Bayuadi.
Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan