Ekobis

Bank Indonesia BI Kaltim Krisis Moneter  Penurunan Suku Bunga  Pertumbuhan Ekonomi Kaltim 

BI Beri Sinyal Pelonggaran Kebijakan Moneter, Suku Bunga Acuan Berpotensi Turun



Budi Widihartanto, Kepala BI Kaltim. Foto: Selasar/Boy
Budi Widihartanto, Kepala BI Kaltim. Foto: Selasar/Boy

SELASAR.CO, Samarinda - Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal positif terkait pelonggaran kebijakan moneter dengan kemungkinan penurunan suku bunga acuan. Keputusan ini dipicu oleh meredanya tekanan inflasi, stabilitas nilai tukar rupiah yang berada di kisaran Rp 16.300, serta kondisi ekonomi makro yang makin membaik, meski tantangan global masih membayangi.

Saat ini, suku bunga acuan BI berada di level 5,75 persen setelah mengalami beberapa kali penyesuaian sejak awal tahun. Sementara itu, rata-rata suku bunga kredit perbankan masih cukup tinggi, berkisar antara 8,5 hingga 9,5 persen, tergantung jenis kredit dan profil risiko debitur.

Kepala Kantor Perwakilan BI Kalimantan Timur, Budi Widihartanto, menyampaikan bahwa meskipun kondisi ekonomi membaik, terdapat indikasi penurunan konsumsi masyarakat yang menjadi perhatian BI. “Oleh sebab itu, kami ingin melonggarkan kebijakan dengan menurunkan suku bunga acuan,” jelas Budi.

Diharapkan, penurunan suku bunga acuan ini akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit perbankan, seiring menurunnya biaya dana (funding) perbankan yang mulai mengalami penurunan.

Selain itu, BI terus mendorong insentif kebijakan makro ekonomi untuk sektor-sektor unggulan guna meningkatkan likuiditas perbankan. Dengan begitu, perbankan memiliki ruang lebih besar dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat. “Kredit insentif makro ekonomi ini terus kami gulirkan untuk sektor-sektor unggulan agar perbankan semakin punya kemampuan menyalurkan kredit,” tambah Budi.

Langkah ini diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi dan mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Dalam sektor pertambangan, Budi mengingatkan pentingnya diversifikasi ekonomi daerah. “Kita tidak boleh terus bergantung pada sektor ekstraktif,” tegasnya. Menurutnya, porsi sektor ekstraktif di Kalimantan Timur harus dikurangi, sejalan dengan rencana pembangunan daerah yang fokus meningkatkan peran industri, pertanian, perdagangan, dan jasa.

“Industri harus kita tingkatkan, sektor ekstraktif dikurangi, begitu juga pertanian, perdagangan, dan jasa,” jelas Budi.

Namun, ia mengakui upaya tersebut menuntut perencanaan yang matang sejak sekarang.

Kelonggaran kebijakan BI diharapkan menjadi dorongan bagi pertumbuhan sektor lain yang potensial di Kaltim. Budi mencontohkan sektor kelautan dan pertanian yang masih sangat besar peluangnya. “Potensi laut Kaltim sangat panjang. Contohnya Mesir mengembangkan aquaculture secara besar-besaran untuk ketahanan pangan, ini bisa diterapkan di sini,” ujar Budi.

Begitu pula sektor pertanian yang perlu dimodernisasi dan dimekanisasikan guna mengatasi kelangkaan tenaga kerja serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Dengan langkah ini, biaya produksi bisa ditekan dan daya saing produk lokal meningkat.

Penulis: Boy
Editor: Awan

Berita Lainnya