Ragam

jajanan tahu tahu selili 

Perajin Tahu di Selili Pasrah Tergusur



Perajin tahu rumahan di Kelurahan Selili, Samarinda Ilir.
Perajin tahu rumahan di Kelurahan Selili, Samarinda Ilir.

SELASAR.CO, Samarinda – Perajin tahu rumahan di Selili, Samarinda Ilir, mengaku waspada. Pasalnya, industri tahu rumahan yang sudah ada sejak 1975 itu berdiri di jalur hijau bantaran Sungai Mahakam. Sehingga, sewaktu-waktu bisa saja bangunan puluhan tahun yang mereka tempati digusur oleh pemerintah daerah.


Kekhawatiran itu disampaikan Wariyo (61). Pria yang sudah menjadi perajin tahu sejak bujangan itu menuturkan isu pembongkaran beberapa kali mengemuka. “Ini memang sengaja sudah tidak dibagusin lagi, padahal sudah lapuk bangunannya. Soalnya sering ada isu mau dibongkar, jadi dibiarkan begini saja,” katanya kepada Selasar, Sabtu (19/10/2019).


Isu pembongkaran sudah berembus sejak tahun 1990-an, dan mengemuka lagi akhir-akhir ini. Padahal, tahu olahan perajin Selili tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat Samarinda saja, namun juga didistribusikan ke daerah lain, seperti Tenggarong, Bontang, hingga Sangatta.


Roben Umar Rubai, Ketua RT 12 mengatakan, dari 37 rukun tetangga yang ada di Kelurahan Selili, 5 RT ditempati oleh perajin tahu, yakni RT 10, RT 11, RT 12, RT 13, dan RT 14. Perajin tahu bekerja perorangan, ada juga yang berkelompok.
Walaupun berada di jalur hijau, namun Umar mengatakan warga tetap membayar pajak. Setiap tahunnya mereka mendapatkan surat pemberitahuan pajak. “Kita pajaknya bangunan saja. Kalau tahun-tahun sebelumnya itu kita bayar Rp 15 ribu per tahun, sekarang sudah jadi Rp 50 ribu per tahun,” ungkap Umar.


Agus Sutarno (45), Sekretaris Paguyuban Perajin Tahu Karya Mandiri Selili menambahkan, saat ini ada sekitar 50 perajin tahu yang tersisa. Dengan jumlah produksi mencapai 6-8 ton per hari.


Pihaknya mengaku tidak mengetahui nasib para perajin tahu Selili ke depan, karena selama ini pemerintah kota dinilai tidak memperhatikan mereka. “Kita berkaca dengan industri tahu di Balikpapan, di sana pemerintahnya sangat intens memberikan pendampingan, kita berharap seperti itu,” kata Agus.


Ditambah dengan kepindahan ibu kota negara (IKN) ke Kaltim, Agus berharap perajin tahu di Selili bisa memiliki andil dalam pemenuhan kebutuhan pangan di daerah IKN nantinya.


“Kami siap saja kalau memang nantinya direlokasi ke tempat yang baru, asal fasilitasnya di sana memenuhi kebutuhan para perajin. Seperti bahan bakunya sudah tidak dibeli secara perorangan lagi, kemudian pengelolaan limbahnya pun sudah terpadu, pasti kita mau,” pungkas Agus.

 

 

Penulis: Fathur
Editor: Er Riyadi

Berita Lainnya