Feature

hantu kuyang samarinda mistis viral 

Seluk-beluk Kuyang Dituturkan Perempuan yang Mengaku Pernah Diisap Darahnya



Dewi Nina Kirana dan buku-buku karyanya tentang kuyang, juga hal-hal mistis lainnya
Dewi Nina Kirana dan buku-buku karyanya tentang kuyang, juga hal-hal mistis lainnya

Satu candra belum berganti, kuyang sudah meneror Samarinda dua kali. Awal Oktober, warga Jalan Slamet Riyadi Gang 2 heboh mengejar kuyang. Videonya viral, sempat menembus trending topic Twitter Indonesia. Akhir Oktober, warga Jalan Robert Wolter Monginsidi Gang 4 dibuat merinding mendengar suara diduga kuyang. Kadang cekikikan, kadang mengerang. Kuyang seakan tengah menantang.

FATHURROHMAN, selasar.co

KUYANG, sosok yang kerap digambarkan berupa kepala terbang dengan isi perut terburai menggantung di leher tanpa badan, menjadi buah bibir warganet Kota Tepian akhir-akhir ini. Selasar coba menggali lebih dalam sosok mistis tersebut.

Saat mencari literatur tentang kuyang di internet, yang muncul justru buku Adat Istiadat daerah Kalimantan Selatan. Buku itu diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1982.

“Kuyang ini macam-macam, ada kuyang hutan, kuyang yang bisa dipelihara untuk dijadikan suruhan mencelakakan orang, atau kuyang karena mempergunakan ilmu tertentu atau minyak tertentu. Kalau pria yang menjadi kuyang, maka ia menjadi kuyang soya, suka memakan binatang dan membinasakan ...” tulis buku itu.

Namun, ketika saya mencari fisik buku di Perpustakaan Kota Samarinda, hasilnya nihil. Sama halnya di Perpustakaan Daerah (Perpusda) milik Pemprov Kaltim di Jalan Juanda. Padahal, judul buku tersebut tercantum dalam e-katalog.

Namun, mujur datang tiba-tiba. Seorang pustakawan menghampiri dan menawarkan bantuan.

“Cari buku tentang kuyang, kah, Mas? Ini ada bukunya tapi sastra, kalau mau saya ambilkan,” kata sang pustakawan.

Tanpa ragu, tawaran saya sambut dengan hangat. Ia pun mengantarkan satu buku berjudul Pacarku Wanita Kuyang.

“Renno termangu dalam pekatnya kabut yang menyelimuti jiwanya. Kedua tangannya mendekap erat sebuah buku yang ia tempelkan di dadanya, seolah ia mendekap sesuatu yang enggan ia lepaskan dari hatinya.

Catatan dalam buku itu menyingkap kabut misteri tentang kekasihnya. Ya, ia yakin bahwa itu memang tulisan tangan Era, pacarnya.

Alinea demi alinea yang tertulis menggambarkan bahwa sesungguhnya Era adalah wanita yang tangguh dan cerdas. Namun iblis teramat licik dan lihai mencari sisi kelemahan manusia sehingga terjadilah peristiwa mengerikan di ruang bersalin sebuah rumah sakit di Balikpapan beberapa tahun silam.

Renno pun menyesali dirinya yang dulu lebih memilih menjauh dari kekasihnya karena tak sanggup menerima berita itu.

Dan apa yang ditulis oleh Era dalam buku yang ia kirimkan pada seorang sahabatnya dan akhirnya buku itu sampai di tangannya, adalah lolongan batinnya yang ingin terbebas dari penderitaannya, tapi ia tidak berdaya…”

Pembuka novel itu mendorong saya untuk tahu lebih dalam mengenai seluk beluk sosok misterius yang masih hangat diperbincangkan di Samarinda.

“Kalau mau coba hubungi langsung ibu Nina, ada nomor hapenya di bagian belakang buku,” kata pustakawan itu lagi.

Saya pun mengetik di layar gawai, memasukkan nomor-nomor dan mencoba menghubungi penulis buku tersebut. Sayang, siang itu belum bisa tersambung. Saya kemudian mengirimkan pesan singkat menjelaskan siapa dan apa tujuan saya.

Sekira pukul 16.45 Wita, saya mendapat balasan dan dipersilakan bertemu empunya buku di kediamannya di Perumahan Griya Tepian Lestari, Jalan Untung Suropati, Sungai Kunjang.

Rumahnya teduh, di bagian ruang tamu terdapat alat musik seperti sape dan kendang. Ada juga pakaian-pakaian adat di dalam lemari alumunium.

Dewi Nina Kirana, pada usianya yang sudah 60 tahun, dia masih terbilang cukup energik. Selain fokus menjalani hobinya menulis novel, sehari-hari ternyata dia masih aktif mengajar tari tradisional di rumahnya.

“Setiap sore di sini latihan tari,” kata Nina saat ditemui Selasar, Rabu (30/10/2019).

Dia merupakan pensiunan aparatur sipil negara di Dinas Pariwisata Kaltim. Buku Pacarku Wanita Kuyang adalah karya pertama Nina. Masih ada empat buku lagi buah karyanya dan masih di genre yang sama, mengangkat kisah-kisah mistik Bumi Etam. Yakni, Pacarku Wanita Kuyang Season 2, Istriku Hantu Jadi Jadian, Kembaranku Si Buaya Kuning, dan Arwah yang Ingin Membalas Budi.                                                  

Untuk penulisan buku pertamanya, Nina mengaku tidak membutuhkan waktu lama merampungkan karyanya tersebut. “Tiga bulan selesai saya tulis, mungkin karena idenya sudah sejak lama dan saya juga sangat bersemangat buat ceritakan ini,” ungkap Nina.

Dia menuturkan, cerita dalam buku Pacarku Wanita Kuyang terinspirasi dari kisah nyata. Kisah itu diceritakan oleh sejawatnya di Kota Minyak, Balikpapan.

“Cerita ini saya diceritakan oleh teman yang mengisahkan tentang temannya,” kata Nina.

Namun, pada bukunya tersebut, dia mengganti nama tokoh dan daerah asal untuk menjaga privasi yang bersangkutan.

Selain bersumber dari cerita orang lain, Nina juga menuturkan, penulisan buku itu berdasarkan pengalamannya sendiri. Dia mengaku memiliki kelebihan dapat melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh awam.

Kuyang versi Nina bermata merah, lidah menjulur, bertaring, dan rambutnya acak-acakan menutupi wajah. Saat kuyang datang, terlihat seperti sinar bola lampu yang terbang.

Wanita yang sudah memiliki 5 cucu itu menuturkan, dia mengalami sendiri menjadi korban kuyang.

“Waktu kelahiran anak saya yang pertama tahun 1978, sudah berhadap-hadapan. Darah lahiran saya itu sampai kering diisapnya (oleh kuyang), beruntung saya dan anak selamat,” ceritanya menggebu-gebu.

Dari pengalaman-pengalaman itu, juga sudah menjadi cerita turun temurun di Kaltim, mendorong Nina menulis novel tentang kuyang pada tahun 2011 lalu.

“Saya ingin meyakinkan orang-orang bahwa kuyang itu benar-benar ada. Kalau dulu orang masih kurang percaya karena belum banyak sumber informasi. Tapi sekarang orang sudah banyak tahu dan memang banyak yang mengalami,” ujar Nina lagi.

Kuyang menurut Nina adalah manusia yang mengamalkan ilmu hitam untuk tujuan tertentu. Biasanya, bagi perempuan untuk pesugihan, meningkatkan daya pikat. Sedangkan kuyang laki-laki untuk kejantanan dan berperang.

“Kalau yang perempuan itu tampilannya seperti orang normal selalu cuek, tapi banyak yang ngejar-ngejar biar dapat perhatiannya,” imbuhnya.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangkal gangguan kuyang. Seperti membakar tumbuhan tertentu yang dapat menimbulkan bau.

“Kalau orang tua dulu itu membakar kulit bawang merah, dia tidak kuat dengan aroma itu dan tidak akan berani mendekat,” kata Nina.

Ditanya mengenai populasi kuyang yang ada di Samarinda saat ini, Nina mengaku tidak tahu pasti. Namun menurutnya, jumlah kuyang saat ini pasti lebih sedikit karena Samarinda makin padat penduduknya.

“Kalau di sini rasanya sudah sedikit habitatnya, pasti mereka pindah ke daerah-daerah yang masih sedikit penduduknya,” ujar Nina.

Apakah mungkin kuyang dapat ditangkap?

“Saya belum pernah mendengar ada yang bisa menangkap kuyang, karena dia ini kan terbang, jadi susah (ditangkap),” kata Nina.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltim, KH Hamri Has memberi tanggapan terkait ramainya pembicaraan kuyang di jagat maya. Menurutnya, kuyang adalah hal buruk yang juga terjadi di daerah lain, seperti leak di Bali, dan popo di Sulawesi.

“Ini sejenis iblis yang bisa mengganggu orang, saya kira kalau dalam Alquran kita disuruh baca surah Alfalaq dan Annas,” sebut Hamri.

Hamri menyebutkan, sihir dan hal-hal gaib itu sudah ada sejak ribuan tahun lalu, bahkan juga ada di zaman Rasulullah. Oleh karenanya, umat Islam diperintahkan untuk selalu meminta perlindungan kepada Allah SWT.

Penulis: Fathur
Editor: Awan

Berita Lainnya