Kutai Kartanegara

Anak di Kukar Mengalami Stunting 

Satu hingga Dua dari 10 Anak di Kukar Mengalami Stunting



Pemkab Kukar Launching Program Raga Pantas pada HKN ke-55
Pemkab Kukar Launching Program Raga Pantas pada HKN ke-55

SELASAR.CO, Kutai Kartanegara - Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar upacara peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-55, di halaman Kantor Bupati, Selasa (12/11/2019).

Dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional tersebut, Bupati Kukar Edi Damansyah mengingatkan kepada semua instansi untuk memperhatikan secara khusus terkait masalah stunting. Kutai Kartanegara masuk dalam lokus penanganan nasional untuk stunting pada tahun 2020 mendatang.

“Ada 21 desa yang menjadi lokus utama,” ujar Edi.

Adapun 21 desa dan kelurahan yang menjadi lokus utama yakni Desa Jongkang, Jantur Baru, Sebemban, Muhuran, Muara Enggelam, Benua Puhun, Sebulu Modern, Muara Tiq, Kelekat, Hambau, Handil Terusan, Santan Ulu, Salo Celak, Sumber Baru, Loa Pari, Sungai Bawang, Tuana Tuha, Wonotirto, Sungai Payang, Teluk Dalam dan Kelurahan Loa Ipuh Darat.

Pemberantasan stunting menjadi tujuan utama dari Pemkab Kukar, sehingga pihaknya menyiapkan sejumlah strategi untuk penanganan stunting. Salah satunya dengan membentuk program Raga Pantas (Gerakan Keluarga Peduli Pencegahan Dan Atasi Stunting).

“Ini bagian dari penjabaran prioritas nasional yang harus berjalan dengan baik,” terang Edi.

Raga pantas merupakan upaya Pemkab Kukar untuk melibatkan lintas sektor Organisasi Perangkat Daerah (OPD), mulai dari tingkat Kabupaten, Kecamatan hingga Desa, diharapkan tidak ada lagi anak stunting dalam keluarga di Kukar.

“Timnya sudah kita bentuk, sehingga gerakan penanganan stunting berbasis keluarga ini harus berhasil dan sukses,” jelas Edi.

Kepala Dinas Kesehatan Kukar, Martina Yulianti menjelasakan target penurunan prevalensi stunting tertuang dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021. "Di Kukar prevalesinya ada 12 persen, dari 10 anak, 1 sampai 2 orang menderita stunting" kata Yuli.

Menurut Yuli penurunan stunting tidak bisa hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan saja, perlu adanya keterlibatan lintas OPD. "Dinas Kesehatan sudah jelas, bagian dari melakukan intervensi spesifik," tuturnya.

Bupati Kukar Edi Damansyah Membaca Pidato pada Upacara HKN ke-55


Diketahui stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standard. Stunting disebabkan masalah pada saat kehamilan, melahirkan, menyusui, atau setelahnya, seperti pemberian makanan pengganti ASI (air susu ibu) yang tidak mencukupi asupan nutrisi.

Hingga Oktober 2019 tercatat 561 baduta (bawah dua tahun) dan 2.279 balita (bawah lima tahun), menderita stunting yang tersebar di 18 Kecamatan di Kutai Kartanegara. Sementara itu kematian ibu dan bayi di Kutai Kartanegara juga masih tinggi, hingga Oktober 2019 sebanyak 21 terjadi kematian ibu dan bayi, berbeda satu angka dibanding tahun 2018, yang jumlahnya sebanya 22 kasus.

 

 

Penulis: Faidil Adha
Editor: Awan

Berita Lainnya