Politik
pilwali 2020 Pilkada Samarinda 2020 PDIP erwin apri gunawan Partai Amanat Nasional 
PDIP Dinilai Cenderung ke Erwin-Apri, PAN Bisa Alihkan Dukungan
SELASAR.CO, Samarinda – Riuh kontestasi pemilihan pemimpin baru daerah semakin meriah. Selain menghiasi ruang publik di tepi jalan dalam kota, para calon kontestan juga semakin akrab mengisi pemberitaan media. Terbaru, soal perahu politik mana yang akan digunakan berlayar oleh pasangan Erwin Izharuddin-Apri Gunawan, dan M Barkati-Darlis Pattalongi dalam Pilwali 9 Desember mendatang. Diketahui, Erwin dan Darlis sama-sama kader PAN.
Tersisa empat partai politik pemilik kursi di DPRD Samarinda yang belum diklaim oleh Andi Harun-Rusmadi Wongso, pasangan yang lebih dulu mendeklarasikan diri. Yaitu, PDI Perjuangan, PAN, Golkar, dan Partai Demokrat. Mereka tampak tenang menentukan siapa yang akan dipilih, padahal waktu pendaftaran akan dilakukan pada September nanti.
Pengamat politik dari Universitas Mulawarman (Unmul), Budiman menuturkan, persoalan mendasar yang terjadi pada partai politik di Indonesia adalah tidak adanya desentralisasi parpol. Pengurus partai di tingkat kabupaten/kota tidak memiliki kewenangan menentukan sendiri calon yang diusung. Padahal, pengurus DPC/DPD lah yang paham dengan kondisi daerah dan calon yangpaling berpotensi diusung di daerah.
“Karena tidak ada kewenangan tersebut mengakibatkan banyak partai di daerah yang sudah punya calon tapi mentah di tingkat DPW ataupun di tingkat DPP,” ujar Budiman, Sabtu (20/6/2020).
Berita Terkait
Keempat partai tersisa masing-masing, PDI Perjuangan 8 kursi, Golkar 5, Demokrat 5, dan PAN 4 kursi di DPRD. Sementara untuk dapat mengusung satu pasangan calon di Pilwali 9 Desember mendatang membutuhkan paling sedikit 9 kursi. Hal ini memungkinkan peserta Pilwali semakin banyak, bisa bertambah dua pasang dan ini disebut lebih baik dari Pilkada Samarinda sebelumnya.
“Artinya, dengan tambahan 2 pasangan calon akan membuat masyarakat Samarinda mempunyai banyak pilihan untuk menentukan siapa yang layak memimpin Samarinda. Sangat beda dengan pilkada sebelumnya yang cuma dua pasangan, bahkan pasangan diindikasikan pasangan jadi-jadian atau boneka,” lanjut akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unmul ini.
Di sisi lain, Budiman menyebutkan dari empat partai tersebut kecuali PDIP, miskin figur dilihat dari sisi elektabilitas dan kapasitas. Namun ia juga menyangsikan, PDIP mau menurunkan kader terbaiknya untuk bertarung di pilwali kali ini.
“PDIP punya figur Siswadi, cuman persoalannya mau gak dia meninggalkan kursi ketua DPRD demi menjadi calon wali kota,” lanjut Budiman lagi.
Kini dua bakal pasangan calon Erwin-Apri dan Barkati-Darlis tengah berebut restu dari DPP PDI Perjuangan. Meski Siswadi secara terang-terangan selalu tampil bersama dengan Barkati dalam banyak kesempatan, DPD PDIP Kaltim justru mengusulkan nama Erwin-Apri ke DPP.
Melihat kedua pasangan ini, Budiman memprediksikan salah satu dari mereka tidak berlanjut ke pencalonan. Namun hal itu kembali lagi pada strategi keduanya mendapatkan perahu partai.
“Kalau dilihat dari sisi kedekatan dengan pengurus, bisa jadi kecenderungan PDIP ke Erwin bisa membuat PAN mengalihkan dukungan ke Erwin-Apri. Erwin sudah lama menjadi pengurus pusat partai PAN. Dalam konteks ini bisa Jadi Barkati- Darlis ditinggal,” jelas Budiman.
Keadaan juga bisa berbalik jika pasangan Barkati-Darlis mendapatkan rekomendasi Demokrat, memungkinkan PAN bertahan pada pasangan ini. “Terkecuali Erwin-Apri bisa mengunci Golkar berkoalisi dengan PDIP,” sebutnya.
Namun, jika salah satu dari mereka dapat mendapatkan tiga dari empat partai tersebut dipastikan hanya satu yang muncul dalam kontestasi mendatang. Atau malah ada sosok baru yang dimunculkan semisal dari Demokrat yang kekeuh mengusung kadernya sendiri.
“Kalau misalnya Demokrat bisa mengunci Golkar, maka otomatis salah satu dari pasangan Erwin-Apri dan Barkati-Darlis akan ketinggalan perahu,” tutup Budiman.
Penulis: Fathur
Editor: Awan