Kutai Timur

Saluran Irigasi lahan sawah gabah 

Saluran Irigasi Rusak, Tiap Tahun Kutim Kehilangan Ribuan Ton Gabah



Ilustrasi saluran irigasi rusak
Ilustrasi saluran irigasi rusak

SELASAR.CO, Sangatta – Ratusan hektare lahan sawah di Desa  Bumi Rapak, Kecamatan Kaubun, kini nyaris telantar karena irigasi longsor beberapa tahun lalu. Akibatnya, secara hitungan, Kutim kehilangan ribuan ton gabah per tahun. Demikian diakui Kadis Pertanian dan Peternakan Kutim, Sugiono.

“Sekitar 200 hektare lahan sawah di Desa Bumi Rapak di Kecamatan Kaubun, kini jadi sawah tadah hujan karena saluran irigasi rusak atau longsor. Namun, selama beberapa tahun, tidak pernah diperbaiki. Padahal, tiap tahun dikunjungi Balai Wilayah Sungai Kaltim, namun tidak pernah direalisasikan,” jelas Sugiono.

“Apalagi, dengan adanya corona ini, dimana anggaran kini dialihkan ke  penanganan corona, sehingga anggaran makin sulit. Sehingga, tahun ini mungkin rencana pembangunan ini tidak jadi lagi,” tambahnya.

Dia menjelaskan, kerugian cukup besar akibat tidak berfungsinya saluran irigasi sawah di Kaubun, khususnya di Desa Bumi Rapak. Petani yang semula bisa menanam padi hingga dua kali setahun, kini hanya mengandalkan hujan. Jika hujan, mereka tanam, tapi kalau kemarau lagi, kata Sugiono, padi yang mereka tanam bisa kering karena tidak ada pasokan air. 

Sehingga kondisinya untung-untungan. Kalau mujur, bisa panen, tapi kalau kemarau, dipastikan tidak akan panen. Padahal, jika irigasi itu berfungsi, hitunganya dalam setahun petani dua kali panen.

“Hasilnya, jika satu hektare lahan menghasilkan minimal 5 ton gabah, maka dalam sekali panen minimal 1.000 ton gabah. Jika setahun dua kali panen, maka ada 2.000 ton gabah. Dengan tidak fungsinya irigasi, maka  puluhan petani mengalami kerugian ribuan ton gabah dalam setahun.  Ini bukan hanya kerugian bagi petani, tapi Kutim secara keseluruhan, kekurangan pasokan  beras,” ungkapnya. 

Karena itu, Sugiono berharap, ke depan, irigasi ini bisa jadi prioritas pemerintah untuk dibangun kembali. Sebab, biaya pembangunnya pasti jauh lebih kecil daripada kerugian petani dan masyarakat akibat kehilangan gabah ribuan ton per tahunnya.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya