Ragam

dinkes samarinda Kasus Stunting Stunting  Posyandu 

Stunting di Samarinda Menurun, Dinkes Ajak Ibu Balita ke Posyandu



Pertemuan desiminasi dan publikasi data stunting tingkat Kota Samarinda di ruang rapat utama Balaikota.
Pertemuan desiminasi dan publikasi data stunting tingkat Kota Samarinda di ruang rapat utama Balaikota.

SELASAR.CO, Samarinda - Dalam rangka aksi percepatan penurunan stunting terintegrasi, pada hari Selasa, 14 Desember 2021, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda melakukan kegiatan pertemuan diseminasi dan publikasi data stunting tingkat Kota Samarinda di ruang rapat utama Balai Kota.

Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil kasus penelusuran yang dilakukan oleh Puskesmas tentang status gizi anak sesuai umur di setiap kelurahan dan kecamatan sehingga pertemuan ini dengan mengundang para pemangku kepentingan utama terdiri dari unsur-unsur yang bertanggung jawab dalam pelayanan.

Stunting sendiri adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.

Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Samarinda dokter Rudi Agus Riyanto saat ditemui usai kegiatan menyebutkan, rembuk stunting telah dilaksanakan pada Agustus 2021 silam. Hasil pendataan prevalensi angka stunting oleh Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting (KP2S) dihimpun melalui kegiatan diseminasi kali ini, untuk dipaparkan bersama instansi terkait.

"Kita melakukan pemaparan melalui zoom di setiap kecamatan dan setiap kelurahan Samarinda. Sebenarnya sudah diseminasi di 10 kecamatan yang menginisiasi adalah Puskesmas. Ke depannya kita meminta pihak kecamatan yang justru mengadakannya dan datanya dari Puskesmas," ujar dokter Rudi.

Disebutkannya, bahwa di Kota Samarinda terjadi penurunan data angka Stunting pada tahun 2021. Penurunan itu sesuai nominasi pada balita yang panjang badannya telah diukur. "Jadi nominasinya bukan jumlah sasaran seluruh balita. Tahun lalu kita mendapatkan angka 11,9 persen dan tahun 2021 ini kita dapatkan angka 10,7 persen," jelas dokter Rudi.

"Jadi praktis memang ada penurunan. Memang ada sedikit kegembiraan juga di sini. Selain itu, pengukuran di Posyandu juga telah naik menjadi 29,97 persen. Namun, secara teknis itu masih sangat jauh dari keinginan pemerintah pusat yang menginginkan minimal 80 persen balita yang telah diukur," lanjutnya.

Selain itu, dokter Rudi juga mengatakan, untuk mencapai angka persentase yang diinginkan pemerintah pusat, pihaknya tidak dapat bekerja sendirian. Dibutuhkan kerja sama dengan seluruh pihak seperti menanyakan dan mengajak Ibu yang memiliki balita ke Posyandu. "Posyandu adalah satu-satunya tempat pemantauan pertumbuhan di Indonesia. Kalau ingin kecerdasan anak baik dan menjadi generasi unggul, mari kita ke Posyandu," seru dokter Rudi.

Penulis: Bekti
Editor: Awan

Berita Lainnya