Kutai Timur

DLH Kutim Air Bercampur Lumpur  sumber air bersih sumber air Sungai Sangatta Banjir di Kutai Timur Banjir di Kutim Banjir di Sangatta 

Warga Keluhkan Air Bercampur Lumpur yang Menuju Sungai Bengalon



PPLHD DLH Kutim mengambil sampel air.
PPLHD DLH Kutim mengambil sampel air.

SELASAR.CO, Sangatta – Sejumlah warga di Kampung Pedayak Luas RT 7, Desa Sepaso Selatan, Kecamatan Bengalon, mengeluhkan kondisi air keruh seperti bercampur lumpur, terus mengalir di salah satu parit perkebunan kelapa sawit, yang kerap dimanfaatkan warga untuk keperluan mandi dan mencuci.

Air yang diduga bercampur lumpur tersebut juga terlihat menggenangi perkebunan kelapa sawit milik salah satu perusahaan perkebunan di wilayah itu.

Salah satu warga Kampung Pedayak Luas, RT 7, Alias, mengakui kondisi air keruh tersebut sudah berlangsung sejak beberapa hari lalu. Terutama sejak peristiwa banjir yang melanda Sungai Bengalon.

“Sumber airnya, kalau menurut kami dari hutan sana, kemungkinan besar dari air PT Kaltim Prima Coal (KPC). Karena dulu air ini bersih dan jadi sumber air untuk mandi warga sini, bahkan dipakai untuk mencuci. Tapi semenjak ada lumpur begini, kampung kami jadi semacam tadah hujan saja,” ucap Alias kepada media ini saat ditemui di Kampung Ledayak Luas, pada Minggu (27/3/2022).

Menurut Alias, air yang diduga bercampur lumpur tersebut, langsung mengarah ke Sungai Bengalon. “Cuman karena ini banjir makanya kami belum bisa tembus kesana. Kalau dari sini sekira 500 meter ketemu sungai,” tambah Alias.

Karena itu, dirinya berharap kondisi air di parit yang kerap dimanfaatkan warga untuk keperluan mandi dan mencuci bisa kembali normal. “Selama ini kan sudah tidak ada lagi pihak-pihak yang berwenang mengecek air. Kalau dulu selalu ada rutin. Namun sejak beberapa waktu yang lalu sudah tidak ada lagi. Kami tidak tahu seperti apa ini,” imbuhnya.

Ia pun menunjukkan kawasan perkebunan kelapa sawit yang ada di wilayah tersebut juga tergenang air yang diduga bercampur lumpur. Bahkan menurutnya peristiwa tersebut sudah terjadi dua kali. “Kemarin waktu ada banjir besar, seperti ini juga kondisi airnya. Perkiraan ketinggian lumpurnya kalau di dalam parit mungkin sekitar 1 meteran. Tapi kalau di dalam kebun sekitar setengah meteran,” terangnya.

Menurut Alias, dengan adanya genangan air yang diduga bercampur lumpur tersebut, dirinya mengaku cukup kesulitan ketika melakukan panen buah sawit, karena begitu jatuh dari pohonnya, langsung tenggelam.

Karena itu pihaknya berharap Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) bisa segera ke lapangan untuk mengecek kondisi air di wilayah itu. Apalagi air itu juga diduga langsung mengalir ke Sungai Bengalon.

“Masyarakat Bengalon juga merasakan. Ini kan turun ke sungai. Kami susah sudah air bersihnya selama begini airnya,” beber Alias.

DLH KUTIM LAKUKAN PENGECEKAN

Usai mendapatkan informasi terkait air keruh yang diduga bercampur lumpur yang mengalir ke Sungai Bengalon, DLH Kutim pun langsung turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan. DLH juga mengambil beberapa sampel air di beberapa tempat, serta melakukan pemantauan sumber air tersebut menggunakan drone dari udara.

Ditemui di lokasi, Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) DLH Kutim, Dewi, mengatakan pihaknya sudah mengambil sampel air di tiga titik, seperti di inlet Rangko. Karena berdasarkan pantauan drone DLH limpasan airnya berasal SP Rangko kegiatan PT KPC.

“Kemudian kita ambil lagi di titik upper rangko diatas Rangko itu ada kolam pengolahan lagi, disitu airnya dialirkan melalui saluran kemudian diterima oleh kolam Rangko. Dan untuk titik ketiganya kita ambil di lokasi perkebunan sawit tepatnya di jembatan, Blok KSL 3 AL 42,” ucapnya kepada media ini pada Senin (28/03/2022).

Lebih lanjut, Dewi mengaku meskipun pihaknya sudah mengambil sampel di tiga titik. Namun pihaknya belum bisa memberikan kesimpulan terkait hasil sampel tersebut, karena harus menunggu hasil pemeriksaan di laboratorium.

“Biasanya itu hasilnya paling cepat dua minggu, umumnya ya. Karena dugaan pencemaran itu harus di ukur di laboratorium,” tutupnya.

Sementara itu, dihubungi melalui pesan WhatsApp Manager External Relations PT KPC Yordhen Ampung, mengakui jika pihaknya belum mendapatkan informasi detail terkait hal itu, sehingga belum bisa memberikan konfirmasi.

“Saya belum dapat info detail soalnya jadi belum bisa kasih konfirmasi. Tentu harus dilakukan pengecekan ke lapangan untuk memastikan.” ucapnya dalam pesan WhatsApp.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya