Kutai Kartanegara

Desa Pela  Desa Wisata ADWI 2022 Anugerah Desa Wisata Indonesia Kemenparekraf objek wisata di kukar Wisaya di Kukar Desa Wisata di Kukar 

Desa Pela Masuk 50 Besar Desa Wisata Terbaik di Ajang ADWI 2022



Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara (Kukar).
Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara (Kukar).

SELASAR.CO, Tenggarong - Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara (Kukar), masuk nominasi 50 besar desa terbaik dari 3.416 desa di seluruh provinsi Indonesia yang mengukuti ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022. Diketahui, Desa Pela juga merupakan satu-satunya desa di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang masuk 50 besar dalam ajang yang digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia (RI) tahun 2022.

Kabid Destinasi Wisata Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar, M Ridha Fatrianti, membenarkan hal tersebut. Setelah ditetapkannya Desa Pela sebagai 50 besar dalam ajang ADWI 2022, akan ada 7 penilaian lebih lanjut dari Kemenparekraf. Yakni, penilaian terhadap kelembagaan desa, daya tarik wisata, homestay, konten digital, souvenir, toilet, dan Cleanliness Health Safety dan Environment (CHSE).

"Jadi informasinya pak Menteri itu datang sebagaimana wisatawan. Artinya dia datang seperti mau beli paket wisata yang ada di Desa Pela, berkunjung sekaligus meninjau," ujar Ridha.

Dinas Pariwisata juga akan melakukan pertemuan dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Pela dan Pemerintah Desa (Pemdes) untuk membicarakan terkait persiapan 7 kategori yang menjadi penilaian Kemenparekraf.

"Jadi kita akan rapat internal dengan Pokdarwis dan Pemerintah Desa," kata Ridha.

Ia juga mengungkapkan, Desa Pela mempunyai daya tarik terhadap keindahan wisata alamnya. Selain terkenal dengan wisata pesut Mahakamnya, Desa Pela juga memiliki wisata Museum Nelayan.

"Mereka juga memiliki potensi kuliner, dan kalau kita mau ke Danau Semayang itu juga ada wisata Tanjung Tamanoh," ungkapnya.

Sementara itu Ketua Pokdarwis Desa Pela, Alimin Azarbajian, mengatakan, 7 kategori yang akan menjadi penilaian Kemenparekraf dalam ajang ADWI 2022 sudah terpenuhi di Desa Pela. Saat ini Pokdarwis dan pemerintah desa akan memperkuat dari sisi kelembagaan dan digitalisasinya.

"Seperti museum nelayan yang menjadi konten kreatif," terang Alimin.

Ia menceritakan, dikenalnya Desa Pela Sebagai desa wisata, setelah terbentuknya Pokdarwis di tahun 2017 lalu. Dengan mengangkat potensi keindahan alam yang ada, seperti melihat pemandangan terbenamnya matahari dan Sungai Pela yang menjadi lalu lalangnya pesut Mahakam. Kala itu, wisata yang ada di Desa Pela dipromosikan oleh komunitas wisata yang ada di Kaltim, hingga viral.

"Di tahun 2018, saking viralnya kita direkomendasikan untuk mewakili Kukar dalam lomba Pokdarwis tingkat Provinsi Kaltim, Alhamdulillah kita dapat juara 3," katanya.

Alimin menyebutkan, wisata yang ada di Desa Pela tak kalah menariknya dengan wisata yang ada di luar Pulau Kalimantan. Bahkan, keindahan sunset yang terlihat dapat dinikmati cukup lama. Selain itu, Desa Pela juga menawarkan destinasi wisata susur sungai, yang jika beruntung akan melihat wujud pesut Mahakam secara langsung yang berenang di Sungai Pela.

"Hampir 80 sampai 90 persen pasti bertemu. Cuma, belum tahu waktunya kapan," sebutnya.

Sungai Pela merupakan wadah yang nyaman untuk Pesut Mahakam, karena sungai ini bukan lintasan kapal ponton yang mengangkut batu bara. Kemudian tidak ada sampah yang larut dan terjaga dari ilegal fishing.

"Karena kita sudah buat peraturan desa tentang larangan alat tangkap nelayan yang tidak ramah lingkungan," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, Pokdarwis Desa Pela kembali berinovasi, dengan membangun wisata Museum Nelayan. Bahkan, Alimin mengklaim Museum Nelayan yang ada di Desa  Pela ini merupakan satu-satunya Museum Nelayan yang ada di Indonesia. Museum Nelayan itu menampilkan berbagai alat tangkap ikan ramah lingkungan yang biasa digunakan masyarakat Desa Pela yang mayoritas penduduknya adalah nelayan.

"Sekarang kita gunakan digitalisasi dengan menggunakan barcode, sehingga ketika tamu datang tinggal scan barcode dan sudah muncul penjelasan lengkap masing-masing alat nelayan. Kemudian ada juga informasi tentang pesut Mahakam, dengan menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris. Semua itu dikembangkan dalam jangka 5 tahun," jelasnya.

Berkembangnya desa wisata Pela hingga dikenal dan masuk 50 besar dalam ajang ADWI 2022 ini merupakan hasil kerja sama dari Pokdarwis, tokoh masyarakat, pemerintah desa, pemerintah kecamatan, pemerintah kabupaten dan juga provinsi.

"Seperti Dispar dan DPMD, koordinasi dan kolaborasi terus kita kuatkan," pungkasnya.

Penulis: Juliansyah
Editor: Awan

Berita Lainnya