Kutai Timur
Desa Tepian Indah Mengadu Ke DPRD Warga Satuan Pemukiman Desa Belum Teraliri Listrik 
Puluhan Tahun Belum Dialiri Listrik, Ibu-Ibu Dari Desa Tepian Indah Mengadu Ke DPRD Kutim
SELASAR. CO, Kutai Timur - Meski Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terbilang salah satu daerah terkaya di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), namun kekayaan tersebut tidak bisa menjadi jaminan bisa memberikan kesejahteraan bagi masyrakatnya. Hal itu bukan tanpa alasan kuat. Hingga 2023 ini, ternyata masih ada pemukiman warga di Kutim sudah berpuluh-puluh tahun tidak mendapatkan listrik.
Padahal sejumlah Kabupaten/Kota saat ini tengah berlomba-lomba memajukan daerahnya dengan berbagai upaya, salah satunya dengan menyalurkan aliran listrik di setiap Desa.
Namun tidak dengan Warga Satuan Pemukiman (SP3), Kilometer 102 Desa Tepian Indah, Kecamatan Bengalon sudah berpuluh-puluh tahun daerah itu tidak mendapatkan listrik PLN. Bahkan hingga kini untuk sumber penerangan dimalam hari warga di daerah itu hanya mengandalkan listrik tenaga surya atau listrik bertenaga diesel.
Karena itu, pada Rabu (26/4/2023) sejumlah perwakilan ibu-ibu warga SP3, Kilometer 102, Desa Tepian Indah mengadu ke Ketua DPRD Kutim, Joni untuk menyampaikan kondisi yang meraka alami selama puluhan tahun.
“Pak kasihanilah kami, orang kampung, sudah 20 tahun kami belum teraliri listrik. Kasihanilah kami pak, kasihanilah kami para ibu-ibu ini, mau juga merasakan mesin cuci dan kulkas seperti apa,” kata Lutfiati kepada media ini.
Menurutnya, pemukiman transmigrasi mereka, terdapat kurang lebih 300 Kepala keluarga (KK). Pemukiman itu termasuk pemukiman transmigrasi tertua di Kecamatan Bengalon, karena sudah memasuki usia 20 tahun. Dengan tuanya pemukiman itu, kini rumah di lokasi itu bukan 300 lagi sesuai dengan jumlah penempatan tahun 2003, namun bisa lebih, Karena anak-anak warga transmigrasi juga sudah banyak berkeluarga, membangun rumah sendiri.
“yang kami rasa aneh, pemukiman di Km 106, 110, yang sebenarnya termasuk pemukiman baru, itu sudah dialiri listrik, bahkan jaringan itu sudah sampai ke Muara Wahau, tapi pemukiman 102, malah di langkahi, padahal, perkampungannya hanya sekitar 3,5 km dari jalan raya utama nenuju Muara Wahau. kami berharap, dengan Ketua DPRD, aspirasi kami warga SP3 di dengan, agar PLN segera menyambungkan listrik ke rumah-rumah kami,” harapnya.
Sementara itu, Mujiharti yang juga merupakan salah satu ibu rumah tangga di SP3 Desa Tepian Indah Kecamatan Bengalon mengatakan selama puluhan tahun, mereka hanya mengandalkan listrik dari Genset, dan penerangan dari solar cell. Namun solar cell, tidak bisa diandalkan apalagi jika musim hujan, bahkan mendung, tidak bisa nyala. Sementara Listrik dari RT, yang dibayar Rp260 ribu per bulan, hanya nyala dari pukul 18.00-pukul 22.00 Wita. Itupun pemakaian sangat terbatas, karena hanya untuk lampu, dan pompa air sumur. Selebihnya, tidak bisa karena daya yang dihasilkan genset, memang sangat terbatas.
“Biaya yang kami keluarkan juga sangat mahal setiap bulannya, karena itu kami berharap kepada Ketua DPRD Kutim agar bisa membantu kami segera menyelesaikan permasalahan tersebut,” kata Mujiharti.
Sementara itu, menanggapi adanya permohonan dari sejumlah ibu-ibu dari SP3 Desa Tepian Indah, Ketua DPRD Kutim Joni mengaku jika usulan warga dari Kilometer 102 sudah ada sejak tahun 2021 dan 2022, bahkan permohonan tersebut sudah disampaikan ke pihak PLN. “Saya juga sempat di janji ditahun 2023 ini akan direalisasikan. Makanya hari ini saya akan kembali ke kunjungi PLN sekaligus mengantarkan proposal dari warga, supaya ditahun 2023 ini bisa segera direalisasikan” Kata Joni kepada media ini
Terlebih menurut Ketua DPRD Kutim Joni jarak antara jaringan PLN dengan pemukiman warga di kilometer 102 tidak terlalu jauh, yang hanya berjarak kurang lebih 3 kilometer. Karena itu, pihaknya berharap kepada PLN bisa segera menyalurkan listriknya untuk membantu masyarakat di Kilometer 102.
“karena PLN ini sangat didambakan masyarakat setempat. Karena mereka sudah 20 tahun menetap diwilayah itu tapi belum merasakan listrik PLN. Padahal desa-desa tetangga mereka sudah mereka nikmati, padahal duluan mereka Transmigrasinya,” tutupnya.
Penulis: Bonar
Editor: Awan