Utama

Banjir di Samarinda  Banjir Samarinda  BMKG Kaltim  BMKG Balikpapan  Prakiraan Cuaca  Cuaca Buruk  La Niña Fenomena La Niña 

BMKG: Fenomena La Niña, Curah Hujan Kaltim Masih akan Tinggi hingga Februari



SELASAR.CO, Samarinda – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih akan mengguyur wilayah Kalimantan Timur dalam beberapa hari ke depan. Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, terutama di daerah rawan seperti Samarinda, Penajam Paser Utara (PPU), dan Kutai Timur (Kutim).

"Jika kita melihat pola musim di Kalimantan Timur, bulan Januari merupakan puncak musim penghujan. Memasuki Februari, curah hujan memang menurun, tetapi hujan masih tetap terjadi. Hingga pertengahan atau akhir Maret, curah hujan akan naik lagi hingga April," ujar Kukuh dalam wawancara pada hari ini, Rabu (29/1/2025).

Menurutnya, meskipun terdapat penurunan intensitas hujan di Februari, curah hujan tetap tinggi pada Januari dan akan kembali meningkat pada April. "Pada bulan April, Mei, dan Juni, curah hujan mulai menurun kembali. Sementara itu, Juli, Agustus, dan September merupakan musim kemarau di Kalimantan Timur. Musim kemaraunya relatif pendek dibanding provinsi lain, dan meskipun kemarau, masih ada potensi hujan dengan curah hujan terendah antara 50 sampai 100 mm," jelasnya.

Kukuh menekankan bahwa potensi hujan sedang hingga lebat masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan. "Oleh karena itu, masyarakat di daerah yang rawan atau langganan banjir harus tetap waspada. Terutama wilayah seperti Samarinda yang kemarin mengalami banjir, serta beberapa daerah di Penajam Paser Utara dan Kutai Timur. Setidaknya dalam seminggu ke depan, kewaspadaan perlu ditingkatkan," ungkapnya.

Saat ditanya mengenai kemungkinan pergeseran musim hujan tahun ini, Kukuh menjelaskan bahwa secara umum, musim tahun ini lebih basah dibanding tahun sebelumnya akibat pengaruh fenomena La Niña, meskipun dalam skala lemah. "La Niña membawa suplai uap air dari Samudra Pasifik ke Indonesia, sehingga musim penghujan tahun ini lebih tinggi dari kondisi normalnya," tuturnya.

Ia membandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya yang dipengaruhi oleh El Niño. "Tahun sebelumnya, kita dipengaruhi El Niño, jadi curah hujan lebih rendah. Di akhir tahun lalu, mulai beralih ke La Niña. Misalnya, pada Maret dan April tahun lalu, yang seharusnya menjadi puncak kedua musim hujan, justru terjadi kekeringan di Kalimantan Timur. Sebaliknya, pada musim kemarau tahun lalu, justru basah. Pada Agustus, curah hujan tinggi sehingga mengganggu pekerjaan di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan beberapa wilayah di Penajam Paser Utara," paparnya.

Kukuh mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca dari BMKG dan meningkatkan kesiagaan. "Secara umum, musim penghujan tahun ini lebih tinggi dari kondisi normal. Oleh karena itu, kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi potensi bencana seperti banjir sangat diperlukan," pesannya.

Dengan kondisi cuaca yang cenderung basah, aktivitas masyarakat dan pembangunan di wilayah Kalimantan Timur diharapkan dapat menyesuaikan dengan situasi ini. Pihak terkait juga diharapkan dapat mengambil langkah antisipatif untuk meminimalkan dampak yang mungkin terjadi akibat curah hujan yang tinggi.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya