Utama

Yayasan Mitra Hijau YMH Dicky Edwin Hendarto Sektor Energi Baru PDRB  PDRB Kaltim 

YMH: Sektor Pertambangan Bukan Lagi Pekerjaan Menjanjikan di Masa Depan



SELASAR.CO, Samarinda - Bekerja di tambang batu bara, sepertinya bukan masa depan yang menjanjikan lagi untuk anak muda di Kalimantan Timur saat ini. Masa depan yang menjanjikan dan ramah untuk bumi adalah green jobs alias pekerjaan-pekerjaan di sektor energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau (YMH) Dicky Edwin Hindarto dalam kuliah umum di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalimantan Timur, pada 13 Februari 2025 di Aula Kampus 2 UNU Kalimantan Timur. Dicky menjelaskan, arah dunia adalah transisi energi berkeadilan. Jadi, upaya menurunkan emisi dan beralih ke sektor yang ramah lingkungan tanpa satu pun yang ditinggalkan.

Sedangkan, Kalimantan Timur sangat bergantung dengan batu bara. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, PDRB 2024 Kaltim tercatat di angka Rp858,4 triliun, dengan Rp329,4 trilun berasal dari sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan, pada 2023 PDRB Kalimantan Timur tercatat Rp843,571 triliun dengan Rp364,365 triliun berasal dari pertambangan dan penggalian. Artinya, sektor ini menyumbang peranan 43,19 persen pada 2023. Lalu pada 2024 menjadi 38,38 persen kontribusi sektor ini, atau menurun sekitar 4,81 persen.

Ketergantungan ini, masih tinggi. Maka dari itu, jika harga batu bara jeblok, ekonomi di Kaltim akan sangat terpengaruh. Saat ini saja, harga batu bara mulai turun. Pada 10 Februari 2025 tercatat sebesar USD 108,75/ton. Harga ini merupakan yang terendah sejak Mei 2021 dengan USD 107,9 per ton.

“Sedangkan, prediksi permintaan batu bara dunia akan turun. Sekarang dunia akan dibanjiri gas dari Rusia dan Amerika Serikat. Jika dibandingkan dengan batu bara, gas memang lebih bersih,” kata Dicky.

Kalimantan Timur pun disebut Dicky didorong untuk menuju sektor yang lebih hijau. YMH bersama konsorsium terlibat dalam upaya pembentukan Forum Konsultasi Daerah untuk Percepatan Transformasi Ekonomi Kalimantan Timur. Forum ini berisi perwakilan-perwakilan dari berbagai sektor. Termasuk pemerintah, organisasi, pengusaha, buruh, dan lainnya.

Sebab, jika seluruh negara menjalankan komitmen iklim masing-masing, permintaan akan turun 20 persen sebelum 2030 dan 70 persen sebelum 2050. Maka dari itu, Kalimantan Timur atau daerah lain juga harus melepaskan diri perlahan dari ketergantungan batu bara.
Apalagi, kondisi kenaikan suhu ini menyebabkan bencana iklim hingga isu kesehatan dan keselamatan umat manusia.

Salah satu contohnya cuaca ekstrem yang berdampak banjir. Misal bagaimana banjir besar bisa terjadi Mahakam Ulu lalu ke Kutai Barat. Juga beberapa wilayah banjir di daerah lain seperti di Samarinda, Balikpapan, dan sebagainya.

Dia melanjutkan, Indonesia, lebih dari 20 juta jiwa terancam kenaikan muka air laut kalau pemanasan global mencapai 2 derajat celcius. Pulau-pulau akan hilang oleh kenaikan muka air laut di 2050 dan banjir rob akan selalu menghantui. Tak terkecuali di Kalimantan Timur yang punya banyak pulau dan permukiman di wilayah pesisir.

Sedangkan di Kalimantan Timur, sektor energi baru terbarukan belum begitu dilirik. Dicky pun mengaku, belum ada perusahaan di sektor ini yang benar-benar lahir dan dibidani oleh warga Kalimantan Timur. Padahal, Kalimantan Timur punya kans besar.

Bagi anak muda di Kalimantan Timur bisa melakukan kolaborasi dan benar-benar menjadi penggawa di Kalimantan Timur. Anak muda yang lekat dengan sosial media, juga bisa memanfaatkan hal ini untuk membuka kesempatan baru.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya