Lingkungan

tpa bukit pinang 

TPA Bukit Pinang Rawan Terbakar, 2020 Pindah ke Sambutan



Asap Tebal Akibat Terbakarnya Sampah di TPA Bukit Pinang
Asap Tebal Akibat Terbakarnya Sampah di TPA Bukit Pinang

SELASAR.CO, Samarinda – Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bukit Pinang di Jalan Pangeran Suryanata, Samarinda Ulu sangat rawan terbakar. Terakhir kebakaran pada 24 September 2019 lalu. Kebakaran ini membuat kabut asap menyelimuti 10 hektare lahan TPA yang berdekatan dengan permukiman warga tersebut.

Agustus lalu, kebakaran diketahui juga terjadi di lokasi yang sama. Penguapan gas metana di sekitar TPA disebut menjadi penyebab utamanya. Hal ini diperburuk dengan banyaknya ban bekas, yang mudah tersulut api. 

Dikonfirmasi terkait hal ini, Nurrahmani, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda mengungkapkan kebakaran tersebut bukan disengaja. Kebakaran menurutnya akibat besarnya kandungan gas metan yang dihasilkan sampah organik, yang saat ini jumlahnya 60 persen dari total sampah yang tertampung di TPA Bukit Pinang.

"TPA itu tidak dibakar. Hanya saja gas metannya begitu tinggi sehingga saat terkena paparan sinar matahari jadi mudah terbakar," ujarnya.

Saat ini DLH telah menginstruksikan kepada pengurus TPA Bukit Pinang, untuk melakukan proses pembolak-balikan tanah untuk menutup titik api kecil yang ada. Pejabat yang akrab dipanggil Yama ini mengakui, TPA Bukit Pinang saat ini sudah tidak representatif untuk menampung sampah yang dihasilkan warga Samarinda.

"Harapan saya memang TPA ini harus segera pindah. Tahun 2020 sudah harus dipindahkan ke TPA Sambutan, di sana sekitar 30 hektare luasnya," imbuhnya. 

Namun hal ini bukan tanpa hambatan, hingga saat ini proses pemindahan ke TPA Sambutan masih terkendala  pembebasan lahan akses masuk menuju TPA. "Kami masih menunggu komunikasi yang dilakukan Dinas Pertanahan dengan Badan Pertanahan Negara untuk mengeluarkan peta bidang, kemudian ada penilaian ulang atas nilai tanah," paparnya.

Untuk kondisi normal, TPA Sambutan dapat bertahan selama tiga tahun. Nantinya agar kejadian di TPA Bukit Pinang tidak terulang, pihaknya telah menyiapkan pengelolaan gas metan yang dihasilkan TPA. "Gas metan ini sebenarnya bisa digunakan untuk pembangkit listrik dan gas rumah tangga. Kami sebenarnya sudah pernah coba di Bukit Pinang, cuma pipa salurannya kan di bawah tanah sehingga tertekan oleh truk jadi patah," jelasnya.

DLH saat ini juga tengah mempersiapkan TPA di luar Sambutan, dengan kapasitas lebih besar guna menunjang proses pengelolaan sampah di Samarinda. "Untuk sementara ada dua kecamatan yang akan kami ajukan ke pak wali kota, yaitu Palaran dan Samarinda Utara," ungkapnya. (fan)

Editor: Er Riyadi

Berita Lainnya