Utama

bangunan terbengkalai 

Tak Terurus Belasan Tahun, Pasar di Sambutan Jadi Tempat Mabuk dan Mesum



Kondisi pasar Pelita 7 yang terlihat dari luar.
Kondisi pasar Pelita 7 yang terlihat dari luar.

SELASAR.CO, Samarinda – Sekitar 20 meter dari tepi Jalan Perumahan Sambutan Indah Permai, bangunan itu tertidur belasan tahun. Atap genteng asbesnya jebol, kayu langit-langitnya pun lapuk dimakan usia. Rumput dan lumut tumbuh subur memagari badan bangunan.

“Dari awal belum pernah ada yang tempati pasar itu,” kata Sungkowo (60 tahun), warga Perumahan Sambutan Idaman Permai Pelita 7 kepada SELASAR, Kamis (5/12/2019).

Sungkowo menuturkan, sejak awal dirinya pindah dari bantaran Sungai Karang Mumus (SKM) di Jalan Pesut tahun 2005 silam, pasar yang berada di seberang rumahnya itu sudah berdiri. Namun, tidak ada kegiatan sama sekali di bangunan itu sampai kondisinya rusak.

Bukannya diperbaiki untuk dapat dimanfaatkan, justru bangunan baru kembali didirikan di sisi kanan sekitar tiga tahun lalu. “Masa tidak melihat sikon (situasi dan kondisi) di sini, sudah ada bangunan pasar malah bangun lagi itu sampai rusak,” imbuhnya.

Dia meneruskan, sudah ada nama-nama yang seharusnya mengisi lapak di pasar yang terbengkalai sejak belasan tahun lalu itu. Namun, tidak sesuai yang diharapkannya, karena warga yang sudah memiliki lapak di bangunan lama, mendapatkan lagi di bangunan baru.

“Saya kan berharap juga (dapat lapak), karena saya ini kan korban pembongkaran SKM. Saya punya warung juga di (Jalan) Pesut sana. Harusnya saya dapat penggantian dong, malah orang yang tidak punya warung dapat, kan aneh,” beber Sungkowo lagi.

Selain tidak terawat, dua bangunan terbengkalai milik Dinas Pasar Kota Samarinda itu juga tidak ada yang menjaga. Sehingga, seringkali digunakan untuk hal-hal negatif, mulai jadi tempat ngelem, mabuk-mabukan hingga jadi wadah berbuat mesum.

“Kalau ada anak muda bergerombol di situ, ya sudah. Kalau kita di sini satu saja, yang penting tidak ganggu kita,” kata Sungkowo pasrah. Warga menyayangkan kondisi tersebut. Apalagi, sekitar 200 meter dari dua bangunan itu, ada rumah ibadah, masjid Al-Fattah.

Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Samarinda, Marnabas, dikonfirmasi terkait terbengkalainya dua bangunan pasar tersebut mengungkapkan, hal itu dikarenakan belum tersedianya fasilitas penunjang pasar, seperti listrik, air, dan lahan parkir.

Namun, dia menjanjikan pasar itu segera dimanfaatkan. “Kita tetap akan memanfaatkan pasar yang ada di situ, minimal bangunan yang di sebelahnya,” kata Marnabas.

Disinggung masalah pedagang yang masih enggan menempati lapak di pasar tradisional tersebut, masih mungkin diserahkan ke pihak lain.

“Kalau memang dia tidak mau di situ, ya kita kasih ke yang lain,” ujar Marnabas.

Kepala Bidang Sarana Perdagangan Disdag Samarinda, Irwan Kartomo ditemui di ruang kerjanya, pada Jumat (6/12/2019), menuturkan muasal pembangunan dua bangunan itu.

Bangunan pertama yang kondisinya rusak parah merupakan fasilitas yang dibangun sepaket dengan perumahan. “Itu sekitar tahun 2001, dibangun sepaket dengan pembangunan perumahan untuk warga relokasi SKM,” imbuhnya.

Sedangkan bangunan sebelahnya dibangun oleh Dinas Perindagkop & UKM Kalimantan Timur dan diserahkan pada tahun 2011. Disinggung mengenai besar biaya pembangunannya pria yang akrab disapa Iwan itu mengaku tidak tahu menahu.

“Untuk besaran anggaran pembangunannya kami tidak tahu, jadi kita cuma terima saja,” kata Iwan.

Lebih lanjut, Iwan mengungkapkan, kondisi pasar tradisional Sambutan tidak jauh berbeda dengan yang ada di Bengkuring. Fasilitas yang bagus tidak serta merta dapat menarik masyarakat untuk berbelanja di pasar tersebut.

“Tahun 2012 pernah kita gratiskan, ada yang bertahan sampai seminggu berjualan tapi memang tidak ada pembeli,” ungkap Iwan lagi.

Tahun 2020 mendatang, nasib kedua bangunan pasar Sambutan itu pun terancam terus terbengkalai. Karena, sepengetahuan Iwan, tidak ada usulan perbaikan atau menambah fasilitas penunjang untuk pasar tersebut.

Lebih lanjut, sebelum mengusulkan perbaikan dan penambahan fasilitas lebih dulu pihaknya harus memastikan adanya kepastian pasar tersebut diisi oleh pedagang. Terlebih saat ini masih ada pasar tradisional yang ramai pembeli dan membutuhkan perbaikan.

“Tunggu ada yang mengisi dulu baru dilengkapi fasilitasnya,” tutup Iwan.

 

Penulis: Fathur
Editor: Awan

Berita Lainnya