Ragam

ibu kota baru 

Diskusi Publik Kesiapan Penyangga IKN



Saling berjabatan, Andi Harun dan Rusmadi Wongso usai dikawinkan untuk maju dalam Pilwali Samarinda 2020
Saling berjabatan, Andi Harun dan Rusmadi Wongso usai dikawinkan untuk maju dalam Pilwali Samarinda 2020

SELASAR.CO, Samarinda – Penetapan sebagian daerah Penajam Paser Utara dan sebagian Kutai Kertanegara sebagai ibu kota negara (IKN) baru pada 26 Agustus 2019 memberi pengaruh besar dalam peta pembangunan di daerah sekitarnya. Tidak terkecuali Samarinda yang akan berperan sebagai kota penyangga IKN baru tersebut.

Sebelum hal itu benar-benar terjadi, sudah semestinya Samarinda berbenah menyelesaikan masalahnya sendiri. Mulai dari masalah banjir, kemacetan, dan masalah sosial lainnya. Isu ini pun menjadi bahan menarik untuk didiskusikan, terlebih jelang kontestasi pemilihan kepala daerah baru untuk Samarinda tahun 2020.

Tampak hadir sejumlah tokoh, akademisi, dan profesional dalam diskusi publik yang diinisiasi oleh Gerakan Peduli Samarinda di Ballroom Kota Bangun, Hotel Selyca Samarinda, Sabtu (21/12/2019). Menghadirkan Prof Sarosa Hamongpranoto, Bernaulus Saragih, dan Adji Sofyan Efendi sebagai pemantik, diskusi itu mengusung tema Kesiapan Samarinda Sebagai Kota Penyangga IKN dan Tantangan Pimpinan Daerah.

“Sebagai kota penyangga IKN (Ibu Kota Negara), tentu punya prospek baik sekali, dan wilayah kita harus didukung oleh pemimpin yang punya kapasitas dan punya komitmen membangun ke depan,” kata Sarosa.

Dia pun mengatakan pemimpin masa depan Samarinda diharapkan mampu menggerakkan masyarakat agar ikut berpartisipasi mendukung menjadi kota yang lebih baik.

Pemantik lainnya Bernaulus Saragih menuturkan, menuntaskan permasalahan Kota Samarinda mengenai banjir tidak hanya bisa diselesaikan oleh wali kota. Tapi harus ada dukungan dari pemerintah kabupaten/kota lain yang berada di aliran Sungai Mahakam, pemerintah provinsi dan pusat.

“Bagaimana pemimpin akan datang itu bisa berkomunikasi dengan pemimpin daerah lain, ke pemprov dan pusat, itu yang penting,” kata Bernaulus.

Berdasarkan hasil penelitiannya bersama tim Proyek Delta Mahakam pada 2015, ada 22 juta ton lumpur yang bersedimentasi di dasar Sungai Mahakam dalam setahun. Lumpur itu dihasilkan dari arus hilir mudik ponton pengangkut batu bara. Bernaulus pun memprediksikan tahun 2050 Sungai Mahakam semakin dangkal.

Langkah konkret pemimpin Samarinda ke depan sangat diperlukan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dari kota penyangga IKN ini. “Pengerukan iya, perbaikan daerah aliran sungai, reboisasi, rehabilitasi. Harus dilakukan bersama-sama dan terkoordinasi,” tuntas Bernaulus.

 

Penulis: Fathur
Editor: Yoghy Irfan

Berita Lainnya