Utama
Ahmad Yusuf Ghazali PAUD Jannatul Athfaal Polres Samarinda 
Hasil Autopsi Keluar, Misteri Penyebab Kematian Yusuf Akhirnya Terkuak
SELASAR.CO, Samarinda - Misteri penyebab kematian balita empat tahun bernama Ahmad Yusuf Ghazali, yang ditemukan meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan di anak Sungai Karang Mumus di Jalan Pangeran Antasari II pada 8 Desember 2019 lalu akhirnya terjawab. Hasil autopsi ini diungkapkan Kombes Pol Sumy Hastry Purwanti yang bergelar dokter spesialis forensik, pada Kamis (27/2/2020), di Aula Polresta Samarinda. Berdasarkan hasil pemeriksaan tulang-tulang jenazah, tidak ditemukan tanda-tanda adanya tindak kekerasan.
Pertama, tulang belakang ruas leher ada 7, yang berarti lengkap tanpa ada tanda kekerasan. Hal ini menandakan bagian kepala jenazah yang hilang, dikarenakan proses pembusukan setelah 16 hari terendam di dalam air.
“Jadi kondisi korban mengalami pembusukan, menyebabkan kepala mudah terlepas. Korban juga masih dalam usia kecil, tulangnya tulang rawan pasti akan cepat lepas dan hancur di dalam air,” jelas Kombes Pol Sumy Hastry Purwanti.
Berita Terkait
Berikut hasil otopsi yang dipaparkan oleh Kombes Pol Sumy kepada awak media:
1.Tulang ruas leher ada 7 (lengkap)
2.Tulang belakang ruas dada ada 9 (lengkap)
3.Tulang belakang ruas pinggang ada 5 (lengkap)
4.Tulang dada utuh, tanpa ada kerusakan atau cedera pada tulang dada tersebut
5.Tulang-tulang iga kanan dan kiri utuh
6.Tulang belikat kanan dan kiri lengkap dan utuh
7.Tulang panggul utuh
8.Tulang selangka kanan dan kiri utuh
9.Tulang kedua lengan atas utuh
10.Tulang kedua paha utuh
11.Tulang kedua tungkai bawah utuh
12.Tulang kering kiri lebih kecil daripada tulang kering kanan
13.Tampak persambungan antar tulang sudah terlepas, dengan tidak ditemukan resapan darah atau patahan. Sehingga terlepas postmortem atau normal karena proses pembusukan
14.Organ-organ dalam jenazah tidak ditemukan (hilang karena proses pembusukan)
15.Dari pemeriksaan terhadap sampel berupa sumsum tulang paha ditemukan adanya ganggang air.
Proses pembusukan pada usia balita memang lebih cepat, karena tulang kerangka tubuhnya masih terdiri dari tulang rawan. Proses pembusukan di dalam air juga akan jauh lebih cepat, jika dibandingkan jenazah ditemukan di daratan.
“Kalau proses pembusukan pada tubuh manusia setelah hari ketujuh pasti cepat membusuk, tergantung dia meninggalnya di mana. Kalau di air lebih cepat membusuk, kecuali kita temukan di tanah bisa 10 hari baru membusuk,” jelasnya.
“Kesimpulan sudah dilakukan pemeriksaan jenazah seorang anak laki-laki, pada pemeriksaan jenazah sudah berupa rangka dalam kondisi tidak utuh. Tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan pada rangka. Serta ditemukan adanya ganggang air pada pemeriksaan laboratorium. Penyebab meninggalnya Yusuf akibat tenggelam,” tambahnya.
Terkait hal ini, Kapolresta Samarinda Kombes Pol Arif Budiman mengatakan, hasil autopsi dokter forensik Mabes Polri dapat disimpulkan, sebab kematian balita Yusuf adalah tenggelam. “Kita sudah menahan dua tersangka yang menyebabkan ananda Yusuf meninggal dunia, yaitu dua orang yang bekerja sebagai guru PAUD yang mengasuh ananda Yusuf,” ujarnya.
Sementara itu ibu dari Yusuf, Melisari mengaku lega dengan keputusan ini, karena penyebab kematian anaknya dapat dijelaskan oleh dokter terbaik yang dimiliki jajaran Polri saat ini. “Kami sudah lega karena ini sudah ditangani oleh dokter terbaik, kami pun sudah ikhlas. Saya pun berterima kasih kepada semua warga Samarinda, yang selama ini sudah mendukung saya. Untuk proses selanjutnya saya sudah serahkan kepada kuasa hukum,” tuturnya.
Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan