Utama

Corona  bontang rsud bontang rsib Andi M Ishak 

Beredar Pesan WA: 60 Tenaga Medis Bontang Dikarantina, Ini Kata Dinas Kesehatan



Ilustrasi
Ilustrasi

SELASAR.CO, Samarinda – Belum lama ini beredar luas pesan di aplikasi chatting WhatsApp. Informasi di dalamnya membuat khawatir masyarakat, khususnya warga Bontang. Pesan itu  menyebut ada 60 tenaga medis dari dua rumah sakit di Bontang menjalani karantina.

Hal ini dilakukan setelah salah satu orang tua pasien dalam pengawasan (PDP), disebut tidak jujur soal riwayat perjalanannya. Hingga akhirnya, sang anak yang berusia 8 tahun itu dinyatakan meninggal dunia. Pasien tersebut positif melalui rapid test.

Berikut isi lengkap pesan tersebut:

Bagi yang ada keluarga di Bontang, mohon untuk disampaikan agar tidak mendatangi RS Yabis (RSIB) dan RSUD bontang, saat ini sebagian besar dokter, perawat, petugas pendaftaran, lab, kasir sedang dikarantina sehubungan dengan pasien yang meninggal semalam sebagai dampak KETIDAK JUJURAN ketika ditanya petugas medis. Anak 8 tahun meninggal di Bontang rapid (test) positif. Orang tua ga jujur ada riwayat bepergian ke Jakarta. Heboh di Bontang karena dirawat di 2 Rumah Sakit tetap ga jujur, sampe poli spesialis ditutup. Semua karyawan RS Islam Yabis, yang pernah kontak di rapid test.

Ijin sharing apa yg terjadi di Bontang hari ini. Setidaknya 60 orang tenaga medis di 2 Rumah Sakit, terdiri dari dokter, paramedic dan administrasi, terpaksa dikarantina selama 14 hari. Akibat ketidakjujuran orang tua pasien dalam memberikan informasi.

Si anak yang mulanya didiagnosa kelainan fungsi ginjal ternyata dalam prosesnya terinfeksi Covid-19 dari ayahnya yang berpergian ke Jakarta. Dimana dalam keterangan yang disampaikan menyatakan tidak berpergian kemana-mana selama 28 hari terakhir.

Hal ini diketahui setelah pasien dirawat sekian lama dan menunjukkan kondisi yang semakin memburuk dan kemudian dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap. Hasil rapid test pasien dan orang tua positive, dan baru mengaku jika baru kembali dari Jakarta beberapa waktu lalu.

Tadi pagi pukul 2 dini hari, ananda pasien telah berpulang keharibaan Allah SWT. Meninggalkan pilu dan penyesalan yang mendalam pada si orang tua. Plus kerugian amat sangat bagi kota Bontang, di saat seperti ini harus kehilangan 60 orang tenaga medis sekaligus. Dan mungkin akan jauh lebih banyak lagi jika hasil test ke-60 orang tersebut ada yang positive.

Redaksi SELASAR pun mengkonfirmasi kebenaran isi pesan tersebut, kepada Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kaltim sekaligus Plt Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Andi M Ishak. Dihubungi lewat sambungan telepon pada hari ini Sabtu (25/4/2020), dirinya mengaku sudah mencoba mengklarifikasi hal ini langsung kepada Dinas Kesehatan Bontang. Namun hingga saat ini pihaknya masih menunggu jawaban resmi tertulis dari Dinkes Bontang. Namun yang pasti, anak yang meninggal tersebut sudah menjalani uji swab, dan masih menunggu hasilnya dari BBLK Surabaya.

“Kami belum bisa menyatakan (pesan itu) benar atau tidak, karena kami juga belum mendapatkan pernyataan tertulis dari Bontang. Kami dari pagi juga melakukan koordinasi ke sana terkait kabar itu, sampai saat ini kami belum menerima (balasan),” ujar Andi.

Karena itu, dirinya meminta kepada Dinas Kesehatan Kota Bontang untuk segera melakukan klarifikasi terhadap kebenaran pesan tersebut, agar tidak terjadi kesimpang-siuran informasi kepada masyarakat. Berikut hal-hal yang dihimpun SELASAR dari data rilis tim Gugus Tugas Kaltim, terkait PDP yang meninggal ini.

Pasien merupakan laki-laki 8 tahun, dan PDP yang dilaporkan oleh Klinisi Medis RSUD Taman Husada Bontang. Pasien yang rutin berobat poli anak dengan penyakit epilepsy, nekrotik syndrome, anemia, dan anak berkebutuhan khusus. Pasien Tanggal 11 April ada keluhan bengkak kaki serta memiliki gambaran bronkopneumonia.

Pasien sempat menjalani perawatan di RSIB selama 18 hari, dan diperlakukan seperti pasien biasa. Setelah dirujuk ke RSUD Taman Huada Bontang, pasien sempat akan dirujuk ke RSUD AW Sjahranie Samarinda. Namun, setelah menjalani rapid test, dengan hasil positif pasien pun, urung dirujuk ke Samarinda. Pada tanggal 23 April kondisi pasien memburuk, dan dilaporkan meninggal pada Jumat 24 April 2020 pukul 03.00 Wita dini hari.

“Dalam pesan itu kan ada meminta jangan ke rumah sakit RSIB dan RSUD Bontang, kalau engga kesitu mau kemana masyarakat? Disana kan rumah sakit tinggal RS Amalia dan sudah penuh, Rumah Sakit Pupuk Kaltim (RSPKT) lockdown, Rumah Sakit LNG Badak Bontang juga sudah lama hanya menerima pasien dari lingkup wilayahnya. Yang saya tahu sampai saat ini RSUD Bontang masih jalan, tapi kalau Rumah Sakit Islam Bontang saya belum dapat informasi,” tambah Andi.

Dari informasi yang dihimpun media ini, dua rumah sakit di Bontang tadi yaitu RSUD Taman Husada dan RSIB sudah memberlakukan pembatasan pelayanan. Masing-masing akan berlaku mulai dari 23 dan 24 April 2020. Berikut rilis yang dikeluarkan dua rumah sakit, yang diperoleh SELASAR:

Andi membenarkan, bahwa ada petugas medis yang menjalani rapid test di Bontang. Mereka adalah petugas medis dari RSUD Taman Husada Bontang dan Rumah Sakit Islam Bontang (RSIB). Menurut informasi yang dia terima, hari ini tenaga kesehatan di RSUD Bontang sudah dilakukan, namun untuk persisnya berapa petugas medis yang menjalani rapid test dan apa hasilnya ia belum menerima.

“Kalau untuk yang di Rumah Sakit Islam Bontang itu setahu saya hari ini akan dilakukan (rapid test) oleh teman-teman Dinas Kesehatan Bontang. Makanya hari ini kami menunggu ekspedisi untuk mengirim tambahan rapid test ke Bontang sebanyak 200 rapid test kit. Kabarnya sudah habis yang kemarin kami kirim, dan hari ini kami kirim lagi,” ungkapnya.

Andi menambahkan, jika nantinya memang ada petugas medis yang dinyatakan reaktif dalam rapid test, maka diminta untuk melakukan isolasi mandiri, sambil menunggu hasil uji swab.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya