Utama

Klaster SMC Rumah Sakit SMC Positif corona Tenaga Kesehatan klaster baru 

RS SMC Jadi Klaster Baru Covid-19, Begini Penjelasan Dinkes Samarinda



Rumah Sakit SMC, Samarinda
Rumah Sakit SMC, Samarinda

SELASAR.CO, Samarinda – Dinas Kesehatan (Dinkes) Samarinda mengeluarkan rilis terbaru terkait perkembangan dan penanganan penularan Covid-19 di Kota Tepian. Dalam info-grafis yang disampaikan kepada awak media pada Kamis 13 Agustus 2020 kemarin, terdapat klaster baru yang diberi nama RS SMC (Samarinda Medika Citra). Total ada 12 kasus positif Covid-19 yang masuk dalam klaster ini.

Pada hari yang sama, RS SMC diketahui melakukan penutupan sementara layanan instalasi gawat darurat (IGD). Hal itu dilakukan untuk tindakan pembersihan dan sterilisasi. Kegiatan pembersihan itu telah dilakukan sejak Rabu 12 Agustus 2020 pukul 06.00 Wita kemarin, sampai hari ini, Kamis 13 Agustus 2020 pukul 07.00 Wita.

Namun dikatakan Langoday Aldo, Kepala Bagian Humas RS SMC, kebijakan penutupan IGD selama satu hari tersebut tidak berkaitan dengan adanya klaster baru di RS SMC. Pembersihan tersebut memang kegiatan rutin yang dilakukan pihak rumah sakit.

"Enggak (tidak berkaitan), jadi program ini merupakan bentuk pencegahan, tidak hanya terhadap virus Covid-19 tetapi juga bakteri dan kuman lainnya," ujar Aldo. Usai penutupan sementara IGD selama sehari, hari ini rumah sakit tersebut kembali beroperasi.

Sementara itu, dalam keterangan tertulisnya, Aldo menyebutkan di tengah risiko dan tanggung jawab yang dihadapai rumah sakit saat ini, RS SMC pun terdampak secara langsung atas risiko tersebut, yaitu dengan adanya tenaga kesehatan dan keluarga dekat tenaga kesehatan yang terdampak penularan virus Covid-19.

"Sebagaimana yang telah dirilis oleh Dinas Kesehatan Kota Samarinda pada Rabu, 12 Agustus 2020 tentang adanya klaster RS SMC. Kondisi ini terjadi karena RS SMC terus berupaya melaksanakan tanggung jawabnya melayani pasien dengan berbagai keluhan penyakit, baik dalam kondisi ringan, sedang dan berat. Sehingga risiko penularan virus menjadi semakin besar dan dapat terdampak langsung kepada tenaga kesehatan sebagaimana yang dialami saat ini," tambahnya.

Dengan adanya hal ini, upaya lanjutan yang dilakukan pihaknya adalah bekerja sama dengan Tim Gugus Tugas Covid-19 Kota Samarinda, untuk mendukung pemberian data yang dibutuhkan oleh tim tersebut saat melakukan tracing.

"Kami sangat berharap untuk seluruh lapisan masyarakat, pasien, dan keluarga pasien untuk dapat jujur dan terbuka atas keluhan dan kondisi yang dialami, sehingga tenaga kesehatan yang bertugas dapat mengantisipasi dan melakukan tindakan medis dengan tepat," terangnya.

KEWENANGAN RUMAH SAKIT

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Samarinda, Ismed Kosasih mengatakan, terkait 12 kasus di klaster SMC, tidak seluruhnya adalah nakes. Namun juga terdapat keluarga dari nakes yang masuk dalam klaster tersebut. Sementara terkait kebijakan lama penutupan suatu area rumah sakit dalam upaya pelacakan kasus Covid-19 merupakan kewenangan pihak rumah sakit.

"Jadi rumah sakit itu ada kewenangan, artinya pihak rumah sakit dapat menilai sendiri (kemampuan pelacakannya). Kalau mereka menghitung satu hari cukup, maka cukup satu hari. Jadi semua kewenangan dari rumah sakit," ujar Ismed.

Diungkapkan Ismed, masing-masing rumah sakit saat ini memiliki Komite Keselamatan, sehingga komite ini kemudian yang akan menilai berapa lama waktu yang diperlukan dalam melakukan tracing.

Sementara itu, saat ditanya mengapa RSUD IA Moies yang sebelumnya juga memiliki klaster penularan Covid-19, menutup operasionalnya hingga sepekan untuk melakukan tracing kontak setelah 19 nakesnya positif Covid-19, Ismed menjawab, "Itu kemarin menerima masukan dari Dinas (Kesehatan), karena memang berada di bawah (kepemilikan) Pemkot Samarinda."

Kondisi Samarinda yang saat ini sudah transmisi lokal, membuat setiap orang mempunyai risiko yang sama untuk tertular. Maka, sekarang sangat penting menerapkan protokol kesehatan secara ketat, karena Indonesia saat ini memang sudah mulai menerapkan adaptasi kebiasaan baru.

"Yang kedua juga perlu dicatat, nakes itu juga makhluk sosial. Maka pasti kita tidak dapat memastikan dia dapatnya (tertular) dari mana. Besar kemungkinan mereka mendapatkannya di rumah sakit, namun juga ada kemungkinan tertular di luar area rumah sakit karena bertemu orang banyak," pungkasnya.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya