Utama

Deteksi Covid-19 Alat pendeteksi Corona X-ray Politani Samarinda Politani Samarinda ciptakan DHF 2020 COVID-19 Cegah Corona 

KEREN! Mahasiswa Politani Samarinda Ciptakan Alat Deteksi Covid-19 di Android



Alat deteksi Covid-19 dengan citra X-Ray berbasis Android.
Alat deteksi Covid-19 dengan citra X-Ray berbasis Android.

SELASAR.CO, Samarinda - Kabar membanggakan datang dari salah satu perguruan tinggi di Samarinda. Mahasiswa Politeknik Pertanian (Politani) Negeri Samarinda meraih juara empat dalam ajang DIlo Hackathon Festival (DHF) 2020, setelah membuat alat deteksi penyakit Covid-19 dengan Citra X Ray berbasis Android. 

DIlo merupakan acara tahunan yang mengumpulkan para developer Indonesia untuk menghasilkan produk dan inovasi digital terbaik. Tahun ini, DHF mengusung tema "Impacting for Indonesia", dengan 6 kategori yang dilombakan, yakni kesehatan, pertanian/perikanan, pendidikan, smart city, adaptasi kehidupan baru (AKB) lifestyle, dan SMB/UMKM. 

Tim ALT yang dikomandani dosen pembimbing Politani Samarinda, Wahyuni Eka Sari, berhasil menyisihkan 689 peserta se-Indonesia dan meraih juara 4 untuk kategori health. ALT merupakan singkatan dari nama tiga mahasiswi yang ikut dalam pengembangan aplikasi ini yaitu Aulanil Fitri, Ladrika Eka Putri dan Tyas Rizka Aulia. Ketiganya merupakan mahasiswa program studi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak (TRPL) di Politani Samarinda.

“Kami sangat mengapresiasi, karena ini sudah yang ketiga kalinya mahasiswa TRPL kami meraih juara. Kami mengharapkan ke depannya mahasiswa dari prodi lain juga mampu termotivasi melakukan hal-hal untuk pengembangan Politani Samarinda kedepan,” ujar Humas Politani Samarinda, Dr Andi Lisnawati.

Tim ALT yang dikomandani dosen pembimbing Politani Samarinda, Wahyuni Eka Sari.

PROSES PENGUJIAN LEBIH CEPAT DARI UJI SWAB

Aplikasi bernama Xray ini adalah pendeteksi Covid-19 berdasarkan Citra X Ray berbasis Android. Dengan melakukan analisa terhadap hasil rontgen paru-paru pasien yang diduga terpapar Covid, maka hasil bisa segera diketahui dengan mengarahkan kamera ke foto X Ray tersebut. Aplikasi ini bekerja lebih cepat dari pemeriksaan swab. Proses aplikasi ini cukup dengan memasukkan hasil rontgen, selang beberapa detik, hasil bisa diperoleh dengan cepat. 

“Cukup dengan memasukkan hasil rontgen, beberapa detik hasil bisa diperoleh,” Wahyuni Eka Sari, Dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 

Sementara itu, diungkapkan mahasiswa yang tergabung dalam tim ALT, Ladrika Eka Putri, dalam proses pengembangan aplikasi ini banyak kesulitan yang ia temui. “Salah satunya saat pemrograman memasukkan foto, ini juga pertama kali saya lakukan dan merupakan hal baru untuk saya. Karena itu cukup kesulitan awalnya,” ungkap Ladrika.

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DEEP LEARNING

Aplikasi Xray ini diketahui memanfaatkan teknologi Deep Learning. Teknologi ini sebenarnya sudah sering dijumpai masyarakat indonesia dalam aplikasi sosial media seperti Tiktok dalam proses pemindaian wajah. Hanya saja berbeda algoritma dengan yang diterapkan dalam aplikasi ini. 

Aplikasi ini bekerja dengan mengenali sebuah foto X Ray, yang kemudian akan dibandingkan dengan foto-foto X Ray paru-paru orang yang sehat dan pasien pengidap Covid-19 yang telah dimasukkan ke dalam aplikasi. Dari situlah kemudian aplikasi dapat menentukan foto rontgen paru-paru yang diambil terinfeksi virus corona atau tidak. “Karena itu semakin banyak data yang dimasukan ke dalam aplikasi ini maka akan semakin bagus,” ujar Eko Junirianto, yang juga Dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Agar aplikasi ini dapat terus digunakan saat pandemi Covid-19 sudah berakhir, pihaknya pun berencana mengembangkan aplikasi untuk dapat memeriksa hasil X Ray dari organ tubuh yang lain.

“Kami juga saat ini tengah fokus dalam pengembangan aplikasi ini ke depannya jika pandemi Covid-19 ini telah selesai. X ray ini kan banyak bentuknya, bisa jadi bukan hanya paru-paru yang bisa diuji dalam aplikasi ini. Bisa juga X ray tengkorak, kaki, tangan dan bagian-bagian tubuh yang lain, karena ada beberapa kasus penyakit yang bisa ditentukan dari hasil X ray tersebut,” jelasnya.  

PERLU DUKUNGAN UNTUK PENGEMBANGAN APLIKASI

Meski begitu pihaknya mengaku masih melakukan pengembangan, untuk meningkatkan akurasi dari hasil diagnosis yang ditampilkan. Namun diperlukan adanya fasilitas yang memadai sehingga hasil akhir dari pengembangan aplikasi dapat berlangsung cepat. Jika didukung dengan fasilitas yang baik, dirinya pun optimis dapat mengeluarkan versi pengembangan tahap akhir dari aplikasi tersebut akhir tahun 2020.

“Tim Politani sangat berharap dukungan semua pihak untuk pengembangan aplikasi, khususnya dalam hal penyediaan Hardware (komputer). Karena untuk meningkatkan akurasi dari aplikasi ini diperlukan adanya fasilitas Hardware yang memadai,” pungkas Wahyuni Eka Sari.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya