Kutai Timur

Distanak Kutim tanaman hortikultura  Ledakan Penduduk 

Antisipasi Ledakan Penduduk, Distanak Kutim Kembangkan Tanaman Hortikultura



Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim Sugiono.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim Sugiono.

SELASAR.CO, Sangatta – Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) kini giat mengembangkan tanaman hortikultura. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi ledakan penduduk Kaltim karena kepindahan ibu kota negara (IKN) ke Kaltim serta berkembangnya kawasan industri Maloy serta metanol di Bengalon. Demikian dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Kadistanak) Kutim Sugiono.

“Kutim, sebagai salah satu daerah dengan lahan kering yang luas di Kaltim, harus sejak dini mengembangkan tanaman hortikultura. Ini diperlukan, untuk mengantisipasi ledakan penduduk Kaltim, menyambut kepindahan ibu kota negara dan beroperasinya kawasan industri di Bengalon,” katanya.

Sugiono mengatakan, jika ibu kota pindah ke Kaltim, setidaknya sekitar 1,5 juta pendatang baru. Mereka semua butuh makanan yang bergizi tinggi.  “Masa kebutuhan mereka terus dipasok dari Jawa?  Ini harus kita tangkap sebagai peluang usaha, dengan mengembangkan pertanian hortikultura. Sebab, nantinya, hasil panen kita akan punya keunggulan dari segi harga. Sebab, kita tak perlu biaya tambahan untuk angkutan, hasilnya pasti lebih segar sampai di konsumen,  dibanding buah dari Jawa atau Sulawesi,” jelasnya.

Belum lagi dengan kawasan industri di Bengalon, itu butuh puluhan ribu tenaga kerja. Itu mungkin dalam waktu tiga atau empat tahun ke depan, sudah beroperasi.  Kalau petani Kutim mampu menangkap peluang pasar  ini, maka akan sangat besar pendapatan mereka. Sebab, ini merupakan pasar di depan mata, yang harusnya direbut petani di Kutim.

 “Karena itu, kami dari Distanak memacu petani untuk mengembangkan tanaman hortikultura, untuk kebutuhan masyarakat ke depan,” katanya.

Bukan hanya itu, hasil buah dari tanaman seperti durian Musangking, saat ini jadi komoditas ekspor yang sangat berharga. Setidaknya, satu kilogram harganya Rp250 ribu.  “Kalau masyarakat menanam durian ini dua hektare saja,  hasilnya akan sangat besar,” sebutnya.

Bahkan, buah seperti alpukat dan lengkeng, juga tidak kalah nilainya kalau bisa dibudidayakan dengan baik. Selain nilainya tinggi, juga sangat  gampang pemeliharaannya. Kalau tidak ada waktu, bisa seminggu dua minggu baru datangi, untuk melihat kondisinya. Berbeda dengan memelihara ternak,  seperti sapi, meskipun hanya satu ekor, tetap tidak bisa bisa ditinggal. “Keluar kota, tidak mungkin titip orang. Jadi, lebih baik berkebun, hasilnya pasti  lebih baik nantinya,” tutupnya.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya