Kutai Timur

Distanak kutim Penyakit Mulut dan Kuku  Inseminasi Buatan PMK Sapi Penyakit Hewan 

Bibit Sapi Luar Belum Bisa Masuk Kaltim, Distanak Galakkan IB



Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim drh Dyah Ratnaningrum.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim drh Dyah Ratnaningrum.

SELASAR.CO, Sangatta - Masalah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi ternyata belum selesai. Sebab hingga tahun 2023 ini, kaltim belum membuka peluang untuk masuknya bibit sapi dari luar, termasuk Kutim. Agar populasi sapi dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan, Dinas Pertanian dan Peternakan tahun ini akan melakukan inseminasi buatan (IB) secara massal. Demikian dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim drh Dyah Ratnaningrum.

“Tahun ini kita belum ada peluang untuk mendatangkan bibit sapi, karena PMK beberapa waktu lalu. Kita takutnya, populasi sapi berkurang, karena itu tahun ini kami akan melakukan inseminasi buatan secara besar-besaran,” kata Dyah, saat ditemui di ruang kerjanya Selasa (17/1/2023).

Menurutnya, dari data yang diperoleh, di Kutim ini ada 19000 ekor sapi. Dalam kegiatan vaksinasi PMK yang dilakukan terhadap 6000 ekor sapi, ada 4000 ekor diantaranya yang betina. Jadi, kemungkinan masih banyak sapi betina yang belum terdata. “kami berharap, semua sapi yang memang sudah bisa dilakukan IB, akan di IB,” Jelasnya

Sebab, diakui, IB ini bukan hal baru dalam peternakan, namun sebenarnya hal biasa, yang diakui dalam beberapa tahun ini kurang maksimal. Namun dengan kondisi ini, maka IB harus digencarkan.

“IB ini sebenarnya jauh lebih baik dari perkawinan alami. Sebab dengan IB, maka bibit yang disuntikkan itu jelas bibit unggul. Sehingga, meskipun induknya hanya sapi lokal, anaknya nanti pasti akan lebih bagus. Karena itu, kami akan maksimalkan IB ini dalam tahun ini. Hanya saja, IB ini tidak serta merta dilakukan pada sapi betina. Sebab hanya waktu tertentu, dimana sapi itu bisa dilakukan IB. Inilah yang kami gencar sosialisasikan, agar petani tau kapan sapi bisa di IB, dimana mereka bisa memanggil petugas kami untuk melakukan IB,”Terangnya

Karena keunggulannya, Dyah mengkui petani yang memang sudah terbiasa sapinya di IB, tidak akan mau sapinya dikawinkan secara alami. Sebab, pada saat lahir , pada umur dimana sapi bisa diambil sebagai bibit, harganya sudah jauh beda. “Kalau bibit sapi IB nilainya Rp9 juta, bibit sapi dengan perkawinan alami, paling Rp7 jura. Karena itu kami akan gencarkan n kembali IB tahun ini,”Tutupnya

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya