Kutai Kartanegara

Meriam Karbit Tradisi Tanda Buka Puasa Desa Jantur Induk Tradisi Buka Puasa Bulan Puasa Puasa 2022 Desa Jantur Leduman Meriam Tradisional Bermain Meriam 

Menengok Tradisi Pembunyian Meriam Kayu, Tanda Berbuka Puasa di Muara Muntai



Warga Desa Jantur Induk, Kecamatan Muara Muntai siapkan meriam besar yang terbuat dari batang pohon sebagai petanda waktunya berbuka puasa.
Warga Desa Jantur Induk, Kecamatan Muara Muntai siapkan meriam besar yang terbuat dari batang pohon sebagai petanda waktunya berbuka puasa.

SELASAR.CO, Tenggarong - Dalam rangka menyambut bulan ramadhan tahun 1443 hijriah, warga Desa Jantur Induk, Kecamatan Muara Muntai siapkan meriam besar yang terbuat dari batang pohon sebagai petanda waktunya berbuka puasa.

Kepala Desa (Kades) Jantur Induk, Abdul Ajis, mengatakan, membunyikan meriam pada waktu berbuka puasa sudah menjadi tradisi Desa Jantur dan Tradisi itu sudah turun-temurun dilakukan.

"Jadi tradisi itu sudah lama, istilahnya sudah turun-menurun," ujar Ajis.

Pertanda buka puasa dengan membunyikan meriam tersebut, pertama kali digagas oleh petinggi Desa Jantur pada tahun 1950 lalu. Dimana, pada masa itu jabatan kepala desa disebut dengan sebutan kepala kampung,

"Dulu namanya bukan kepala desa, tapi kepala kampung. Jadi mulai zaman kepala kampung tahun 1950, itu namanya Muhammad Samran," ungkapnya.

Proses pembuatan meriam besar tersebut memakan waktu yang cukup lama. Lantaran batang pohon harus dibelah terlebih dahulu, lalu bagian dalam pohon dipahat untuk dikeluarkan sampai membentuk lingkaran.

Setelah itu, batang pohon yang terbelah itu disatukan kembali dan diikat dengan drum yang terbuat dari bahan besi. Kemudian batang pohon itu diisi dengan bahan kimia atau karbit, sebagai bahan pemicu bunyi meriam.

"Jadi proses pembuatannya tergantung tim relawannya. Bila tim relawan sampai 15 orang, satu minggu selesai," terangnya.

Dia juga menyebutkan, bahwa tak hanya Desa Jantur Induk saja melakukan tradisi ini. Tetapi Desa Jantur Selatan dan Jantur Baru juga melakukan hal yang sama. Setiap bulan ramadhan masing-masing desa membuat meriam sebanyak dua buah. terbuat dari batang pohon itu dibuat sebanyak dua buah. Satu meriam diarahkan ke ulu dan satunya lagi mengarah ke ilir. Nantinya pada waktu buka puasa tiba, masing-masing desa akan membunyikan meriam tersebut sebanyak dua kali.

"Jadi setiap tahun dibuat dua. Untuk bunyinya dua kali saja, masing-masing meriam satu kali," pungkasnya.

Penulis: Juliansyah
Editor: Awan

Berita Lainnya