Kutai Timur

Kasus DBD di Kutim  Dinkes Kutim Kasus DBD Demam Berdarah Kominfo Kutim 

Kasus DBD di Kutim Meningkat, 1 Orang Meninggal Dunia



Kepala Dinas Kesehatan Kutim Dr Bahrani Hasanal.
Kepala Dinas Kesehatan Kutim Dr Bahrani Hasanal.

SELASAR. CO Sangatta – Kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus meningkat dan kini sudah berstatus zona merah. Dari data yang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur kasus DBD di Kutim telah menjangkiti sebanyak 194 orang, dimana salah satu orang meninggal. Demikian dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kutim Dr Bahrani Hasanal, didampingi , Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, M Yusuf.

“Kutim zudah masuk zona merah. Tapi memang di Kaltim, kecuali Pasir, sudah masuk zona merah. Setidaknya, untuk Kaltim, memang sudah meninggal 36 orang akibat DBD. Satu korban dari Kutim,” katanya.

“Ini memang  fenomena memasuki musim hujan. Penyakin DBD ini endemik, kalau hujan, akan bangkit DBD. Karena itu, kita wajib waspada sepanjang musim hujan,” katanya.

Diakui, penanganan masalah DBD saat ini tidak hanya mengandalkan foging, atau pengasapan, termasuk penggunaan abate, namun kini lebih ke pencegahan. Dengan mengajak masyarakat terutama anak sekolah, untuk sadar bahaya DBD. Dimana pihaknya mengajak anak SD, untuk jadi kader juru  pemantau jentik (Jumantik). Sebab, dengan cara ini, di Bulungan, itu berhasil mengendalikan jentik.

“Ini yang akan kami adopsi. Ini sudah dimulai dari Sangatta Utara. Memang proses lama, namun kita berharap mampu membangun kesadaran masyarakat agar sadar untuk membasmi jentik, dengan membuang genangan air, dimana terdapat jentik,” katanya.

Jika mengandalkan pengasapan, maka hanya sedikit yang mati. Selain itu, nyamuk dewasa, bisa saja lari, tapi jika memang dibasmi sejak jentik, maka itu bisa menekan perkembangbiakan nyamuk.

Untuk anak sekolah, khususnya anak SD, yang dilibatkan adalah kelas 3,4,5, sedangkan kelas 6, tidak karena mereka fokus belajar untuk ujian. Jika satu anak bisa memantau rumahnya, belakang rumah, depan, samping kiri kanan, artinya seorang anak akan memantau lima rumah. Kalau ini berhasil, maka hasilnya akan luar biasa.

“Drum yang tidak bisa dibuang airnya, dikasi abate saja,” katanya.

Terkait dengan kemungkinan ada jentik di drum air minum, Yusuf mengatakan, meskipun abate aman pada tingkat tertentu, namun namanya racun, tetap racun. Untuk itu, sbaiknya dum air minum di tutup rapat, agar tidak digunakan nyamuk untuk bertelur.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya